Dalam sekejap, abu jenazah tersebar di lantai, dan aku begitu marah hingga tubuhku bergetar.Aku mengangkat tangan dan menampar wajahnya."Angga, kamu brengsek!""Bisa-bisanya kamu menjatuhkan abu Ibu! Apa kamu nggak takut kena balasan?"Angga terkejut dengan tamparanku. Beberapa saat kemudian, dia sadar dan berteriak marah, "Nova, berani-beraninya kamu memukulku, kamu gila!"Aku tidak menanggapinya dan mulai mengumpulkan abu jenazah di lantai dengan cemas."Ibu, maafkan aku, aku nggak cukup kuat untuk melindungimu."Angga melihatku dengan tatapan jijik, lalu mengejek, "Ini cuma tepung, kan? Benar-benar meyakinkan aktingmu ini."Aku menatapnya dengan mata merah. "Angga, kamu menghancurkan abu Ibu, apa kamu masih punya hati?"Saat Angga hendak berbicara, ponselnya berbunyi. Setelah menjawab telepon, ekspresinya sedikit berubah. "Melda, jangan khawatir, aku akan segera ke sana," katanya.Aku berteriak marah, "Angga, awas saja kalau kamu berani pergi!"Biasanya, aku tidak pernah berkata s
Last Updated : 2024-11-20 Read more