Home / Pendekar / RAJA TANPA TAKHTA / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of RAJA TANPA TAKHTA: Chapter 21 - Chapter 30

39 Chapters

Bab 21 Pencarian Ilmu Yang Tak Pernah Habis

Pagi itu, kabut tipis menyelimuti Desa Cindua. Mukhayyam bangun lebih awal dari biasanya. Langkahnya ringan, namun hatinya berat. Ia tahu hari ini bukan sekadar latihan fisik atau meditasi, tetapi tentang melangkah lebih jauh dalam pencarian ilmu yang ia impikan sejak awal perjalanannya.Juru Uji menunggunya di bawah pohon besar di tepi sungai. Wajahnya penuh ketenangan, tetapi sorot matanya menyimpan keseriusan. Mukhayyam menghampiri dengan langkah tegas, menyadari bahwa percakapan yang akan mereka lakukan hari ini adalah awal dari sesuatu yang besar.“Duduklah,” ujar Juru Uji, menunjuk sebuah batu datar di depannya.Mukhayyam menurut tanpa berkata-kata. Saat ia duduk, Juru Uji mulai berbicara, suaranya pelan namun jelas, seperti aliran sungai yang terus mengalir.“Ilmu adalah perjalanan yang tidak pernah berakhir, Mukhayyam,” katanya. “Bahkan mereka yang dianggap sebagai orang paling bijaksana sekalipun tahu bahwa mereka belum mengetahui segalanya. Kau harus memahami ini sebelum kit
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 22 Keteguhan Hati Dalam Perjalanan

Hari masih pagi ketika Mukhayyam terbangun. Suara dedaunan yang digoyangkan angin menyambutnya, memberikan ketenangan di tengah kelelahan fisik yang ia rasakan. Namun, ada sesuatu yang berbeda hari itu. Udara terasa lebih berat, seolah-olah alam ingin mengujinya sekali lagi. Juru Uji berdiri di kejauhan, memandang ke arah lembah di bawah mereka. Pemandangan dari tebing itu luar biasa—hamparan hijau yang tak berujung dan sungai yang berkelok-kelok seperti ular perak. Tetapi tatapan Juru Uji tidak terfokus pada keindahan itu. Ia tampak tenggelam dalam pikirannya. “Guru,” panggil Mukhayyam, mendekati pria tua itu. Juru Uji menoleh dan mengangguk singkat. “Kau bangun lebih awal hari ini,” katanya. Mukhayyam mengangguk. “Aku merasa ada sesuatu yang harus aku persiapkan. Seperti ada beban yang akan datang.” Juru Uji tersenyum tipis. “Kau mulai peka terhadap tanda-tanda alam. Itu adalah kemajuan, Mukhayyam. Tetapi kau benar, hari ini kau akan menghadapi ujian baru. Ujian yang tidak hanya
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 23 Sang Guru Yang Menyimpan Rahasia

Mukhayyam terbangun lebih awal dari biasanya. Udara pagi begitu dingin, bahkan kabut tebal menutupi pandangan dari lembah tempat ia tinggal. Namun, pagi itu tidak seperti biasanya. Ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan, tetapi bisa ia rasakan.Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaian latihannya, Mukhayyam menuju ke halaman pelatihan, tempat di mana Juru Uji biasanya menunggunya. Namun, kali ini tidak ada tanda-tanda keberadaan sang guru."Apakah dia terlambat?" pikir Mukhayyam sambil memandang ke sekeliling.Saat itulah ia melihat seorang penjaga mendekat. Penjaga itu adalah salah satu dari mereka yang bertugas menjaga keamanan tempat pelatihan ini.“Guru menunggumu di tempat lain hari ini,” katanya dengan nada serius. “Ikutlah denganku.”Mukhayyam mengangguk, mengikuti penjaga itu menuju tempat yang lebih terpencil di lembah tersebut. Perjalanan itu tidak lama, tetapi cukup untuk membuat Mukhayyam semakin
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

