Di kantor polisi, aku muntah-muntah tanpa henti. Rider, polisi yang kini sudah berganti seragam, memandangku dengan wajah penuh simpati dan menyodorkan segelas air."Kamu benar-benar nekat sampai menggigit habis barangnya. Aku nggak tahu masih bisa disambung atau nggak. Kalau nggak, bisa-bisa kamu dijerat tuduhan penganiayaan."Aku meludahkan air kumur ke wastafel, lalu menatapnya dengan penuh kemarahan. "Kamu ini kan polisi, kenapa harus menyuruh rakyat biasa mempertaruhkan nyawa untuk menemukan sarang mereka? Kalau gigiku nggak kuat, aku sudah mati di dalam sana!"Rider buru-buru menenangkanku. "Pelankan suaramu. Aku juga nggak punya pilihan. Kalau bukan karena kamu, aku harus menyamar berbulan-bulan lagi. Dari awal ketemu kamu, aku tahu kamu cerdas dan berani. Aku nggak salah menilai. Terima kasih, ya."Aku meliriknya dengan kesal sambil mengelap mulutku. "Kalau begitu, kenapa kamu yang menyamar berbulan-bulan nggak cari cara sendiri?"Rider terlihat canggung, lalu mendesah pelan. "
Read more