Home / Romansa / Ibu Susu untuk Sang Pewaris / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Ibu Susu untuk Sang Pewaris: Chapter 11 - Chapter 20

30 Chapters

11. Tuduhan Kejam

"Sa ... saya ... nggak pernah ..." Nawang terbata. Dia ingin membela diri tapi lidahnya terasa kaku, bingung harus darimana menjelaskannya. "Aku nggak pernah selingkuh sama Nawang, Ma. Mama salah paham." Marsel menyelamatkannya. "Lalu kenapa dia ada di rumahmu?" Wajah perempuan itu memerah. Tangannya berkacak pinggang. Matanya melotot. Nawang sampai begidik melihatnya. "Dia adalah ibu susu untuk Axelle," terang Marsel. Mata ibunya kembali membola. Masih tak menyangka kalau Nawang yang akhirnya menjadi ibu susu untuk cucunya. "Kamu nggak bisa cari orang lain? Gimana kalau dia sampai mencelakai Axelle karena sakit hati nggak jadi nikah sama kamu?" Perempuan itu mulai mengada-ada. Nawang hanya menghela nafas dituduh demikian. Padahal dulu Nawang lah yang mundur dari hubungan. Kalau Nawang memang sepicik itu, sudah pasti dia lebih memilih nikah lari dengan Marsel. "Maaf, Bu, tapi saya nggak akan melakukan itu. Saya menyayangi Axelle seperti anak saya sendiri. Tadi malam dia demam. B
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

12. Termakan Mitos

"Saya nggak ngasih apa-apa ke baju Axelle, Bu," jawab Nawang dengan bibir bergetar. Dia sedih kenapa ibunya Marsel selalu menuduhnya yang tidak-tidak. Padahal Nawang mana mungkin tega menyelakai bayi mungil itu. "Lihatlah! Badannya penuh ruam merah. Kamu pasti nggak bersih nyuci baju dia," tuduhnya lagi.Nawang lekas menggeleng, "Sa ... saya belum pernah nyuci baju Axelle, Bu. Semua baju-baju dia di lemari baru beli semua.""Nah ... itu salahmu!" ucap perempuan tua itu lagi "Harusnya baju baru itu dicuci dulu sebelum dipakaikan. Ini malah nggak dicuci sama sekali. Gimana sih kamu itu."Nawang hampir mencebik. Jujur dia lelah menghadapi ibunya Marsel yang selalu cari perkara dengannya. "Baik, Bu. Nanti akan saya cuci," jawab Nawang sambil menundukkan kepala. "Ada apa sih ini?" tanya Marsel yang baru saja datang. "Ini si Nawang teledor. Kulit Axelle sampai iritasi. Lihat! Sampai merah-merah begini," tunjuk perempuan itu pada Marsel. "Nawang, cuci semua baju Axelle sekarang juga!" p
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

13. Dilema Nawang

Teriakan Nawang yang spontan menyebut nama Marsel membuat security terkejut. Mulutnya melongo serta matanya membundar. "Berani-beraninya dia manggil tuan rumah tanpa sebutan 'Pak'? Bisa dikunyah hidup-hidup entar dia," ucapnya dalam hati. Nawang menepuk jidat, Marsel memberikan dia tatapan tajam. Dia kemudian berdehem, memberi Nawang kode. "Ehem ...""Eh ... Pak Marsel, maaf. Tadi saya panik. Itu si Axelle ... badannya merah-merah lagi. Padahal semua bajunya sudah saya cuci dan saya pastikan bersih. Kayaknya dia bukan karena iritasi baju baru deh, Pak. Kenapa lagi ya dia?" jelas Nawang bercampur rasa takut dan gugup. "Baik. Akan saya hubungi dokter Dani."Marsel merogoh ponsel dalam saku celananya lalu menelepon dokter Dani, dokter anak yang praktek di rumah sakit miliknya. "Hallo selamat sore, Dok! Saya mau tanya nih, Dok. Anak saya badannya muncul ruam merah. Itu kenapa ya, Dok?" tanya Marsel setelah telepon tersambung. "Munculnya ruam merah pada kulit bayi bisa disebabkan ole
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