Bab 24 Keberanian diTengah Ketakutan

Malam itu, Mukhayyam duduk bersila di atas sebuah batu besar di dekat perapian kecil yang ia buat bersama Juru Uji. Di sekelilingnya, hutan gelap memeluk malam dengan sunyi yang dingin. Nyala api berderak perlahan, memberikan sedikit cahaya yang menggantikan bintang-bintang yang tertutup awan tebal. Juru Uji duduk di seberangnya, memandang ke dalam kobaran api seolah mencari sesuatu yang tersembunyi di balik nyalanya."Kau diam saja sejak tadi," ujar Juru Uji akhirnya, memecah keheningan yang berat. "Ada apa di pikiranmu, Mukhayyam?"Mukhayyam mendongak, matanya bertemu dengan tatapan guru yang tajam namun penuh perhatian. "Guru," ia memulai dengan suara yang ragu, "saya terus memikirkan apa yang Anda katakan tentang keseimbangan antara pikiran dan tubuh. Saya merasa... saya belum sepenuhnya memahaminya."Juru Uji mengangguk pelan. "Memahami keseimbangan itu memang bukan hal yang mudah. Namun, hal pertama yang harus kau sadari adalah bahwa rasa takutmu ada
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

25 Rencana yamg Tersusun dengan Rapi

Udara pagi di hutan itu terasa segar dan penuh ketenangan, namun di bawah permukaan, persiapan yang intens mulai dilakukan. Mukhayyam duduk bersila di depan Juru Uji, wajahnya penuh tekad dan rasa ingin tahu. Setelah malam penuh refleksi dan percakapan mendalam tentang keberanian, ia tahu bahwa langkah berikutnya akan membutuhkan rencana yang matang.Juru Uji menatap Mukhayyam dengan pandangan tajam namun penuh kehangatan. "Mukhayyam, dunia ini tidak hanya membutuhkan keberanian. Untuk melangkah lebih jauh, kau memerlukan kecerdasan, strategi, dan kemampuan membaca situasi. Kau siap untuk belajar?"Mukhayyam mengangguk mantap. "Saya siap, Guru. Saya akan melakukan apa pun yang Anda ajarkan."Juru Uji tersenyum kecil. "Baiklah. Sebelum kita melanjutkan perjalanan, ada satu hal yang harus kita bahas. Apakah kau tahu mengapa kita bergerak dengan langkah perlahan sejauh ini?"Mukhayyam terdiam, mencoba merenung. "Apakah itu karena setiap langkah adala
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 26 Perbincangan Tentang Takhta Yang Hilang

Malam itu, udara di hutan terasa lebih dingin dari biasanya. Hanya cahaya bulan yang memantul di permukaan sungai yang terlihat begitu tenang. Mukhayyam berjalan bersama Juru Uji menuju sebuah tempat yang mereka sebut sebagai "tempat perenungan." Tempat itu merupakan sebuah gua kecil di pinggir sungai yang dilapisi dengan batuan halus, menciptakan suasana yang tenang dan hening, cocok untuk berpikir dan berbicara tentang hal-hal yang lebih dalam.Mukhayyam menatap sungai yang mengalir pelan. Pikirannya kembali pada pelajaran yang baru saja ia terima dari Juru Uji, tentang pentingnya kesabaran dan ketekunan dalam menjalani setiap langkah hidup. Namun ada satu hal yang masih mengganggunya: Takhta. Takhta yang hilang. Takhta yang menjadi alasan Mukhayyam berjuang dalam pencarian ini."Guru, apakah takhta itu benar-benar penting?" Mukhayyam membuka percakapan, suaranya terdengar lembut namun penuh rasa penasaran. "Saya tahu bahwa itu adalah simbol kekuasaan dan kehorma
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Bab 27 Pengalaman Pertama di Medan Perang

Mukhayyam berjalan dengan langkah mantap, tubuhnya terasa penuh dengan energi yang baru. Matahari yang baru terbit menyoroti wajahnya, mengungkapkan ekspresi yang tegas dan penuh tekad. Ini adalah hari yang berbeda dari sebelumnya. Hari ini, ia akan mengalami sesuatu yang jauh lebih berat dari yang pernah ia bayangkan. Ia akan menghadapi medan perang untuk pertama kalinya.Setelah berbulan-bulan menjalani pelatihan keras dengan Juru Uji, Mukhayyam merasa siap, tetapi hatinya tetap berdebar-debar. Perang bukanlah sesuatu yang bisa dihadapi dengan mudah, dan ia tahu ini bukan sekadar ujian fisik, tetapi juga ujian mental yang akan menguji seberapa dalam ia memahami apa yang sesungguhnya ia perjuangkan."Ini adalah ujian yang sesungguhnya, Mukhayyam," kata Juru Uji yang berjalan di sampingnya, suaranya penuh dengan ketegasan. "Kau akan melihat sisi lain dari dunia ini, sisi yang lebih gelap, tetapi juga sisi yang akan mengajarkanmu tentang nilai sebenarnya dari kekuas
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 28 Kekuatan yang Mengalir dari Dalam

