All Chapters of Perjalanan Dimensi Waktu Komandan Pasukan Khusus: Chapter 71 - Chapter 80

351 Chapters

Bab 71, Permaisuri Mempermalukan.

Pangeran Mahkota sudah berkata demikian, Raka Anggara tidak punya alasan untuk menolak, sehingga dia harus ikut untuk menemui Putri Kesembilan.Namun, baru saja mereka melewati lorong panjang, seorang pelayan perempuan berpakaian rapi berjalan menghampiri dengan langkah kecil."Hamba menyapa Yang Mulia Pangeran Mahkota!" Pelayan itu berlutut dan memberi hormat besar.Pangeran Mahkota melirik Raka Anggara, alisnya berkerut dalam. Raka Anggara penasaran, "Ada apa?"Pangeran Mahkota menurunkan suaranya dan berkata, "Dia bernama Sulastri, pelayan kepercayaan Permaisuri."Tatapan Raka Anggara sedikit berubah, tak heran Pangeran Mahkota berkerut.Baru kemudian Pangeran Mahkota membuka suara kepada Sulastri, "Bangkitlah!""Terima kasih, Yang Mulia," jawab Sulastri sambil berdiri dan membungkuk, "Yang Mulia, hamba membawa perintah dari Permaisuri, meminta Pengawas Raka datang."Ekspresi Pangeran Mahkota sedikit berubah, menatap Raka Anggara.Wajah Raka Anggara tampak dingin, bertemu Permaisur
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 72, Bukankah Ini Menyulitkanku, Macan Gemuk?

Melihat beberapa kasim berjalan ke arahnya, Raka Anggara berpikir cepat, apa yang harus dilakukan?Beberapa kasim ini bisa dengan mudah dia kalahkan.Tapi ini adalah Istana Permaisuri, wilayah Permaisuri... Jika dia berani bertindak, masalah akan menjadi besar.Jika Permaisuri mengambil kesempatan untuk membunuhnya, bahkan Kaisar pun tidak bisa berkata apa-apa.Namun, dia juga tidak bisa menerima hukuman begitu saja. Jika dia dipukul tiga puluh kali, tubuh kecilnya ini, tak mati pun akan terluka parah."Permaisuri, mohon ampun, hamba tidak bisa menerima hukuman."Raka Anggara berkata dengan wajah serius.Permaisuri tersenyum dingin dan berkata, "Apa? Kau berani melawan?""Hamba tidak berani... Tapi Kaisar memerintahkan hamba pergi ke perbatasan. Hamba sudah terluka, jika menerima hukuman, dalam waktu dekat hamba mungkin tidak bisa berangkat, yang akan menunda perang. Hamba takut tidak bisa menanggung tanggung jawab ini.""Jika Permaisuri bersikeras menghukum hamba, hamba tidak berani
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 73, Ayah yang Penuh Kasih, Anak yang Berbakti.

Raka Anggara dan Pangeran Mahkota tidak berlama-lama dan segera pergi.Putri Kesembilan dengan cepat mengangkat roknya dan berlari masuk ke kamar. Ia segera mengambil kuas dan menuliskan puisi yang diberikan Raka Anggara, takut jika ia lupa."Hey, kalian kemarilah, lihat ini! Ini adalah puisi yang diberikan Raka Anggara untukku," katanya.Beberapa pelayan perempuan datang untuk melihat."Bagaimana menurut kalian?""Putri, kami kurang paham soal puisi... apakah puisi ini benar-benar bagus?"Putri Kesembilan mengangkat kepalanya dengan bangga, seperti seekor ayam betina kecil yang angkuh. "Tentu saja! Ini adalah karya abadi yang sempurna menggambarkan kecantikan, keanggunan, dan bakatku... puisi ini benar-benar seperti dibuat khusus untukku.""Sebenarnya, Raka Anggara tidak seburuk itu juga, hehe...!" Putri Kesembilan semakin menyukai puisinya.Tiba-tiba, ia melompat dengan penuh semangat. "Aku harus menunjukkan ini kepada Ayahanda Kaisar!""Putri, pelan-pelan, jangan sampai jatuh!"Beb
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 74, Aku Hanya Bisa Membantumu Sampai Di Sini.

