Home / Horor / Gadis Tanpa Mata Batin / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gadis Tanpa Mata Batin: Chapter 11 - Chapter 20

33 Chapters

11. Misteri Bu Diah

Mina terbangun pukul tiga dini hari, tubuhnya terasa sedikit berat, dan ada nyeri menusuk di perutnya. Ia duduk di tepi tempat tidur, mencoba memahami apa yang membuatnya terjaga. Ketika rasa nyeri itu semakin jelas, ia tersadar.“Ah, sepertinya aku datang bulan,” gumamnya pelan.Dengan langkah pelan, ia berjalan ke kamar mandi di sudut kamarnya. Cahaya remang dari lampu kamar mandi menerangi wajah Mina yang sedikit pucat. Setelah memastikan semuanya bersih dan rapi, ia kembali ke kamarnya, mengganti pakaian, dan mengenakan pembalut.Ketika selesai, ia melihat ke arah jam dinding. Sudah hampir pukul empat pagi. Biasanya pada waktu seperti ini, ia bersiap untuk sholat Subuh. Namun, malam ini berbeda.Mina duduk di kasurnya, matanya memandang Al-Qur'an kecil yang tersimpan di meja samping. Dengan hati yang lapang, ia membatin, “Aku tetap bisa berdzikir dan berdoa.”Namun, ia tidak tahu, sesuatu di kamarnya sudah mulai bergerak.Mina duduk bersila di atas kasurnya, tubuhnya masih terasa
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

12. Begosip di Dapur

Mina terbangun dengan kepala yang sedikit berat. Cahaya matahari sudah masuk melalui celah tirai kamar, membuatnya sadar bahwa pagi sudah jauh berjalan. Ketika ia melirik ke jam dinding, jarumnya menunjuk pukul tujuh lebih beberapa menit.Dengan langkah pelan, ia beranjak dari tempat tidur, tetapi rasa sakit di perutnya membuatnya terhenti sejenak. Mina memegangi perutnya, wajahnya meringis karena kram datang bulan yang belum juga mereda.“Aku butuh makan,” gumamnya, berusaha mengumpulkan tenaga.Setelah merapikan diri seadanya, ia berjalan keluar dari kamar menuju dapur di ujung lorong. Langkahnya lambat, sesekali ia berhenti untuk menahan nyeri di perutnya.Ketika tiba di dapur, ia mendapati Zuen, Tara, Iren, Mika, dan Kinan sudah berkumpul di sana. Mereka duduk di kursi meja makan yang ada di dapur, masing-masing memegang secangkir kopi atau teh, sambil menyantap lontong dan gorengan yang terhidang di meja yang seperti baru dia angkat dari wajan. Suara mereka rendah, tetapi jelas t
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

13. Miranti yang Sok Indigo

Setelah menghabiskan semangkuk mie instan, Mina merasa jauh lebih baik. Perutnya yang semula melilit karena lapar kini tenang, meski rasa kram akibat datang bulan masih menyisakan nyeri di perut bawahnya. Ia kembali ke kamar dan duduk di atas kasur, bersandar pada dinding dengan pandangan menerawang.Pikirannya melayang ke kejadian subuh tadi. Udara kamar yang terasa sesak, hawa panas yang tidak wajar, dan perasaan seperti ada banyak "kehadiran" di sekitarnya. Tidak ada hal aneh yang benar-benar ia lihat, tetapi semuanya terasa... salah.Mina menghela napas panjang, lalu memandang keluar jendela. Tidak ada pemandangan disana, hanya lahan kosong yang tidak begitu luas, taman kecil yang ia tahu bahwa di balik sana adalah tempat peristirahatan terakhir bagi orang-orang yang telah wafat. Pemandangan itu terasa begitu biasa, tetapi hatinya masih dipenuhi rasa gelisah.Di tengah lamunannya, ponselnya yang tergeletak di meja samping bergetar. Nada deringnya memenuhi ruangan. Mina melirik lay
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