Bab 28: Kekuatan yang Mengalir dari DalamPagi menjelang, dan cahaya matahari mulai memancar lembut melalui pepohonan, menciptakan bayangan panjang di atas tanah yang masih basah. Suasana pagi itu terasa begitu tenang, berbeda dengan kebisingan yang biasanya mengiringi kehidupan di medan perang. Mukhayyam berdiri di tepi sungai kecil yang mengalir deras di dekat perkemahan mereka, memandangi air yang mengalir begitu bebas, seolah-olah tidak terhalang oleh apapun. Perasaan dalam dirinya pun demikian, mengalir bebas, namun terasa begitu banyak kekuatan yang terpendam.Ia merasakan sebuah sensasi yang tak pernah ia alami sebelumnya. Ada kekuatan yang mengalir dalam tubuhnya, sebuah kekuatan yang bukan hanya berasal dari latihan beladiri yang tiada henti, tetapi juga dari kesadaran yang mulai tumbuh di dalam dirinya. Kekuatan ini bukan lagi sekadar fisik, tetapi juga kekuatan batin yang mulai ia temukan seiring dengan berjalannya waktu.Mukhayyam memejamkan ma
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Bab 29 Ilmu yang Diperoleh Dengan Harga Mahal

Mukhayyam berjalan dengan hati yang penuh tekad. Langkahnya mantap, meskipun rasa lelah masih terasa di setiap otot tubuhnya. Namun, ada perasaan yang lebih kuat mengalir dalam dirinya: rasa tanggung jawab. Semua latihan yang ia jalani, setiap rintangan yang ia hadapi, dan setiap pelajaran yang diberikan oleh Harun—semua itu semakin menyatu dalam dirinya. Namun, Mukhayyam tahu satu hal: ia masih jauh dari kata siap.Hari ini, Harun mengajaknya ke sebuah tempat yang berbeda dari biasanya. Tempat yang lebih terpencil, tersembunyi di dalam hutan lebat. Udara di sekitar mereka terasa lebih berat, seakan tempat ini menyimpan banyak rahasia. Mukhayyam merasa semakin ingin tahu tentang apa yang akan ia pelajari hari ini.Di tengah perjalanan, mereka berhenti di sebuah bukit yang menghadap ke lembah. Angin sepoi-sepoi berhembus, dan Harun menatap Mukhayyam dengan mata penuh makna.“Kau tahu, Mukhayyam,” Harun memulai percakapan dengan nada yang lebih serius, “ilmu
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Bab 30 Mukhayyam Menghadapi Kegelapan Diri

Langit malam menutup Desa Cindua dengan selimut bintang yang berkilauan. Namun, di balik keindahan malam itu, Mukhayyam merasa ada sesuatu yang menghimpit dadanya. Dia duduk sendirian di tepian sungai kecil yang berair jernih, memandangi pantulan wajahnya di air yang tenang. Namun, bayangan yang dia lihat terasa asing, seolah-olah bukan dirinya.Dia mengingat kata-kata gurunya: "Ilmu sejati hanya dapat kau capai ketika kau mengenali dan menghadapi kegelapan dalam dirimu." Tapi apa sebenarnya kegelapan itu? Dan bagaimana dia bisa menghadapinya?Langkah kaki yang ringan terdengar mendekat. Harun muncul dari balik pepohonan, membawa lentera kecil yang menyinari wajahnya yang serius. Tanpa berkata apa-apa, dia duduk di sebelah Mukhayyam. Sejenak, keduanya terdiam, hanya ditemani suara aliran air yang lembut."Kenapa kau di sini sendirian?" Harun akhirnya bertanya, suaranya rendah tapi penuh perhatian.Mukhayyam menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Aku... aku merasa ada sesuatu yan
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status