Share

Bab 2

Author: Florentina
last update Last Updated: 2024-11-20 13:25:24
Aku menggenggam jariku erat-erat, tetapi sekarang aku tak punya waktu untuk bertanya apa yang mereka lakukan di dalam.

"Di mana Angga?"

Begitu kata-kataku terucap, Angga muncul dengan kucing di pelukannya. Saat melihatku, wajahnya langsung berubah geram.

"Nova, mau apa kamu kesini?"

Dengan wajah tidak sabar, dia berkata, "Aku sudah bilang, Leon sakit dan perlu makan. Aku hanya membuatkan makanan untuknya dan akan segera pulang. Bisakah kamu sedikit simpati pada hewan?"

Aku tidak ingin membuang waktu berdebat dan langsung menarik lengannya. "Ikut aku, Ibu kena serangan jantung."

Namun, Angga menepis tanganku.

"Apa yang kamu bicarakan? Aku tahu kondisi Ibu lebih baik dari siapa pun. Dia baik-baik saja. Siang tadi aku bahkan memeriksanya. Keadaannya stabil. Jangan gunakan dia untuk menakut-nakutiku."

Memang, dia sendiri yang menangani penyakit ibu mertuaku, tetapi itu tidak berarti tidak ada kejadian tak terduga. Sebagai ahli kardiologi, seharusnya dia lebih tahu.

Aku berusaha menahan amarah dan tetap tenang.

"Angga, aku nggak bercanda. Ibu sekarang ada di rumah sakit, dan menunggu kamu untuk menyelamatkannya. Kalau kamu nggak segera datang dan terjadi sesuatu pada Ibu, kamu akan menyesal seumur hidup!"

Ekspresiku yang serius dan cemas membuat Angga mulai ragu.

Saat itu, Melda melihatku dengan wajah penuh rasa kasihan dan berkata, "Nova, aku tahu kamu cemburu melihat Angga di rumahku. Itu sebabnya kamu mengarang cerita tentang Ibu yang terkena serangan jantung."

"Tapi sungguh, nggak ada apa-apa di antara kami. Leon sakit, dan Angga hanya datang untuk memeriksanya. Jangan marah, ya?"

Mendengar Melda berbicara seperti itu, Angga langsung berpikir aku cemburu.

"Melda benar. Jangan asal bicara. Aku hanya punya ibu di dunia ini. Kalau kamu mau mati, mati saja sendiri, tapi jangan sumpahi ibuku!"

Amarahku hampir saja meledak.

Orang yang terbaring di ruang gawat darurat itu adalah ibu kandungnya. Apa dia sudah tidak waras?

Namun, sekarang bukan saatnya aku marah. Ibu mertuaku masih menunggu dia untuk melakukan operasi.

"Kalau kamu nggak percaya apa yang aku katakan, telepon Mario sekarang. Dia bisa membuktikan bahwa aku mengatakan yang sebenarnya."

Angga mengeluarkan ponselnya, tetapi sebelum dia bisa menelepon Mario, Melda berkata dengan nada yang berpura-pura peduli, "Angga, nggak perlu menelepon. Kamu dan Nova kembali saja, biarkan Leon bersamaku."

Melda mencoba mengambil kucing dari pelukan Angga, tetapi Angga menghindarinya dan mengelus kepala kucing itu sambil berkata.

"Aku nggak akan pergi. Aku harus menjaga Leon dan makanannya belum selesai dimasak."

Melihat Angga lebih peduli pada kucing daripada ibunya sendiri yang sedang kritis, aku sangat marah dan menunjuk wajahnya.

"Angga, kamu lebih memilih tinggal di sini memasak untuk seekor kucing daripada pergi ke rumah sakit menyelamatkan Ibu?"

Sebelum Angga bisa menjawab, Melda berkata, "Nova, aku tahu kamu marah karena salah paham dengan hubungan aku dan Angga, tapi kondisi ibunya memang stabil. Jangan sumpahi dia, aku khawatir suatu hari nanti sumpahmu jadi kenyataan."

Mendengar itu, Angga mengernyit tidak senang.

"Nova, kenapa kamu jadi seperti ini? Ibu sangat baik padamu, tapi kamu malah memanfaatkannya untuk menipuku aku agar pulang. Kamu benar-benar nggak tahu terima kasih. Nggak heran orang tuamu meninggalkanmu."