14. Orang-orang Aneh

Mina menutup pintu kamarnya dengan perlahan, bersiap menuju pintu depan untuk mengambil makanan yang dipesannya secara online. Malam itu terasa berbeda, jauh lebih sunyi dari biasanya. Udara di lorong lantai satu terasa dingin dan sedikit lembap, tetapi Mina tetap melangkah santai, meski perasaannya sedikit terusik oleh keheningan yang tidak wajar.Saat berjalan melewati deretan kamar, Mina melihat pintu kamar Tara di nomor tiga terbuka sedikit. Dari dalam, Tara muncul dengan cepat, membawa bantal dan selimut di tangannya. Wajahnya terlihat panik, tetapi ketika ia melihat Mina di ujung lorong, ekspresinya berubah sejenak, seolah merasa lega.“Eh, Tara, mau ke mana malam-malam bawa bantal segala?” tanya Mina, menghentikan langkahnya.Tara tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya. “Oh, Min… Kamu bikin aku kaget.” Ia tertawa kecil, tetapi ada nada gugup di suaranya.Mina menyipitkan mata, merasa ada yang aneh. “Kamu mau nginep di mana? Kenapa bawa-bawa bantal segala?”Tara menarik na
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

15. Kau Bisa Melihatku Sekarang

Hari ini kantor PT. Tidur Enak Indonesia dipenuhi oleh kesibukan yang luar biasa. Tim customer service, termasuk Mina, terus berpacu dengan waktu melayani klien dan pelanggan yang tak henti-hentinya menghubungi mereka sejak pagi. Peluncuran produk kasur terbaru membawa banyak permintaan yang harus ditangani, dari permintaan pemesanan hingga follow-up data.Saat matahari mulai tenggelam, ruangan kantor perlahan-lahan menjadi lebih hening. Beberapa meja sudah mulai kosong setelah tim lain pulang, tetapi Mina dan rekan-rekannya, Raka, Novi, Ilham, dan Aisya tetap bertahan, fokus menyelesaikan pekerjaan mereka.Jarum jam menunjukkan hampir pukul 10 malam. Suasana kantor semakin sepi. Lampu-lampu di luar ruangan sudah mulai dimatikan oleh satpam, menyisakan penerangan temaram dari ruangan mereka. Mina duduk di mejanya, mengetik cepat sambil sesekali mengusap wajahnya yang mulai lelah.Namun tiba-tiba, kring... kring… kring...Suara telepon di meja tengah berdering keras, memecah kesunyian.
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

16. Akhirnya Kau Bisa Melihatku

Mina tiba di depan kosan dengan langkah yang mulai melambat. Malam itu terasa berbeda, udara dingin bercampur dengan keheningan yang tidak biasa. Ia memeluk tubuhnya sendiri untuk melawan hawa dingin sambil melangkah masuk ke lorong gelap yang menuju kamarnya.Saat melewati arah menuju dapur yang terletak di dekat lorong, ia melihat Tara, salah satu penghuni kosan, berjalan keluar dengan cangkir di tangannya. Tara tersenyum ramah ketika melihat Mina."Mina! Baru pulang? Lembur, ya?" sapanya dengan suara hangat.Mina membalas senyum Tara dengan lembut. "Iya, Tara. Banyak pekerjaan hari ini. Kamu belum tidur?" tanyanya, sedikit heran melihat Tara masih terjaga.Tara mengangguk kecil. "Iya, lagi bikin teh. Lumayan buat temenin malam. Kamu sendiri, pasti capek kerja seharian?"Mina menggeleng sambil tersenyum. "Alhamdulillah, nggak terlalu. Cuma butuh istirahat sebentar."Namun, saat Mina melangkah melewati Tara, senyuman di wajah Tara mendadak memudar. Mata Tara terbelalak, dan cangkir d
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

17. Malam Sebelum Terjadinya Kesurupan

Di balik kamar nomor satu, tersembunyi sebuah ruang rahasia yang tidak diketahui oleh penghuni kosan lainnya. Pintu masuk ke ruang itu tersembunyi di balik lemari tua yang tampak biasa saja, tetapi jika lemari itu digeser, sebuah pintu kayu kecil dengan ukiran kuno terlihat jelas.Malam itu, dengan tangan gemetar, Bu Diah membuka pintu kayu itu menggunakan kunci yang hanya ia miliki. Ketika pintu terbuka, bau anyir dan lembap segera menyeruak, memenuhi udara di sekitar.Ruang sesembahan itu gelap, hanya diterangi oleh cahaya dari lilin-lilin hitam yang diletakkan di setiap sudut ruangan. Di tengah ruang itu, terdapat sebuah altar batu yang dipenuhi dengan simbol-simbol aneh, dihiasi kain merah tua yang sudah memudar seperti bekas darah. Di atas altar, terdapat patung kecil berbentuk makhluk bertanduk dengan wajah menyeramkan. Di sekeliling altar, terlihat cawan-cawan perak berisi cairan kental berwarna merah kehitaman, dan di dindingnya terukir tulisan-tulisan kuno yang memancarkan au
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

