Semua Bab Keanehan Keluarga Pacarku: Bab 1 - Bab 10

14 Bab

Bab 1

Pada tanggal 15 Desember.Kami naik pesawat, kemudian berganti naik kereta, dilanjutkan dengan naik bus, lalu naik becak.Terakhir, kami berjalan kaki hampir sepuluh kilometer.Akhirnya, aku dan Jerry berdiri di depan rumah Jerry.Aku memegangi lututku dan napasku tersengal-sengal saat mengamati rumah Jerry.Rumah Jerry tidak kumuh seperti yang kubayangkan. Rumah Jerry hanyalah rumah bergaya kuno dengan dikelilingi paviliun di keempat sisinya, yaitu di sisi selatan, timur, barat, utara, dan ada halaman di tengahnya. Rumah ini khas rumah-rumah di daerah utara dan terlihat agak tua.Memikirkan rumah-rumah yang jarang-jarang di desa yang barusan kulewati, rumah Jerry ini termasuk cukup bagus."Ayo, kita masuk." Jerry meraih tanganku dan memasuki rumah. Sambil berjalan, dia berteriak, "Bu, aku pulang. Lihat, siapa yang kubawa ke sini."Begitu kata-kata Jerry tersebut terucap, seseorang bergegas keluar dari dalam rumah dan berlari ke arah kami dengan tergesa-gesa. "Aduh, Jerry sudah pulang.
Baca selengkapnya

Bab 2

"Wanda, kalian lagi ngobrolin apa?" Jerry menghampiriku dan bertanya sambil tersenyum padaku.Aku tersenyum canggung. "Aku mau menyapanya. Tapi, dia nggak peduli padaku."Jerry melirik gadis kecil itu sekilas dan berkata dengan dingin, "Nggak usah dihiraukan. Dia itu bisu, nggak bisa ngomong."Aku tertegun dan menatap gadis kecil itu dengan penuh simpati.Gadis kecil itu melirik ke arah kami saat mendengar kata-kata tersebut. Tatapan sinis melintas di matanya. Kemudian, dia kembali menundukkan kepalanya.Tanpa sadar, aku melihat ke arah Jerry. Namun, sepertinya Jerry tidak melihat tatapan mata gadis itu. Dia malah meraih tanganku untuk masuk ke rumah.Aku terdiam sesaat dan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dengan lembut, "Jerry, siapa gadis itu?"Jerry merasa ragu-ragu untuk sesaat, lalu berkata dengan tidak sabar, "Dia itu adikku. Otaknya bermasalah sejak kecil, Jadi, nggak usah dipedulikan. Ayo, kita masuk. Ibu nggak mengizinkanku untuk membantunya dan memintaku untuk men
Baca selengkapnya

Bab 3

Di dapur, Yenny tengah menyingsingkan lengan bajunya dan mencuci piring.Aku bertanya kepadanya dengan lembut, "Mau kubantu?"Yenny tampak terkejut. Piring di tangannya jatuh ke wastafel dengan suara yang begitu nyaring.Yenny terlihat panik dan terus melambaikan tangannya, memberi isyarat jika dia tidak membutuhkan bantuanku. Melihatku mendekat, dia malah mundur beberapa langkah.Mataku tiba-tiba tertuju pada lengan Yenny. Dengan lengan bajunya yang tergulung ke atas, memperlihatkan banyak bekas luka berwarna merah dengan tingkat kejelasan warna yang berbeda-beda di lengannya tersebut.Mataku menjadi muram. Aku ingin melangkah maju untuk menarik tangannya dan bertanya kepadanya."Wanda, kamu sedang apa?" Suara Jerry terdengar dari arah belakang.Tubuhku langsung menegang.Yenny yang berada di depanku buru-buru melirikku sekilas dan menggelengkan kepalanya sedikit kepadaku. Kemudian, Yenny cepat-cepat menurunkan lengan bajunya untuk menutupi bekas luka berwarna merah tersebut dan menun
Baca selengkapnya