Aku mengepalkan tangan dengan keras sampai buku-buku jariku memutih.

Aku lahir di keluarga yang mengutamakan anak laki-laki, dan setelah aku lahir, orang tuaku meninggalkanku. Aku dibesarkan oleh pamanku.

Hal ini selalu menjadi luka dalam hatiku, dan Angga malah menaburkan garam di atas luka itu.

Aku menggigit bibirku.

Aku sangat putus asa.

Dengan suara terisak, aku berkata, "Angga, aku mohon, ibu benar-benar kritis, ayo pergi ke rumah sakit untuk menyelamatkannya."

Melda memegang tanganku dengan sikap lembut dan baik.

"Nova, tenang saja, Angga akan pulang setelah memasak untuk Leon. Jangan lagi menyumpahi ibunya, ya?"

Kalau bukan karena dia, Angga pasti sudah pergi ke rumah sakit untuk menyelamatkan ibu mertuaku. Memikirkan hal itu, aku sangat marah, lalu dengan kuat melepaskan tangannya. "Ini masalah keluarga kami, kamu nggak perlu ikut campur!"

Meskipun aku tidak menarik tanganku dengan keras, Melda jatuh ke lantai.

Angga segera membantunya bangun. "Melda, kamu nggak apa-apa, 'kan? Ada yang terluka?"

Melda dengan lemah menggelengkan kepala. "Aku nggak apa-apa."

Angga memandangku dengan marah. "Cukup, Nova, aku sudah sabar denganmu cukup lama, jangan membuat keributan lagi!"

Dia mendorongku dan menutup pintu dengan keras.

Aku mengetuk pintu dan menangis. "Angga, buka pintunya!"

"Ayo cepat ke rumah sakit, Ibu butuh kamu!"

Namun, meskipun aku terus mengetuk, Angga tidak menjawab.

Related chapters

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 3

    Aku tidak punya pilihan selain bergegas kembali ke rumah sakit, dan dalam perjalanan, aku terjatuh beberapa kali karena terlalu panik.Begitu Mario melihatku, dia bertanya, "Nova, di mana Angga?""Dia nggak mau ikut aku ke rumah sakit. Bagaimana dengan Ibu?"Mario menoleh dan berkata tanpa menatapku, "Nova, kamu harus kuat."Wajahku langsung pucat, dan aku segera berlari ke ruang gawat darurat.Melihat keadaan ibu mertuaku yang lemah, aku merasa sangat sedih. "Ibu, maafkan aku, aku nggak bisa menemui Angga."Aku tidak tega memberi tahu ibu bahwa Angga menolak untuk pergi ke rumah sakit bersamaku."Nova, kamu nggak perlu menyembunyikan hal itu dariku. Angga adalah anakku, aku lebih tahu tentang dia daripada siapa pun. Dia pasti sedang bersama wanita itu.""Karena wanita itu, dia bahkan nggak peduli padaku, ibunya sendiri. Anak nggak tahu berterima kasih!""Sejak pertama kali bertemu, Ibu sudah tahu kamu anak yang baik. Dia sering pergi ke rumah wanita itu, dan kamu menahan perasaan send

    Last Updated : 2024-11-20
  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 4

    Dalam sekejap, abu jenazah tersebar di lantai, dan aku begitu marah hingga tubuhku bergetar.Aku mengangkat tangan dan menampar wajahnya."Angga, kamu brengsek!""Bisa-bisanya kamu menjatuhkan abu Ibu! Apa kamu nggak takut kena balasan?"Angga terkejut dengan tamparanku. Beberapa saat kemudian, dia sadar dan berteriak marah, "Nova, berani-beraninya kamu memukulku, kamu gila!"Aku tidak menanggapinya dan mulai mengumpulkan abu jenazah di lantai dengan cemas."Ibu, maafkan aku, aku nggak cukup kuat untuk melindungimu."Angga melihatku dengan tatapan jijik, lalu mengejek, "Ini cuma tepung, kan? Benar-benar meyakinkan aktingmu ini."Aku menatapnya dengan mata merah. "Angga, kamu menghancurkan abu Ibu, apa kamu masih punya hati?"Saat Angga hendak berbicara, ponselnya berbunyi. Setelah menjawab telepon, ekspresinya sedikit berubah. "Melda, jangan khawatir, aku akan segera ke sana," katanya.Aku berteriak marah, "Angga, awas saja kalau kamu berani pergi!"Biasanya, aku tidak pernah berkata s