14. Perintah Untuk Memecat Nawang

"Tapi, Bu, saya nggak berani ambil keputusan apapun tanpa ijin dari Pak Marsel," Nawang mencoba mencari alasan untuk menolak. Nawang sayang dengan Axelle meski bukan anaknya sendiri. Dia tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa dengan Axelle. "Halah ... dia itu anakku. Dia pasti nurut sama semua perintahku," bantahnya lagi. Nawang membuang nafas kesal. "Maaf, Bu, sebelumnya. Saya mau cerita. Soal kemarin yang badan Axelle muncul ruam-ruam merah, itu bukan karena iritasi baju. Ternyata dia itu alergi sama minyak telon.""Haha ... ilmu darimana itu? Mana ada bayi alergi sama minyak telon." Dia malah terbahak. "Iya, Bu. Saya serius. Pak Marsel sendiri yang konsultasi sama dokter anak," jelas Nawang lagi. "Nggak percaya aku. Pasti itu hanya karanganmu saja.""Silakan tanya sendiri ke Pak Marsel kalau ibu tidak percaya dengan omongan saya," tegas Nawang. "Kamu itu cuma pembantu ya. Bukan ratu di sini. Jadi jangan coba-coba melawan saya!" gertak perempuan itu."Siapa yang melawan ibu. Sa
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

15. Titik Lelah Nawang

"Nanti aku pikirkan lagi, Ma. Sekarang aku masih sibuk."Marsel mematikan telepon."Hallo, Sel! Marsel! Ih ... mama masih ngomong kok malah dimatiin sih," gerutu perempuan tua itu sendirian. "Rasain tuh! Emang enak nggak digubris sama anak sendiri," ucap Nawang lirih sambil terkekeh kecil. Saat Nawang hendak berbalik pergi, meninggalkan tempat persembunyiannya, ibunya Marsel tiba-tiba sudah berdiri di depannya. "Heh ... ngapain kamu di sini? Jangan-jangan kamu nguping aku telepon dengan Marsel ya. Ngaku!" gertaknya. Nawang sedikit merasa takut, tapi dia berusaha tenang agar tidak ketahuan. "Enggak kok, Bu. Ini tadi saya lihat cicak kejepit pintu. Karena kasihan, jadi saya tolongin dia. Permisi!" Nawang langsung berlari pergi. Sedangkan ibunya Marsel memilih pulang. Setiap hari, Nawang selalu deg-degan tiap pagi. Pasalnya tiap perempuan tua itu datang, selalu saja ada ulahnya yang membuat Nawang jengkel. Berbagai fitnah telah kenyang Nawang terima. Untungnya Marsel tidak terpengar
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

16. Perasaan yang Aneh

Intan menggebrak meja dengan kasar. Dia lalu duduk di atas kursi ruang makan sambil mengerucutkan bibir. Disambarnya gelas kaca berisi air putih dan diteguknya hingga tandas. Sontak gerak-gerik istrinya yang aneh itu mengundang tanda di kepala suaminya. "Kamu kenapa sih? Tiap pulang dari rumah Marsel selalu uring-uringan?" tanya suaminya geram. "Sebel aku sama Marsel. Aku suruh mecat si Nawang, dia nggak mau," ucapnya sambil terus menggerutu. "Memangnya kenapa harus dipecat? Dia kan nyari rejeki.""Nanti kalau mereka CLBK gimana?" Perempuan itu melotot. "Ya memangnya kenapa? Nggak ada yang salah kan? Marsel seorang duda. Nawang juga janda. Bukan istri orang. Kalau mereka nikah pun nggak jadi masalah," bela suaminya."Nggak jadi masalah katamu? Otakmu miring! Sudah nggak waras kamu? Lalu gimana dengan harga diri keluarga kita? Kita ini orang terpandang. Masak mau punya menantu kayak Nawang? Nggak lucu dong dari Sherly turun ke Nawang. Wanita kampungan," cerocosnya panjang. Sedangka
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

17. Tak Boleh Jatuh Cinta Lagi

"Nggak. Aku nggak boleh jatuh cinta lagi sama Marsel. Kita ini beda kasta. Bisa kesurupan nanti mamanya kalau kita balikan," batin Nawang. Namun matanya tidak lepas menatap Marsel yang duduk di depannya. Ada perasaan aneh yang mulai tumbuh. Tapi Nawang tidak mau menanggapi terlalu jauh. Lelaki itu tetap bersikap sedingin kulkas. Dia memang mengajak Nawang pergi makan berdua, namun mereka tidak banyak mengobrol. Marsel lebih banyak diam dan sibuk dengan handphonenya sendiri. Sedikit-sedikit angkat telepon. Persis seperti akting orang penting dalam sinetron. Entah apa saja yang sedang di urus. Nawang sendiri kurang paham dengan pekerjaannya. Setelah mengakhiri sebuah panggilan, Marsel lekas duduk dan menyantap makanannya. Sedangkan Nawang masih sibuk menenangkan Axelle yang rewel. "Kamu nggak makan?" tanya Marsel pada Nawang. "Kamu nggak lihat anakmu lagi rewel?" balas Nawang geram. Baginya pertanyaan Marsel terdengar konyol. Mana mungkin dia bisa makan sementara bayi itu sedang re
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