Bab 4

Aku tengah meringkuk di tempat tidur dan baru saja mengirimkan pesan dengan suara ketukan yang cepat di layar ponselku, ketika tiba-tiba saja Jerry datang dan bertanya padaku, "Kamu mengirim ke siapa?"Aku buru-buru menghapus riwayat obrolan dan berkata, "Aku sedang mencari teman untuk main gim. Aku benar-benar merasa bosan."Jerry tersenyum. "Aku akan menemanimu."Aku merasa terharu dan langsung memeluk Jerry. "Kamu memang pacar yang terbaik."Jerry mendorongku agar menjauh. "Sudah, sudah. Duduk yang baik. Kamu itu memang konyol."Aku menjulurkan lidah dan menunjukkan ekspresi lucu ke arahnya.Jerry pun terlihat tidak berdaya.Kami bermain gim sepanjang pagi, lalu makan siang. Setelah makan, kami kembali meringkuk di atas tempat tidur.Aku merasa tidak bisa lagi terus meringkuk di atas tempat tidur.Aku pun menggoyang-goyangkan lengan Jerry. "Jerry, ayo kita pergi ke toko swalayan.""Ke kota terlalu jauh. Pulang pergi bisa makan waktu empat sampai lima jam. Kalau kita berangkat sekara
Baca selengkapnya

Bab 5

Aku tidak tidur semalaman.Untungnya, Jerry tidak pernah tidur bersamaku.Jika tidak, keadaanku ini pasti akan ketahuan.Selama tiga tahun berpacaran, Jerry tidak pernah menyentuhku. Selama ini, aku selalu menganggap tindakannya tersebut sebagai ciri pria sejati. Namun, pada titik ini, aku harus lebih memikirkannya lagi.Melihat lingkaran hitam di kedua mataku, Jerry pun bertanya sambil menyunggingkan senyuman di bibirnya. "Kenapa? Apa tidurmu nggak nyenyak?"Aku menunduk dan menjawab dengan lemah, "Hmm, mungkin karena kemarin ketakutan, jadinya aku mimpi buruk semalaman.""Bagaimana kalau aku kembali menghajar Yenny untuk melampiaskan amarahmu?" Senyum di wajah Jerry terlihat penuh makna.Aku langsung terbelalak. "Nggak usah, nggak usah. Mungkin itu karena aku tiba-tiba masuk, sehingga membuatnya ketakutan, jadi dia … dia nggak apa-apa, 'kan?""Nggak apa-apa. Dia jauh lebih baik darimu. Dia cuma perlu dihajar," kata Jerry dengan acuh tak acuh.Namun, aku merasa takut mendengarnya.Aku
Baca selengkapnya

Bab 6

Aku pun berkata dengan ragu-ragu, "Aku nggak kenal dia. Mana mungkin aku minta pembalut padanya? Aku juga nggak bisa ngomong pakai bahasa daerah sini. Bagaimana kalau kamu saja yang mintakan untukku?"Jerry melambaikan tangannya. "Aku ini laki-laki. Mana mungkin berani minta pembalut padanya? Aku akan mengantarmu ke sana. Bicaralah padanya. Dia bisa mengerti yang kamu katakan."Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat dan tidak merasakan sakit saat kuku-kuku tanganku menancap ke telapak tanganku.Jerry menuntunku keluar dari pintu dan pamannya buru-buru memanggilnya, "Jerry, kamu mau ke mana?""Mengantarnya ke toilet," jawab Jerry.Pamannya Jerry langsung tertawa terbahak-bahak. "Kenapa kamu mengikuti wanita pergi ke toilet? Biar dia pergi sendiri."Jerry merasa ragu-ragu untuk sesaat. "Tapi ….""Apa yang kamu takutkan? Dia nggak akan bisa kabur. Di pintu depan ada anjing, pintu lainnya juga sudah tertutup rapat." Pamannya Jerry melambaikan tangan dengan acuh tak acuh.Jerry pun berhenti di
Baca selengkapnya

Bab 7

Aku bersembunyi di toilet dan buru-buru mengirim pesan, sebelum kembali ke rumah utama.Agar Jerry tidak curiga, aku tidak berani menunjukkan sikap yang berbeda sedikit pun.Saat makan, Jerry makan dengan lahap dan minum beberapa gelas lagi.Dalam perjalanan pulang, aku memegangi Jerry yang agak mabuk dan berkata dengan ragu-ragu, "Jerry, aku rindu rumah.""Rindu rumah? Anak baik, sebentar lagi kamu nggak perlu memikirkan rumah." Tatapan Jerry yang tertuju padaku membuatku menggigil.Aku berpura-pura tidak mengerti. Aku menundukkan mataku dan berkata, "Jerry, bagaimana kalau aku pulang saja? Ayah dan ibu yang merayakan tahun baru di rumah pasti sangat merindukanku."Jerry langsung mencengkeram tanganku kuat-kuat. "Mana bisa seperti itu? Butuh banyak usaha untuk sampai ke sini."Aku langsung merasa kecewa."Anak baik, nggak lama lagi, nggak lama lagi …."Aku kembali menggigil tertiup angin dingin. Jalanku menjadi makin sulit.Semoga saja, semoga saja ….Aku menghela napas dalam hati.Be
Baca selengkapnya