    Last Updated : 2024-11-20
  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 5

    Dulu, setiap aku mendengar kata-kata seperti itu, aku pasti akan merasa sangat sedih. Namun sekarang, aku hanya ingin tertawa. Dia memang sangat bodoh. Tidak ingin membuang waktu untuk berdebat lebih lama, akhirnya aku menjawab, “Aku sudah menyiapkan surat cerai, kamu tinggal pulang dan tanda tangan.”Aku tak memberinya kesempatan bicara lagi dan langsung menutup telepon.Sekitar setengah jam kemudian, bel pintu berbunyi. Kukira itu Angga, jadi aku segera membukanya.Namun, orang yang berdiri di depan pintu bukanlah Angga, melainkan Melda dengan kucing di pelukannya.Dia menatapku dengan tatapan mengejek sambil berkata, "Bagaimana rasanya suamimu direbut orang lain? Nggak enak, kan?"Saat ini, hanya ada aku dan dia, jadi Melda tak lagi berpura-pura. Dia mengangkat ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto padaku."Nova, tahukah kamu kenapa Angga menikahimu? Itu hanya karena wajahmu mirip dengan wajahku di masa lalu. Sekarang aku sudah kembali, jadi lebih baik kamu sadar diri dan segera

    Last Updated : 2024-11-20
  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 6

    Angga mengambil surat cerai itu dan membacanya sebentar. Begitu dia menyadari bahwa aku benar-benar ingin bercerai dengannya, wajahnya langsung berubah pucat karena marah."Kalau begitu, baiklah. Kita cerai. Seharusnya aku nggak menikahimu sejak awal!"Dia dengan cepat menandatangani surat tersebut.Aku menyimpan surat cerai itu dan berkata, "Besok pagi jam 9:30, kita akan bertemu untuk memproses perceraian."Angga tampaknya tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Dia sudah berbalik dan berkata kepada Melda, "Melda, kita bawa Leon ke dokter, dia akan baik-baik saja, jangan khawatir."Melda tersenyum dan mengangguk, kemudian memberiku tatapan puas, seolah-olah dia sudah menang.Aku malas untuk merespons akting murahan seperti itu, jadi aku berbalik dan menutup pintu rumah.Namun, saat pintu itu tertutup, aku teringat pada ibu mertuaku. Ketika kucing itu terluka, Angga langsung panik dan ingin membawanya ke dokter. Namun, sudah beberapa hari dia tidak melihat ibunya, dia bahkan tidak be

    Last Updated : 2024-11-20
  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 7

    Ponsel Angga terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah.Tubuhnya gemetar tak terkendali, wajahnya menunjukkan rasa sakit, penyesalan, dan rasa bersalah. Sepertinya dia mengingat semua yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.Malam itu, ketika aku pergi ke rumah Melda untuk menemuinya, aku memohon padanya untuk kembali ke rumah sakit dan melakukan operasi pada Ibu, tetapi dia menolak. Kemudian, ketika dia pulang, dia bahkan menghancurkan kotak abu jenazah Ibu, mengklaim itu hanya tepung.Dia benar-benar panik, kedua kakinya lemas dan langsung berlutut di lantai."Ibu, bagaimana bisa ini terjadi? Mengapa ibu bisa meninggal?""Ini salahku, Ibu, maafkan aku, aku minta maaf!"Angga menangis sambil mengangkat tangan dan terus menampar pipinya sendiri.Aku menatapnya tanpa ekspresi. Meskipun dia memukul dirinya sampai mati, ibu mertuaku tetap tidak akan hidup kembali.Melda berjongkok di sampingnya dan mencoba menenangkannya, "Angga, semua ini bukan salahmu. Jangan menyalahkan dirimu sendi

    Last Updated : 2024-11-20
  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 8