18. Hilang Ingatan

Mina terbangun perlahan saat suara adzan subuh berkumandang dari masjid terdekat. Jam di ponselnya menunjukkan pukul 04:31 pagi. Ruangan kamarnya terasa tenang, hanya dihiasi sinar redup yang masuk melalui celah tirai. Namun, kepalanya sedikit pusing, seolah ada beban aneh yang ia bawa sejak semalam.Sambil duduk di atas tempat tidur, Mina mencoba mengingat kejadian malam sebelumnya. “Aku ketemu Tara yang baru datang dari dapur... lalu...” pikirnya sambil memegang keningnya. Tapi setelah itu, ingatannya mendadak terhenti.“Kenapa aku nggak ingat apa-apa lagi? Aku cuma ingat kembali ke kamar, lalu tidur. Tidak ada yang lain...” Mina mencoba mengorek lebih dalam, tapi semua terasa kabur, seperti potongan mimpi yang hampir terlupakan.Kepalanya terasa sedikit berat, tapi ia mengabaikan rasa itu. Mina menarik napas panjang dan bangkit dari tempat tidur. Ia tahu dirinya masih berhalangan, jadi ia belum bisa melaksanakan sholat subuh.“Setidaknya aku bersihkan diri dulu,” gumamnya sambil me
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

19. Makan Malam Bersama

Udara pagi terasa dingin, tetapi matahari sudah mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur. Mina berjalan cepat keluar dari gerbang kosan, langkahnya sedikit tergesa. Ia memeluk tasnya erat sambil menunduk, masih memikirkan kejadian pagi tadi di dapur.Di luar, Mina berpapasan dengan Kinan yang baru saja keluar dari pintu gerbang. Dengan langkah santai, Kinan menyapa Mina sambil tersenyum."Mina! Eh, kita berangkat bareng aja, ya?" katanya, menyesuaikan langkahnya dengan Mina.Mina menoleh dan tersenyum kecil. "Oh, boleh. Sudah lama gak bareng ke kantor."Keduanya mulai berjalan berdampingan di trotoar. Setelah beberapa saat, Kinan membuka percakapan."Kamu kelihatan buru-buru banget tadi. Ada apa? Nggak biasanya kamu terlihat sepanik itu pagi-pagi."Mina tertawa kecil, meski terlihat canggung. "Iya, pagi ini agak kacau. Aku nggak sengaja bikin Bu Diah kesal di dapur. Jadi rasanya nggak enak banget."Kinan mengerutkan dahi. "Kenapa? Apa yang terjadi?"Mina menjelaskan sambil menunduk. "T
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

20. Rencana Pendakian

Motor Ilham berhenti di depan gerbang kosan Mina. Malam itu terasa hening, hanya suara jangkrik yang terdengar dari kejauhan. Lampu di depan kosan menyala remang, menciptakan bayangan panjang dari pagar besi. Mina turun dari motor dengan hati-hati, memegangi tasnya yang tergantung di bahu."Terima kasih, Ham, sudah antar," ucap Mina sambil tersenyum kecil.Ilham mematikan mesin motornya, tapi tidak langsung beranjak. Ia melirik ke arah kosan, tatapannya sedikit ragu. Setelah beberapa detik, ia menoleh ke Mina. "Mina, kamu beneran baik-baik aja tinggal di sini?" tanyanya dengan nada serius.Mina terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia memandang Ilham dengan alis terangkat. "Kenapa, Ham? Aku baik-baik aja kok. Memang ada apa?"Ilham menggaruk tengkuknya, terlihat bingung mencari kata-kata yang tepat. "Entahlah, Min. Aku pernah beberapa kali lewat sini dan setiap aku lewat sini, aku merasa ada sesuatu yang… aneh. Bukan cuma hawa dingin, tapi lebih kayak..." Ilham terdiam, matanya menatap k
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status