Bab 8

Dengan erangan tertahan, pria itu memegangi kepalanya dan perlahan ambruk ke lantai.Tanganku yang memegang batu bata bergetar saat aku menurunkannya."Apa yang terjadi?" Mungkin karena suara jatuhnya pria itu agak terlalu keras, sehingga membuat Bu Astri bertanya dari luar.Aku terkejut dan langsung berteriak. Kemudian, aku juga membalikkan kursi dengan mudahnya.Tidak ada lagi suara di luar sana.Aku memandangi pria yang tergeletak di lantai itu, menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan perlahan ke pintu untuk menguncinya.Kemudian aku kembali, mencari-cari di sekitar, dan akhirnya memotong penutup sofa menjadi potongan-potongan dengan menggunakan mata anak panah. Lalu, aku mengikat pria itu dengan erat dengan menggunakan potongan-potongan penutup sofa tersebut dan menyumpal mulutnya dengan kain.Aku sedikit merasa lega setelah menyelesaikan semua itu.Aku mengeluarkan ponsel cadangan dari lapisan terdalam pakaianku dan menelepon seseorang. Setelah dua dering, Yudha pun menjawab tele
Baca selengkapnya

Bab 9

Setelah kembali terdiam sekitar satu sampai dua menit, Jerry pun berkata dengan suara pelan, "Wanda, keluarlah. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Aku juga punya alasan tersendiri."Aku menggelengkan kepalaku. Sambil menangis, aku pun berkata, "Aku sudah nggak percaya lagi padamu. Jerry, ceritakan dulu padaku. Kalau memang kamu punya alasan tersendiri, mungkin aku bisa memaafkanmu."Kata-kata ini, aku sendiri saja tidak memercayainya.Namun, Jerry sepertinya memercayainya. Atau, mungkin dia yakin jika aku tidak bisa melarikan diri.Jerry sepertinya bersandar di pintu dan berkata dengan enggan, "Nggak masalah untuk memberitahumu. Bagaimanapun, kamu nggak bisa lari. Wanda, kamu terlalu waspada. Awalnya, aku berencana menyerahkanmu setelah Tahun Baru. Tapi, konflik antara Yenny dan dirimu semalam membuatku nggak tenang. Ditambah lagi, ekspresimu di rumah pamanku tadi pagi juga nggak biasa. Kalau nggak, mungkin kamu masih bisa menjalani kehidupan yang baik selama beberapa hari lagi."D
Baca selengkapnya

Bab 10

Aku mencengkeram erat batu bata di tanganku, lalu berdeham dan berkata, "Jerry, aku nggak tahu berapa banyak kebenaran dari yang kamu katakan itu. Tapi, meski itu benar, tetap saja nggak bisa jadi alasan untuk menyakiti orang lain.""Apa kamu nggak pernah dengar, ketika menyelesaikan perselisihan, seseorang nggak boleh melibatkan pihak ketiga? Apa kamu nggak pernah dengar, utang ayah harus dibayar anaknya?" balas Jerry.Aku tertawa dan berkata kepadanya dengan sinis, "Kalau begitu, dari apa yang kamu katakan, ayah Tania juga sudah menyakiti ibumu?""Kamu kenal Tania? Pantas saja menurutku reaksimu aneh. Hehehe. Tapi, itu nggak masalah. Tania pantas mendapatkannya."Kakiku tanpa sadar menggesek lantai. "Oh? Kenapa dia pantas mendapatkannya? Aku khawatir dia cuma seorang gadis malang yang jatuh ke tanganmu.""Dia membunuh Susanku, membunuh Susanku. Aku sudah bilang padanya, kalau aku nggak menyukainya. Aku sudah punya orang yang kusukai. Tapi, wanita jahat ini, dia justru membunuh Susan.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status