Home / Romansa / Dikontrak Cinta Dosen Duda / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dikontrak Cinta Dosen Duda: Chapter 11 - Chapter 20

28 Chapters

11. Chapter 11 : Profesional

“Kapan?” Pertanyaan itu kembali Damar dengar, setelah beberapa hari ini ibunya tidak kembali menyinggung soal statusnya. “Kapan Damar?” tanya Bu Mustika lagi. “Kamu pasti hanya lagi cari alasan saja, kan? sebenarnya kamu pasti belum ada calonnya. Iya kan?” “Enggak, Bu. Damar nggak bohong,” jawa Damar. “Ya, terus kapan?!” tanya Bu Mustika lagi, kali ini dengan nada yang lebih mendesak. “Nanti, Bu. Aku juga sedang sibuk urusan kantor dan juga kampus. Dan dia juga sedang sibuk,” jawab Damar pelan. “Memangnya calon istrimu itu kerja di mana?” tanya Bu Mustika. “Ada pokoknya Bu,” Damar enggan untuk menjawab. “Sudah ya, nggak ada yang perlu Ibu khawatirkan lagi. Nanti kalau kami sudah nggak sibuk, pasti akan aku kenalkan sama Ibu.”
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

12. Chapter 12 : Anak Gadis Satu-satunya

Kinanti mengerjap cepat, gadis itu seperti orang linglung sekarang. Hingga Anggita yang berdiri di sampingnya, sedikit menyenggol lengannya. “I-iya Pak?” Damar tersenyum tipis, kemudian menggeleng pelan. Tatapannya kini beralih pada Anggita. “Kamu boleh keluar dulu. Ada yang mau saya bicarakan dengan Kinanti.” “B-baik Pak!” Anggita langsung buru-buru keluar dari ruangan Damar, tanpa peduli dengan tatapan memohon dari Kinanti. Sementara Kinanti menatap kepergian temannya hingga gadis itu tiba di pintu, Anggita seperti tengah mengatakan sesuatu. “Semangat!” kata Anggita, yang hanya menggerakkan bibirnya saja, tanpa suara. Dan Kinanti merasa benar-benar seperti sedang dijebak sekarang. “Apa kamu akan terus berdiri?” Pertanyaan itu langsung membuyarkan lamunan Ki
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

13. Chapter 13 : Mengantar Kinanti Pulang

Damar terdiam saat mendengar pertanyaan dari gadis kecil itu. Ia menatap putrinya yang juga menatapnya dengan mata berbinar. Rasanya Damar benar-benar berdosa sekali kepada putrinya. Apakah anaknya itu benar-benar menginginkan seorang ibu sungguhan? “Papa? kok diam aja?” gadis kecil itu meletakkan telapak tangannya di salah satu sisi wajah sang ayah. “Hm?” Damar tersenyum. “Ola tadi tanya apa sama Papa, Nak?” “Eyang bilang, sebentar lagi aku bakal punya Mama. Apa itu benar, Pa?” “Eyang bilang begitu?” tanya Damar, dan putrinya itu mengangguk cepat. “Memangnya Ola pengen punya Mama baru?” “Mau!” gadis kecil itu berseru. “Biar kayak teman-teman aku, Pa. Mereka semuanya ada Mama dan Papa. Cuma Ola aja yang nggak punya Mama,” raut wajahnya langsung berubah menjadi send
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

14. Chapter 14 : Canggung

Tolong siapapun ingatkan Kinanti untuk mengatupkan bibirnya. Karena yang terjadi saat ini adalah, gadis itu ternganga lantaran mendengar ajakan sang dosen. Kinanti tidak salah dengar, kan? Atau ia sedang berhalusinasi sekarang? “Aduh!” gadis itu mengaduh karena mencubit pergelangan tangannya sendiri. Sementara Damar yang melihat tingkah Kinanti, merasa heran. Apa yang sedang dilakukan oleh gadis itu? “Kenapa kamu?” tanya Damar. “Bapak … barusan ngajak saya pulang bareng, kan?” bukannya menjawab pertanyaan dosennya, gadis itu malah kembali bertanya. “Iya,” jawab Damar pendek. “Ini serius, Pak? jadi, saya nggak salah degar kan?” “Iya, Kinanti.” “Wah!” gadis itu kembali terkejut, karena ter
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

15. Chapter 15 : Tanda Terimakasih

“Siapa Kinanti?” Damar terkejut dengan pertanyaan sang ibu. Pria itu langsung menutupi ponselnya dan kembali mengatur ekspresinya. “Damar? kenapa nggak dijawab? siapa Kinanti?” cecar sang ibu. “Mahasiswi Damar di kampus, Bu.” Kening Bu Mustika semakin berkerut. “Kamu antar mahasiswa kamu pulang? kenapa?” tanyanya heran. Kenapa? Pertanyaan itu juga baru saja masuk ke dalam benak Damar. Sebelumnya ia tidak memikirkan apapun, dan baru tersadar saat ibunya bertanya. Apa yang ia lakukan tadi? Kenapa harus melakukan hal itu? Ini sama sekali bukan gaya Damar. Karena ia adalah salah satu orang tidak ingin direpotkan oleh orang lain—yang tidak ada hubungan apapun dalam hidupnya. “Damar?”  Lamuna
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

