Pagi itu, aroma kopi segar menyebar di apartemen. Hasya sibuk di dapur, menyiapkan sarapan sederhana—telur dadar, roti panggang, dan jus jeruk. Ia melirik jam dinding, memastikan semuanya tepat waktu. Ketika langkah Kara terdengar dari kamar, Hasya segera menyusun piring-piring di meja makan.Kara keluar dari kamarnya dengan setelan blazer hitam rapi, rambutnya diikat sederhana. “Aku tidak sempat sarapan. Aku harus segera ke kantor,” ujarnya sambil menyambar tas kerjanya.Hasya melangkah cepat, menghalangi Kara. “Kamu tidak boleh pergi tanpa sarapan. Paling tidak, makanlah sedikit.”“Aku benar-benar tidak ada waktu, Hasya,” Kara menjawab tanpa menatap Hasya.Namun, Hasya tidak menyerah. Ia menarik kursi makan dan menunjuk piring di depannya. “Duduk, atau aku akan menyuapimu.”Kara mendengus kesal, tetapi akhirnya menyerah dan duduk. “Hanya sebentar.”Hasya tersenyum puas. Ia mengambil sendok, menyuapkan potongan telur ke mulut Kara. “Lihat, tidak butuh waktu lama, kan?”Kara mengunyah
Last Updated : 2025-01-23 Read more