    Aku pulang untuk mengemas barang-barang dan pindah ke mess perusahaan. Aku mulai bekerja keras dan meyakinkan diri sendiri bahwa aku bisa membeli rumah dengan kemampuanku sendiri.Mengenai perceraian, meskipun Angga tidak setuju, setelah dua tahun berpisah, aku tetap bisa mengajukan perceraian.Setelah pulang kerja, aku pergi makan malam dengan rekan-rekanku. Begitu keluar dari restoran, aku melihat banyak orang berkumpul di sekitar sana.Sebenarnya aku tidak tertarik dengan gosip, tetapi tanpa sengaja aku melihat Melda. Dia sedang dicaci oleh seorang wanita paruh baya yang menarik rambutnya. “Dasar kamu pelacur, berani sekali menggoda suamiku! Lihat saja, aku akan memukulmu sampai mati!”Aku mendekat, dan melihat Melda dipukuli hingga wajahnya memar, pakaiannya robek, dan terlihat sangat berantakan.“Wanita hina ini sudah bersama suamiku bertahun-tahun. Dia nggak hanya menghabiskan menghabiskan lebih dari dua ratus miliar uang suamiku, tapi dia bahkan memaksanya untuk bercerai dengank

    Last Updated : 2024-11-20
  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 1

    Saat makan malam, ibu mertuaku tiba-tiba memegang dada, dan wajahnya pucat.Aku segera meletakkan mangkok, lalu mendekat dan bertanya, "Ibu, jantungmu kambuh?"Ibu mertuaku mengangguk.Aku segera mengambil ponsel dan menelepon suamiku, Angga, yang merupakan ahli jantung.Malam ini, dia bilang dia harus lembur, jadi dia tidak pulang untuk makan malam.Aku menelepon beberapa kali, tetapi dia tidak mengangkatnya. Akhirnya, ketika dia mengangkat telepon, terdengar suara lembut dari ujung telepon."Nova, Leon sedang kurang enak badan, dan Angga sedang memasak untuknya. Tolong jangan terus menelepon, ya? Itu mengganggu tidurnya."Aku merasa tubuhku kaku.Itu adalah Melda, cinta pertama Angga.Mereka sudah bersama sejak SMA, tetapi orang tua Melda merasa bahwa keluarga Angga terlalu miskin, jadi mereka memaksanya untuk berpisah dan mengirim Melda ke luar negeri untuk melanjutkan studi.Kemudian, Angga bertemu denganku. Dia jatuh cinta padaku pada pandangan pertama dan setelah mengejarku selam

    Last Updated : 2024-11-20

Latest chapter

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 8

    Aku pulang untuk mengemas barang-barang dan pindah ke mess perusahaan. Aku mulai bekerja keras dan meyakinkan diri sendiri bahwa aku bisa membeli rumah dengan kemampuanku sendiri.Mengenai perceraian, meskipun Angga tidak setuju, setelah dua tahun berpisah, aku tetap bisa mengajukan perceraian.Setelah pulang kerja, aku pergi makan malam dengan rekan-rekanku. Begitu keluar dari restoran, aku melihat banyak orang berkumpul di sekitar sana.Sebenarnya aku tidak tertarik dengan gosip, tetapi tanpa sengaja aku melihat Melda. Dia sedang dicaci oleh seorang wanita paruh baya yang menarik rambutnya. “Dasar kamu pelacur, berani sekali menggoda suamiku! Lihat saja, aku akan memukulmu sampai mati!”Aku mendekat, dan melihat Melda dipukuli hingga wajahnya memar, pakaiannya robek, dan terlihat sangat berantakan.“Wanita hina ini sudah bersama suamiku bertahun-tahun. Dia nggak hanya menghabiskan menghabiskan lebih dari dua ratus miliar uang suamiku, tapi dia bahkan memaksanya untuk bercerai dengank