16. Chapter 16 : Merasa Bersalah

“Eh?” Kinanti jelas terkejut dengan ucapan Damar barusan. “Berikan pada saya, Kinanti.” “T-tapi …” Karena tidak sabar, Damar akhirnya terpaksa mengambil tas itu dari tangan Kinanti. “Ini untuk saya, kan?” tanyanya. Kinanti mengangguk. “Terimakasih, lain kali tidak perlu begini. Saya ikhlas mengantarkan kamu pulang,” ujar pria. “Saya terima pemberian kamu, Kinanti.” Setelah mengatakan itu, damar langsung pergi meninggalkan Kinanti yang masih diam mematung. Sementara Kinanti menatap kepergian Damar dengan tatapan yang rumit. Ia masih tidak menyangka, jika dosennya itu akan menerima pemberiannya. Tunggu! Bukannya pria itu tidak ada jadwal mengajar ke kampus? Lalu untuk apa Damar pergi ke kampus?
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

17. Chapter 17 : Kembali Didesak

Dua hari setelahnya … Kinanti merasa ada yang aneh dengan Damar. Sebetulnya tidak bisa dianggap aneh juga sih, tapi gadis itu merasa jika sikap sang dosen mendadak seperti sedang menghindarinya. Kinanti sadar ini adalah pemikiran anehnya, dan seharusnya ia tidak boleh berpikiran seperti itu. Karena memang pada kenyataannya, mereka tidak sedekat itu. Dan hubungan mereka hanya pura-pura. “Ish! ngapain juga gue pusing mikirin dia, sih? masa perkara puding dibilang enak, gue langsung baper? murah betul hati mungilku ini.” KInanti menggelengkan kepalanya. Memang aneh dirinya itu. Hanya karena bentuk perhatian sekecil itu, langsung terbawa perasaan dan memikirkan yang tidak seharusnya ia pikirkan. “Lo kenapa deh, Ki?” Pertanyaan itu membuat Kinanti sedikit terkejut. Ia kemudian menoleh ke samping, dan ternyata dau temannya itu sedang
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

18. Chapter 18 : Tidak Mau Ambil Pusing

Damar menelan ludah saat mendengar ucapan sang ibu. “Aku tidak janji, Bu—” “Ya sudah, kalau begitu biar Ibu yang mendatangi Mega.” “Bu—” “Ibu sudah lelah Damar!” Bu Mustika memijit pelipisnya pelan. “Sudah berapa kali kamu bohongi Ibu? dan sekarang Ibu nggak mau kecolongan lagi. Sudah saatnya kamu menikah lagi.” Setelah mengatakan itu, Bu Mustika langsung beranjak dan meninggalkan putranya. Damar meraup wajahnya kasar. Padahal seharusnya ia tidak perlu  merasa pusing seperti sekarang. Toh, sekarang sudah ada Kinanti, yang bersedia untuk bersandiwara di depan keluarganya—terutama ibunya. Tapi, kenapa Damar berat sekali untuk melakukan itu? *** Keesokan harinya, Damar datang lebih awal ke kampus. Jika biasanya pria itu akan pergi ke kanto
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

19. Chapter 19 : Permintaan Damar

Kening Kinanti berkerut saat membaca pesan dari Damar. Bahkan ia berkali-berkali memastikan nama si pengirim.  Gadis itu hanya takut jika ia salah membaca atau mungkin dosen tampan itu salah kirim. “Ini salah kirim nggak, sih? masa iya, Beliau mau jemput gue?” gumam Kinanti. Kemudian datang lagi pesan lainnya dari Damar. [Bagaimana Kinanti?] “Ah, jadi dia beneran ngajak ketemu, ya?” Dan Kinanti pun mengirimkan pesan balasan untuk Damar. [Ada, Pak. Tapi kayaknya Bapak nggak perlu jemput saya nggak, sih? hehe] [Saya jemput kamu] “Huft …” Kinanti membuang napas pelan. “Mau bahas apa ya, kira-kira?” Lalu Kinanti pun memilih untuk menyimpan semua pertanyaan yang ada dalam benaknya, dan gadis itu segera untuk bersiap.
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

20. Chapter 20 : Jawaban Kinanti

“Bagaimana Kinanti?” Kinanti masih terdiam. Begitu banyak pertanyaan yang bersarang dalam benaknya. Terutama ketakutannya jika nanti keluarga Damar justru malah semakin mendesak mereka, untuk benar-benar segera menikah. “H-hari Minggu besok banget ya, Pak?” tanya Kinanti. “Ya,” jawab Damar. “Apa kamu keberatan?” tanyanya, karena melihat Kinanti yang nampak ragu. “Gimana ya, Pak? sebenarnya saya agak takut, sih …” aku Kinanti. Satu alis Damar terangkat. “Takut? apa yang kamu takutkan?” Kinanti menghela napas pelan, ia sendiri bingung dengan perasaannya yang mendadak ragu seperti sekarang. “Nanti kalau orang tua Bapak malah nyuruh kita nikah kita nikah beneran, gimana?” tanya Kinanti. Damar mengusap wajahnya menggunakan tangan kan
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status