Janice terperangah. Namun, akal sehatnya segera menyadarkannya. Dia dan Jason? Itu tidak mungkin!Sekarang, tidak ada anak ataupun paksaan pernikahan di antara mereka. Yang ada hanya kebencian! Apalagi, Vania tidak membawa anaknya kabur.Sekujur tubuh Janice terasa dingin, seolah-olah jatuh ke lubang es. Dia menggigit bibirnya sebelum berkata, "Paman, kalimat seperti ini seharusnya diucapkan untuk pacarmu. Aku bantu kamu perban lukamu. Kalau ada waktu, pergi cari pacarmu."'Temui Axel, putra kesayanganmu untuk yang terakhir kalinya. Mungkin, dia sudah jadi gumpalan darah,' batin Janice.Ketika mengetahui Vania ingin menggugurkan kandungannya saat itu, Janice hanya terkejut tanpa bersimpati sedikit pun. Makanya, dia tidak berniat mengabari Jason. Tidak ada gunanya bagi Janice sekalipun Jason menghentikan Vania.Lagi pula, anak jahat itu memang seharusnya menjadi genangan darah yang masuk ke selokan. Anak itu sama jahatnya dengan ibunya. Karena kesehatan Janice kurang baik, dia terus men
Read more