“Ka–Kamar utama?”Aku mendengar ibu tiriku langsung bersuara ketika aku mengatakan pindah ke kamar utama. Dia terlihat kasak-kusuk dengan papaku.Aku menaikan rahangku dengan kasar. Mereka harus melihat keseriusanku. Aku tidak boleh lemah dan ditindas lagi.Ini baru permulaan bagi mereka.“Kenapa? Apa kalian keberatan? Bukankah itu kamar yang paling besar dan juga kamar mamaku. Aku ingin mengenang mamaku, aku kangen banget. Apa itu juga gak boleh?” ucapku sarkas.Tentunya tatapanku paling tajam pada papaku. Aku ingin papa ingat kembali tentang mama yang dikecewakan juga dikhianati olehnya.“Tapi, sayang, bukankah kamar lain masih banyak yang besar. Itu kan sudah menjadi kamar Pa–pa,” meski ragu, papaku tetap ingin mempertahankan kamar yang dirasa miliknya itu.“Meski banyak kamar lainnya, kamar mamaku itu yang paling besar, Pah. Toh, semua yang ada disini adalah milikku. Benarkan? Apa papa lupa karena terlalu nyaman di kamar mama?” cetus ku jadi lebih berani menentang papa.Papa terli
Last Updated : 2025-03-13 Read more