Entah sudah berapa lama, tetapi ketika aku bangun, bau disinfektan yang menyengat tercium dari hidungku.Raka menatapku dengan gugup."Kamus sudah merasa lebih baik? Apa ada yang nggak nyaman?"Aku menatapnya dengan dingin, tidak merasakan apa-apa selain mual."Sudah kamu tanda tangani? Kita cerai saja."Raka terdiam dan menghela napas panjang."Sayang, kamu bisa berhenti buat masalah nggak? Coba pikirkan, pertengkaran kita yang mana yang bukan karena ulahmu? Keluarga yang bahagia ini akan hancur berantakan karena kamu."Aku tersenyum dingin dan menatap Raka yang ada di depanku, entah kenapa merasa dia makin asing."Kalau kamu nggak main-main sama wanita lain, kamu pikir aku bakal buat masalah? Setia, hal yang paling mendasar dalam hubungan saja nggak bisa kamu lakukan, sekarang kamu nyalahin aku?"Perkataanku begitu menohok, membuat Raka pias."Kamu bisa tanya, orang kaya mana yang cuma punya istri satu? Kamu ingin suamimu menemanimu setiap saat, ada berapa orang yang bisa melakukanny
Baca selengkapnya