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 7

    Ponsel Angga terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah.Tubuhnya gemetar tak terkendali, wajahnya menunjukkan rasa sakit, penyesalan, dan rasa bersalah. Sepertinya dia mengingat semua yang terjadi dalam beberapa hari terakhir.Malam itu, ketika aku pergi ke rumah Melda untuk menemuinya, aku memohon padanya untuk kembali ke rumah sakit dan melakukan operasi pada Ibu, tetapi dia menolak. Kemudian, ketika dia pulang, dia bahkan menghancurkan kotak abu jenazah Ibu, mengklaim itu hanya tepung.Dia benar-benar panik, kedua kakinya lemas dan langsung berlutut di lantai."Ibu, bagaimana bisa ini terjadi? Mengapa ibu bisa meninggal?""Ini salahku, Ibu, maafkan aku, aku minta maaf!"Angga menangis sambil mengangkat tangan dan terus menampar pipinya sendiri.Aku menatapnya tanpa ekspresi. Meskipun dia memukul dirinya sampai mati, ibu mertuaku tetap tidak akan hidup kembali.Melda berjongkok di sampingnya dan mencoba menenangkannya, "Angga, semua ini bukan salahmu. Jangan menyalahkan dirimu sendi

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 6

    Angga mengambil surat cerai itu dan membacanya sebentar. Begitu dia menyadari bahwa aku benar-benar ingin bercerai dengannya, wajahnya langsung berubah pucat karena marah."Kalau begitu, baiklah. Kita cerai. Seharusnya aku nggak menikahimu sejak awal!"Dia dengan cepat menandatangani surat tersebut.Aku menyimpan surat cerai itu dan berkata, "Besok pagi jam 9:30, kita akan bertemu untuk memproses perceraian."Angga tampaknya tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Dia sudah berbalik dan berkata kepada Melda, "Melda, kita bawa Leon ke dokter, dia akan baik-baik saja, jangan khawatir."Melda tersenyum dan mengangguk, kemudian memberiku tatapan puas, seolah-olah dia sudah menang.Aku malas untuk merespons akting murahan seperti itu, jadi aku berbalik dan menutup pintu rumah.Namun, saat pintu itu tertutup, aku teringat pada ibu mertuaku. Ketika kucing itu terluka, Angga langsung panik dan ingin membawanya ke dokter. Namun, sudah beberapa hari dia tidak melihat ibunya, dia bahkan tidak be

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 5

    Dulu, setiap aku mendengar kata-kata seperti itu, aku pasti akan merasa sangat sedih. Namun sekarang, aku hanya ingin tertawa. Dia memang sangat bodoh. Tidak ingin membuang waktu untuk berdebat lebih lama, akhirnya aku menjawab, “Aku sudah menyiapkan surat cerai, kamu tinggal pulang dan tanda tangan.”Aku tak memberinya kesempatan bicara lagi dan langsung menutup telepon.Sekitar setengah jam kemudian, bel pintu berbunyi. Kukira itu Angga, jadi aku segera membukanya.Namun, orang yang berdiri di depan pintu bukanlah Angga, melainkan Melda dengan kucing di pelukannya.Dia menatapku dengan tatapan mengejek sambil berkata, "Bagaimana rasanya suamimu direbut orang lain? Nggak enak, kan?"Saat ini, hanya ada aku dan dia, jadi Melda tak lagi berpura-pura. Dia mengangkat ponselnya dan memperlihatkan sebuah foto padaku."Nova, tahukah kamu kenapa Angga menikahimu? Itu hanya karena wajahmu mirip dengan wajahku di masa lalu. Sekarang aku sudah kembali, jadi lebih baik kamu sadar diri dan segera

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 4

    Dalam sekejap, abu jenazah tersebar di lantai, dan aku begitu marah hingga tubuhku bergetar.Aku mengangkat tangan dan menampar wajahnya."Angga, kamu brengsek!""Bisa-bisanya kamu menjatuhkan abu Ibu! Apa kamu nggak takut kena balasan?"Angga terkejut dengan tamparanku. Beberapa saat kemudian, dia sadar dan berteriak marah, "Nova, berani-beraninya kamu memukulku, kamu gila!"Aku tidak menanggapinya dan mulai mengumpulkan abu jenazah di lantai dengan cemas."Ibu, maafkan aku, aku nggak cukup kuat untuk melindungimu."Angga melihatku dengan tatapan jijik, lalu mengejek, "Ini cuma tepung, kan? Benar-benar meyakinkan aktingmu ini."Aku menatapnya dengan mata merah. "Angga, kamu menghancurkan abu Ibu, apa kamu masih punya hati?"Saat Angga hendak berbicara, ponselnya berbunyi. Setelah menjawab telepon, ekspresinya sedikit berubah. "Melda, jangan khawatir, aku akan segera ke sana," katanya.Aku berteriak marah, "Angga, awas saja kalau kamu berani pergi!"Biasanya, aku tidak pernah berkata s

