Home / Rumah Tangga / Godaan Panas Tetangga Baru / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Godaan Panas Tetangga Baru: Chapter 11 - Chapter 20

27 Chapters

Desas Desus Tetangga Baru

Beberapa hari berlalu, suasana di rumah Damian dan Fara tetap terasa dingin. Tak ada percakapan berarti di antara mereka. Damian, seperti biasa, tenggelam dalam pekerjaannya. Ia lebih sering berada di ruang kerjanya, menatap layar laptop seolah semua masalah bisa diselesaikan dengan tenggelam dalam tumpukan dokumen dan rapat online. Fara, di sisi lain, lebih sering duduk di ruang tamu, menatap televisi tanpa benar-benar memperhatikan apa yang ditayangkan. Rutinitas harian mereka berjalan seperti dua orang asing yang tinggal di bawah satu atap. Hanya ada keheningan yang memisahkan, sesekali pecah oleh obrolan singkat yang terasa hambar—lebih mirip kewajiban berbicara daripada komunikasi yang tulus.Fara merasa semakin terasing di rumahnya sendiri. Setiap sudut rumah, yang dulu terasa hangat oleh tawa dan percakapan, kini hanya menyisakan bayangan luka. Sofa di ruang tamu yang dulu menjadi tempat mereka berbincang hangat kini hanya menjadi tempat Fara melamun. Ruang makan
last updateLast Updated : 2025-01-22
Read more

Dih, Culun Banget

“Cuma bercanda,” kata Fara menggoda Kiara sambil tertawa kecil. Sejak percakapan itu, Fara merasa ada sesuatu yang menggelitik di pikirannya tentang tetangga baru itu. Rasanya, penasaran mulai muncul begitu saja, seperti sesuatu yang tak bisa diabaikan.Hari itu, Fara sedang membersihkan rumah, menyapu dan mengatur segala sesuatunya dengan gerakan otomatis, ketika tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Pikirannya sedikit melayang, mengingat percakapan dengan Kiara beberapa hari sebelumnya, namun dia berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya.Dengan langkah agak malas, Fara berjalan menuju pintu dan membukanya. Berdiri di sana seorang pria, mengenakan penampilan yang cukup mengejutkan. Fara tertegun sejenak melihatnya."Dih, culun banget," pikir Fara dalam hati. Gayanya benar-benar tak sesuai dengan apa yang ia bayangkan. Pria itu mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru yang dimasukkan begitu saja ke dalam celana jeans yang tampak sedikit kebesaran
last updateLast Updated : 2025-01-24
Read more

Aku akan berusaha, Fara

“Kiara, kamu nggak bakal percaya deh! Dia bener-bener culun banget! Penampilannya kayak nggak cocok sama lingkungan sini,” kata Fara, suaranya penuh dengan gelak tawa kecil. “Bayangin aja, dia pakai kemeja kotak-kotak yang dimasukin ke celana jeans kebesaran, terus kacamata tebal yang bikin dia makin susah dikenali. Duh, aku sampe bingung deh, ini beneran tetangga baru kita?”Kiara yang ada di seberang telepon terdengar tertawa ringan. “Hahaha, seriusan? Bener-bener nggak sesuai ekspektasi ya? Terus, dia bawa kue bolu gitu? Kayak udah siap jadi tetangga baik yang klise banget!”“Iya, dia bawa kue bolu buat ‘tanda pertemanan’. Tapi jujur, aku nggak tahu ya, ini tuh lebih kayak canggung banget daripada manis. Dia nggak ada rasa malu gitu, Ki. Aku sempat mikir, ‘Kok bisa sih ada orang segitu nggak peduli sama penampilan?’” Fara melanjutkan ceritanya, sambil tertawa pelan. “Pokoknya, itu si Juan bener-bener bikin aku bingung deh. Gimana bisa dia nggak sadar penampilannya kayak gitu?”Perca
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