"Tuan Menteri Ritus, aku adalah pejabat yang ditunjuk oleh Kaisar sendiri sebagai prajurit berbaju perak... tak lama lagi aku akan pergi berperang untuk negara, apakah kau yakin akan melemparkan cangkir ini kepadaku?""Jika aku terluka dan urusan besar tertunda, apakah kau bisa menanggung akibatnya?" Raka Anggara berkata dengan nada mengejek.Dia pernah menggunakan ancaman ini pada Permaisuri, bahkan Permaisuri tidak berani menanggung tanggung jawab itu... memberi Surapati Anggara sepuluh nyali pun, dia tidak akan berani melemparkan cangkir ini.Tangan Surapati Anggara terhenti di udara.Raka Anggara akan segera pergi berperang. Jika dia terluka dan urusan besar tertunda, memang benar Surapati Anggara tidak bisa menanggungnya.Dengan suara keras, Surapati Anggara menghancurkan cangkir itu ke tanah hingga pecah berkeping-keping."Tuan Menteri Ritus, kau begitu terobsesi dengan kekuasaan, jika kekuasaanmu diambil darimu, bagaimana kau akan bereaksi? Apakah kau akan rela menjadi rakyat b
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 75, Tempat Hiburan.

Gang Doli terletak di tepi Sungai Ci Sadana. Karena berada di bawah kekuasaan Kaisar, sungai ini dinamakan Sungai Ci Sadana. Di atas Sungai Ci Sadana, kapal-kapal pesiar hilir mudik. Banyak pemuda kaya yang suka berpuisi dan bercakap di atas kapal ini, berpura-pura terkesan elegan. Sejujurnya, ini tidak jauh berbeda dengan pesta kapal pesiar zaman sekarang, semua demi kegembiraan terakhir.Gang Doli adalah bangunan tiga lantai dengan warna merah meriah yang terang benderang oleh cahaya lampu. Raka Anggara dan rombongannya tiba di sana, lalu menambatkan kuda mereka. Raka Anggara mengamati sekelilingnya dengan rasa ingin tahu. Gadis-gadis di sini benar-benar hemat dalam berpakaian, celana dalam, penutup dada, dan hanya selendang tipis yang membungkus tubuh mereka, menampilkan siluet tubuh yang samar.Para gadis menyambut dan mengantar tamu di pintu masuk. Mereka lalu melangkah masuk ke dalam. Raka Anggara sedikit terkejut melihat bahwa ruangan ini tidak hanya luas, tetapi juga didekoras
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 76, Ningsih dan Dasimah.

Raka Anggara dan yang lainnya tiba di lantai dua.Di sini terdapat sebuah ruangan yang cukup luas, dengan panggung di tengahnya yang kemungkinan digunakan oleh para gadis dari Gang Doli (semacam rumah pertunjukan) untuk tampil.Di sekelilingnya terdapat meja-meja pendek kecil yang hanya muat untuk satu orang duduk.Saat ini, sudah banyak orang yang duduk di tempat itu, menempati posisi terbaik.Seorang pelayan dengan teko besar mempersilakan Raka Anggara dan teman-temannya duduk, kemudian menuangkan teh untuk masing-masing dari mereka.Dadaka mengeluarkan sepuluh tael perak dan melemparkannya kepada pelayan tersebut, lalu berkata, "Pergi, siapkan beberapa makanan dan arak untuk kami.""Baiklah! Tuan-tuan, harap tunggu sebentar, akan segera datang," jawab pelayan tersebut dengan semangat.Rustam dengan tenang mendekati Raka Anggara dan berkata pelan, "Nanti kita lihat aksimu."Raka Anggara bingung menatapnya.Rustam menjelaskan, "Coba lihat pandangan mereka."Raka Anggara melihat ke se
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 77, Sebenarnya Aku Juga Mengerti Sedikit Ilmu Bela Diri.

Bagus Anggara membawa sebuah kotak kayu panjang di tangannya.Dia maju ke depan panggung dan berkata dengan lantang, “Nona Ningsih, ini adalah seruling giok yang kucari khusus untukmu. Semoga kau menyukainya.”Sambil berbicara, dia membuka kotak kayu tersebut. Di dalamnya terdapat sebuah seruling giok yang tampak halus dan berkilau. Mata Nona Ningsih tampak sedikit berbinar.Raka Anggara sedikit terkejut, ternyata Bagus Anggara cukup berbakat dalam merayu wanita, tahu bagaimana menarik perhatian mereka. Raka Anggara kemudian menoleh ke arah Gunadi Kulon.Gunadi Kulon berdiri kaku seperti kayu, menggenggam erat puisi yang diberikan Raka Anggara kepadanya, hampir meremasnya sampai basah. Raka Anggara tidak tahan lagi melihatnya dan berkata, “Komandan Gunadi, apa yang kau tunggu? Kalau kau tidak cepat, Nona Ningsih bisa direbut orang lain!”Gunadi Kulon ragu-ragu sejenak, kemudian menggelengkan kepala dengan lembut dan menghela napas, “Sudahlah! Seorang prajurit kasar sepertiku tidak pan
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 78, Tamu Kehormatan di Kamar.