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 3

    Aku tidak punya pilihan selain bergegas kembali ke rumah sakit, dan dalam perjalanan, aku terjatuh beberapa kali karena terlalu panik.Begitu Mario melihatku, dia bertanya, "Nova, di mana Angga?""Dia nggak mau ikut aku ke rumah sakit. Bagaimana dengan Ibu?"Mario menoleh dan berkata tanpa menatapku, "Nova, kamu harus kuat."Wajahku langsung pucat, dan aku segera berlari ke ruang gawat darurat.Melihat keadaan ibu mertuaku yang lemah, aku merasa sangat sedih. "Ibu, maafkan aku, aku nggak bisa menemui Angga."Aku tidak tega memberi tahu ibu bahwa Angga menolak untuk pergi ke rumah sakit bersamaku."Nova, kamu nggak perlu menyembunyikan hal itu dariku. Angga adalah anakku, aku lebih tahu tentang dia daripada siapa pun. Dia pasti sedang bersama wanita itu.""Karena wanita itu, dia bahkan nggak peduli padaku, ibunya sendiri. Anak nggak tahu berterima kasih!""Sejak pertama kali bertemu, Ibu sudah tahu kamu anak yang baik. Dia sering pergi ke rumah wanita itu, dan kamu menahan perasaan send

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 2

    Aku menggenggam jariku erat-erat, tetapi sekarang aku tak punya waktu untuk bertanya apa yang mereka lakukan di dalam."Di mana Angga?"Begitu kata-kataku terucap, Angga muncul dengan kucing di pelukannya. Saat melihatku, wajahnya langsung berubah geram."Nova, mau apa kamu kesini?"Dengan wajah tidak sabar, dia berkata, "Aku sudah bilang, Leon sakit dan perlu makan. Aku hanya membuatkan makanan untuknya dan akan segera pulang. Bisakah kamu sedikit simpati pada hewan?"Aku tidak ingin membuang waktu berdebat dan langsung menarik lengannya. "Ikut aku, Ibu kena serangan jantung."Namun, Angga menepis tanganku."Apa yang kamu bicarakan? Aku tahu kondisi Ibu lebih baik dari siapa pun. Dia baik-baik saja. Siang tadi aku bahkan memeriksanya. Keadaannya stabil. Jangan gunakan dia untuk menakut-nakutiku."Memang, dia sendiri yang menangani penyakit ibu mertuaku, tetapi itu tidak berarti tidak ada kejadian tak terduga. Sebagai ahli kardiologi, seharusnya dia lebih tahu.Aku berusaha menahan ama

  • Ibu Meninggal, Suami Sibuk dengan Mantan   Bab 1

    Saat makan malam, ibu mertuaku tiba-tiba memegang dada, dan wajahnya pucat.Aku segera meletakkan mangkok, lalu mendekat dan bertanya, "Ibu, jantungmu kambuh?"Ibu mertuaku mengangguk.Aku segera mengambil ponsel dan menelepon suamiku, Angga, yang merupakan ahli jantung.Malam ini, dia bilang dia harus lembur, jadi dia tidak pulang untuk makan malam.Aku menelepon beberapa kali, tetapi dia tidak mengangkatnya. Akhirnya, ketika dia mengangkat telepon, terdengar suara lembut dari ujung telepon."Nova, Leon sedang kurang enak badan, dan Angga sedang memasak untuknya. Tolong jangan terus menelepon, ya? Itu mengganggu tidurnya."Aku merasa tubuhku kaku.Itu adalah Melda, cinta pertama Angga.Mereka sudah bersama sejak SMA, tetapi orang tua Melda merasa bahwa keluarga Angga terlalu miskin, jadi mereka memaksanya untuk berpisah dan mengirim Melda ke luar negeri untuk melanjutkan studi.Kemudian, Angga bertemu denganku. Dia jatuh cinta padaku pada pandangan pertama dan setelah mengejarku selam

DMCA.com Protection Status