Hasrat Membara

Fara merasakan hatinya berdebar kencang setelah pengakuan Damian yang begitu tulus. Kata-kata suaminya seperti menyentuh bagian terdalam hatinya yang selama ini terasa terluka dan terlupakan. Perasaan yang sempat terpendam kini mulai muncul ke permukaan. Dia menatap Damian dalam diam, mencoba mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan. Tanpa bisa menahan dirinya lebih lama, Fara meraih wajah Damian dengan kedua tangannya, menariknya mendekat, dan kemudian mencium bibirnya dengan lembut.Ciuman mereka, meskipun singkat, terasa penuh makna dan penuh kerinduan. Seolah-olah, dalam satu sentuhan itu, mereka mengungkapkan segala yang selama ini terpendam: penyesalan, kerinduan, dan keinginan untuk kembali bersama. Ciuman itu menghapus semua kebekuan yang menghalangi mereka, memberi mereka kehangatan dan kedamaian yang sudah lama hilang. Fara bisa merasakan ketulusan dalam setiap detik ciuman itu. Hatinya yang semula keras terasa mencair kembali.Damian membalas ciuman itu
last updateLast Updated : 2025-01-29
Read more

Bisakah Suaramu Dipelankan?

Fara terbangun oleh cahaya matahari pagi yang menyusup lembut melalui tirai jendela. Cahaya itu terasa hangat, tetapi juga sedikit mengganggu ketenangan tidurnya yang nyaman. Perlahan, ia meraba kasur di sampingnya, berharap menemukan Damian di sana, namun hanya ada ruang kosong yang membuatnya merasakan sedikit kekosongan di hati. Sesaat, sebuah rasa hampa menyelimutinya, namun suara deru dari dapur yang menguar lembut membuatnya tersadar bahwa suaminya pasti sedang sibuk menyiapkan sesuatu.Dengan sedikit rasa penasaran dan tubuh yang masih terasa lemas, Fara mengulur waktu sejenak di tempat tidurnya. Ia menatap langit-langit kamar yang mulai semakin terang, seakan memberi isyarat untuk bangun. Namun, cahaya yang semakin terik itu akhirnya memaksanya untuk beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi.Begitu ia melangkah ke cermin, matanya langsung tertuju pada wajahnya yang memerah, masih dihiasi dengan bekas-bekas tanda cinta dari malam yang penuh gairah bersama Damian. "Dasar
last updateLast Updated : 2025-01-30
Read more

Mau masuk dulu?

Setelah insiden pagi itu, Fara merasa dunia seolah berputar lebih cepat. Ia tidak bisa mengelak dari perasaan aneh yang muncul setiap kali ia bertemu Juan. Awalnya, ia menganggap pertemuan-pertemuan itu hanyalah kebetulan belaka, tetapi semakin sering mereka bertemu, semakin kuat pula perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan pria berkacamata tebal itu. Setiap pertemuan mereka meninggalkan kesan yang tak terdefinisikan dalam benaknya, seperti sebuah teka-teki yang belum terpecahkan.Hari itu, Fara pergi ke pasar untuk membeli beberapa bahan makanan. Udara pagi yang masih sejuk membuat langkahnya terasa ringan. Pasar yang penuh dengan orang-orang membuat Fara merasa sedikit tenggelam dalam keramaian. Pedagang yang berteriak menawarkan barang dagangan mereka, aroma rempah yang menyeruak di udara, dan suara riuh yang datang dari berbagai arah. Semua itu memberi kesan bahwa hari baru sedang dimulai dengan semangat, meskipun pasar sudah cukup sesak. Fara berjalan di antar
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Apa Mungkin . . .

Fara masuk ke dalam rumah dengan langkah ragu, kepalanya penuh dengan pikiran yang tak menentu. Begitu pintu tertutup di belakangnya, ia bersandar pada kayu pintu yang dingin, mencoba mengatur napasnya yang masih sedikit berantakan. Hujan masih deras di luar, suara gemuruhnya memenuhi ruangan yang sunyi.Namun, yang lebih mengganggunya bukanlah suara hujan—melainkan kata-kata yang baru saja keluar dari mulutnya."Kenapa aku suruh dia masuk?! Bodohnya aku!" Fara bergumam frustrasi, tangannya terangkat untuk memukul kepalanya sendiri dengan ringan. Ia bisa merasakan panas yang menjalar di wajahnya, pipinya pasti sudah merah sekarang.Kenapa dia tiba-tiba menawarkan Juan untuk masuk? Itu bukan kebiasaannya! Bukan sesuatu yang biasa ia lakukan pada orang lain. Apalagi pada seorang pria—pria yang baru saja membuatnya kehilangan kendali atas pikirannya sendiri.Fara berjalan ke cermin yang tergantung di dinding dekat ruang tamu. Matanya langsung ter
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Croissant, atau mungkin roti manis?