18. Petaka Susu Formula

"Aku nggak akan kasih dia susu formula," jawab Marsel dengan tegas. "Kamu ini papa yang pelit banget sama anak. Kasihan sekali anakmu. Hanya minum ASI yang nggak berkualitas dari si Nawang," ucapnya sambil menatap Nawang dengan bengis. "Maaf, Bu, tapi setahu saya nggak ada yang namanya ASI yang nggak berkualitas. Semua ASI itu bagus," jawab Nawang. Dia ikut geram dengan kalimat-kalimat yang ibunya Marsel lontarkan. "Tahu apa kamu soal anak? Punya anak satu aja mati. Sok-sokan ngajari aku soal tumbuh kembang anak."Nawang tersentak. Perasaannya hancur seketika bagai dihantam benda keras. Tapi Nawang berusaha menahan air matanya agar tidak turun. Dia pantang terlihat menangis di depan perempuan itu. Perempuan yang tidak punya empati. "Mama!" hardik Marsel. Intan langsung diam. Matanya beralih menatap ke arah lain. Tapi hatinya mendendam hebat. Sekarang Marsel bahkan sudah berani membentaknya demi membela Nawang. "Kalau mama nggak ada keperluan di sini, lebih baik mama pulang. Kita
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

19. Aksinya Ketahuan

"Ibu kasih Axelle apa?" hardik Nawang. Dia takut jika Marsel memarahinya dan mengira ini adalah ulah dirinya. Padahal apa yang terjadi pada anaknya adalah akibat dari ulah ibunya. Jika ditanya kenapa Nawang sampai berani membentak ibunya Marsel, itu karena dia sudah hampir kehabisan kesabaran menghadapi perempuan itu. Ada saja ulahnya yang membuat Nawang meradang. "Eng ... enggak kasih apa-apa," jawab Intan gelagapan sambil berusaha menyembunyikan botol susu di belakang punggungnya. "Terus itu apa? Apa yang ibu sembunyikan di balik punggung itu?" tunjuk Nawang. Spontan, Intan langsung menjatuhkan botol itu ke atas lantai. "Nggak apa-apa kok," elaknya lagi. Tapi Nawang bergegas mengambil botol susu tersebut. Dia mengambilnya lalu mengangkat botol itu, mengarahkan ke depan wajah Intan. "Ini apa, Bu? Ini botol susu kan? Kenapa ibu kasih Axelle susu diam-diam?" Nawang mulai geram. Bukan karena dia tidak menghormati Intan sebagai nenek dari Axelle. Tapi di sini, semua tentang Axelle a
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

20. Sumpah Intan

"Pak Marsel, sepertinya anak Anda ini mengalami alergi susu sapi. Apa dia habis diberi susu formula?" tanya dokter. Marsel lalu menatap mamanya. "Iya, Dok. Pengasuhnya yang ngasih susu formula ke cucu saya," jawab Intan langsung. "Bohong, Dok. Bukan saya yang ngasih Axelle susu formula. Tapi neneknya sendiri." Nawang membela diri. Dia tidak terima difitnah di depan Marsel dan dokter. "Halah ... ngaku aja, Nawang. Kamu pasti punya niat jelek kan ke cucu saya," desak Intan. "Pak Marsel, Anda harus percaya dengan saya. Saya nggak mungkin ngasih susu formula ke Axelle. Memangnya bagaimana caranya saya beli susu formula? Pakai daun? Uang satu rupiah saja saya nggak punya." Nawang berbicara apa adanya. "Sudah ... sudah. Saya nggak mau tahu juga siapa yang ngasih. Nanti kalian selesaikan sendiri di rumah. Sekarang susunya di stop ya. Kasihan ini bayinya juga diare lho," terang dokter. Kedua perempuan itu mengangguk bersamaan. "Ini sudah saya resepkan obat untuk ditebus di apotek ya. Se
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status