Nona Ningsih awalnya tidak terlalu tertarik dengan puisi yang diberikan oleh Gunadi Kulon. Namun, setelah mendengar bahwa Raka Anggara adalah orang yang menulis karya-karya besar tersebut, entah kenapa pikirannya berubah. Ia langsung membuka lembaran kertas di tangannya.Judul puisinya adalah "Diberikan untuk Ningsih".Saat membaca isinya, matanya langsung bersinar dan ia tanpa sadar membacanya keras-keras,"Ke arah selatan ranting hangat segera mekar, Biarkan dia menjadi ratu di antara bunga-bunga." "Dalam waktu tanpa persaingan, musim semi tersimpan, Merasakan rindu darimu, senyum pun datang."Meskipun puisi ini tidak seunggul karya besar Raka Anggara yang lain, tetap merupakan karya yang jarang ditemui... terutama pada baris pertama yang menyebutkan nama Ningsih.Orang-orang di sekitar yang menyukai puisi segera mengangguk dan memuji ketika mendengar Ningsih membaca puisi itu."Puisi bagus, sungguh luar biasa!" Rustam bertepuk tangan sambil berseru. Sebenarnya, dia tidak terlalu m
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 79, Kamu, Aku Mau Kamu!

Raka Anggara berpikir sejenak, lalu mengangguk setuju. Dia memang hanya ingin mencicipi anggur berkualitas tinggi, dan sama sekali bukan karena tertarik pada tubuh Nona Dasimah.Mata Dasimah berbinar gembira."Tuan Raka, silakan ikut aku!"Raka Anggara mengikuti Nona Dasimah naik ke atas, dikelilingi tatapan iri dari sekelompok pria di sekitarnya."Nona Dasimah, Raka Anggara itu masih seperti anak ayam yang belum berpengalaman, kau harus bersikap lembut padanya," teriak Rustam.Langkah Raka Anggara tersendat, hampir saja ia jatuh dari tangga. Ia menoleh dan menatap Rustam dengan tajam, jelas sekali Rustam hanya iri padanya. Semua orang menatapnya dengan senyum penuh ejekan, ternyata Raka Anggara masih "anak ayam" yang polos.Raka Anggara mengikuti Dasimah ke sebuah ruangan. Ruangan itu luas dan ditata dengan anggun. Aroma bunga anggrek yang lembut memenuhi udara, begitu harum dan menenangkan."Tuan Raka, silakan duduk!"Di depan layar pembatas terdapat sebuah meja rendah dengan bebera
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 80, Kami Malu Berada di Sisimu.

Saat gaun tipis berwarna biru muda itu dilepaskan, dan pakaian dalamnya jatuh ke lantai, Dasimah gemetar ketakutan. Dia menutup rapat matanya, dan bulu matanya yang bergetar menunjukkan kegugupannya. Raka Anggara bernapas dengan cepat, tenggorokannya terasa kering. “Seperti menemukan harta karun, tubuhnya sempurna!” “Jangan gugup, awalnya agak sakit, tapi nanti akan hilang...” Raka Anggara berkata lembut menenangkannya. Seiring dengan jeritan kesakitan dari Dasimah, ruangan itu jatuh ke dalam keheningan singkat. Setelah beberapa saat, ranjang besar mulai bergetar dengan ritme tertentu. Selanjutnya... adalah konten berbayar.Hahahaha. Keesokan paginya, Raka Anggara terbangun dan menoleh melihat wanita cantik di sebelahnya yang masih tertidur. Tangannya yang usil menyusuri kulit halusnya. Dasimah mengeluarkan suara kecil, bulu matanya yang panjang bergetar beberapa kali, dan perlahan membuka matanya. Saat dia melihat Raka Anggara menatapnya dan tangannya yang nakal, wajahnya m
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more
PREV
1
...
678910
...
36
DMCA.com Protection Status