Kiara tiba di rumah Fara dengan wajah penuh antusias, matanya bersinar cerah. "Ayo ikut aku! Ada toko roti baru di dekat kompleks, katanya enak banget!" serunya tanpa basa-basi, suaranya riang dan penuh semangat.Fara yang sedang bersantai di sofa mengernyit, memandang sahabatnya yang begitu bersemangat. "Toko roti? Kenapa tiba-tiba?" tanyanya dengan nada bingung, tak tahu harus menanggapi bagaimana."Ya, penasaran aja! Lagian kamu juga lagi nganggur kan? Ayo, jangan banyak alasan!" Kiara menjawab cepat, menarik tangan Fara dengan penuh semangat, memaksanya bangkit dari tempat duduknya.Dengan sedikit keluhan dan senyum terpaksa, Fara akhirnya mengikutinya. Mereka berjalan santai menuju toko roti yang baru buka beberapa minggu lalu. Suasana pagi yang cerah membuat langkah mereka ringan, dan tidak lama setelah itu, mereka pun tiba di depan toko yang kecil namun terlihat hangat. Saat melangkah masuk, aroma roti yang baru matang langsung menyambut mereka. Udara di
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Pipimu Masih Merah

Fara yang tersipu malu hanya bisa tersenyum, berusaha menyembunyikan kegugupannya. Dengan langkah sedikit terburu-buru, ia berjalan menuju kasir terlebih dahulu, sementara Juan mengikuti dari belakang.Di meja kasir, Juan dengan cekatan melayani pembayaran Fara. Tangannya dengan luwes memasukkan croissant cokelat ke dalam kantong kertas, lalu menyerahkannya dengan senyum tipis yang masih menghiasi wajahnya. “Ini pesanannya. Semoga suka,” ujarnya dengan suara hangat.Fara menerima kantong roti itu dengan hati yang masih berdebar. “Terima kasih,” ucapnya pelan, lalu segera berbalik sebelum kegugupannya semakin terlihat. Kiara yang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka, hanya menahan tawa geli sebelum akhirnya ikut melangkah keluar dari toko.Saat mereka berjalan pulang, Kiara tak bisa menahan diri untuk menggoda sahabatnya. “Astaga, Fara, tadi itu apa?” tanyanya sambil menyeringai, matanya berbinar penuh rasa jahil.
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Pegang Aku Aja Kalau Takut Jatuh

Fara mendorong troli perlahan di antara rak-rak supermarket, matanya menyapu deretan barang yang tersusun rapi. Ia hanya berniat membeli beberapa kebutuhan dapur, tapi tanpa sadar, daftar belanjaannya bertambah panjang.Saat hendak mengambil sekotak susu, suara familiar menyapanya dari samping. "Kamu lagi borong persediaan sebulan?"Fara menoleh cepat. Juan berdiri di sana, masih dengan penampilan uniknya—kemeja sedikit kebesaran dengan jaket hitam yang tampak tidak serasi, dan rambut acak-acakan seolah baru bangun tidur. Namun, berbeda dari sebelumnya, kali ini ekspresinya lebih ramah.Fara menghela napas. "Nggak juga, cuma… kayaknya aku terlalu impulsif kalau belanja."Juan melirik isi troli yang sudah cukup penuh. "Jelas banget. Kalau kamu butuh saran, aku bisa bantu milihin. Aku lumayan ngerti soal bahan makanan."Fara tersenyum tipis. "Boleh juga."Mereka mulai berjalan beriringan, memilih sayur dan buah dengan lebih selektif. Juan sesekali memberikan komentar tentang kualitas pro
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more
PREV
123
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status