Home / Romansa / Pembalasan sang Istri Tertindas / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 211 - Chapter 220

324 Chapters

Bab 211

Setiap tindakan Jason membuat Janice menegang. Entah sudah berapa kali dia menelan ludahnya saking gugupnya.Jason menyunggingkan bibirnya sambil melirik Janice dan bertanya, "Masih mau kuajari?"Begitu mendengarnya, Janice langsung tersadar dari lamunannya. Dia berpura-pura tenang sambil menyahut, "Nggak usah. Kamu sakit, aku seharusnya menjagamu.""Jangan bicara omong kosong." Jason memicingkan matanya.Janice menggigit bibirnya, lalu segera melepaskan kancing kemeja Jason. Terlihat otot yang kekar sekaligus proporsional, belum lagi sabuk Apollo yang membuatnya makin seksi.Janice menarik napas dalam-dalam dan mengalihkan pandangannya. Di sisi lain, Jason malah mendekatinya dan menggoda, "Cepat sekali kamu membuka kancing kemeja. Kamu pernah bantu siapa membuka kancing kemeja selain aku?"Tidak ada emosi apa pun pada ekspresi Jason, seolah-olah ini adalah sesuatu yang biasa. Namun, Janice malah makin gugup."Nggak ada," sahut Janice dengan suara rendah."Yoshua?" Jason seolah-olah ti
Read more

Bab 212

Kenapa Jason tidak pernah mengatakannya? Pikiran Janice menjadi kacau. Pertama perubahan Yoshua, sekarang rahasia Jason. Sebenarnya siapa yang tulus dan hanya berpura-pura?Janice memandang luka-luka itu, lalu menggigit bibirnya dan bertanya, "Paman, ayahmu sering menghukummu seperti ini?""Aku nggak bodoh," timpal Jason dengan tidak acuh."Kalau begitu, kapan saja kamu akan dihukum seperti ini?""Kalau ada yang nggak pakai otaknya waktu bertindak."Janice tahu Jason mengatakan dirinya. Jason yang begitu licik seharusnya tahu cara melindungi diri sendiri. Lantas, kenapa dia ....Ketika Janice masih merenung, Jason tiba-tiba menoleh dan memanggil, "Janice.""Hm?" "Sudah cukup pegangnya?"Begitu mendengarnya, Janice sontak tersadar dari lamunannya. Dia mendapati satu tangannya masih mengelus punggung Jason.Janice buru-buru menarik tangannya, lalu menunduk dan mencari obat di kotak P3K. "Eee ... kamu memang berdarah, tapi cuma robek sedikit. Aku oleskan obat. Tapi, aku bukan dokter prof
Read more

Bab 213

Janice terperangah. Namun, akal sehatnya segera menyadarkannya. Dia dan Jason? Itu tidak mungkin!Sekarang, tidak ada anak ataupun paksaan pernikahan di antara mereka. Yang ada hanya kebencian! Apalagi, Vania tidak membawa anaknya kabur.Sekujur tubuh Janice terasa dingin, seolah-olah jatuh ke lubang es. Dia menggigit bibirnya sebelum berkata, "Paman, kalimat seperti ini seharusnya diucapkan untuk pacarmu. Aku bantu kamu perban lukamu. Kalau ada waktu, pergi cari pacarmu."'Temui Axel, putra kesayanganmu untuk yang terakhir kalinya. Mungkin, dia sudah jadi gumpalan darah,' batin Janice.Ketika mengetahui Vania ingin menggugurkan kandungannya saat itu, Janice hanya terkejut tanpa bersimpati sedikit pun. Makanya, dia tidak berniat mengabari Jason. Tidak ada gunanya bagi Janice sekalipun Jason menghentikan Vania.Lagi pula, anak jahat itu memang seharusnya menjadi genangan darah yang masuk ke selokan. Anak itu sama jahatnya dengan ibunya. Karena kesehatan Janice kurang baik, dia terus men
Read more

Bab 214

Setelah mendengar pertanyaan Janice, para rekan kerja juga merasa penasaran."Ya. Kamu sakit apa? Kalau penyakit menular yang lagi viral itu, nggak mungkin sembuh secepat ini.""Selain itu, kamu nggak terlihat seperti orang sakit. Rona wajahmu sangat bagus."Vania buru-buru menunduk. Namun, dia segera menyunggingkan senyuman tenang. "Bukan penyakit parah, cuma demam biasa. Jason yang terlalu berlebihan. Dia khawatir aku kenapa-napa, makanya terus menjagaku.""Dia terus menjagamu?" Janice menatap Vania dengan tatapan ragu.Setelah mendengarnya, Vania sontak menjadi berminat. Dia bergegas datang ke hadapan Janice, lalu pura-pura tidak sengaja meraba kalungnya."Ya, dia sayang sekali padaku. Dia nggak bisa melihatku sakit. Kamu cemburu ya? Cepat cari pacar kalau begitu. Tapi, seharusnya nggak ada pria seperti Jason di dunia ini."Nada bicaranya terdengar lembut, tetapi tatapannya yang tertuju pada Janice dipenuhi ejekan, seolah-olah mengatakan bahwa kecemburuan Janice tidak ada gunanya ka
Read more

Bab 215

Setengah jam kemudian, staf kafe itu memasuki studio dengan membawa kantong kertas. Demi menjaga sopan santun, seorang rekan kerja memberikan kopi pertama kepada Vania. "Vania, kamu minum dulu. Rasanya benaran enak lho!"Vania menatap cangkir kopi di depannya dengan gugup. Dari sudut matanya, dia bisa melihat Janice sudah mengambil kopinya dan menyesap dengan ekspresi puas. "Hm ... enak sekali."Vania hanya bisa menyesap dengan perlahan. Setelah menahannya di dalam mulut untuk sesaat, dia baru menelannya. "Ya, memang enak."Seorang rekan kerja yang tidak menyukai Vania tiba-tiba menyindir, "Kenapa cuma minum sedikit? Kamu nggak suka kopi pilihan kami ya?"Vania selalu mempertahankan citra anggun dan ramah. Makanya, dia punya banyak penggemar di internet. Di kehidupan lampau, dia mengelabui orang-orang yang tidak tahu kebenarannya sehingga banyak yang berdiri di pihaknya.Namun, kini jika Vania berani menunjukkan kebenciannya sedikit saja, para rekan kerjanya akan langsung menyebarkan m
Read more

Bab 216

Menurut tebakan Janice, itu mungkin bukan anak Jason. Makanya, Janice mencari tahu tentang teman pria Vania. Sayangnya, belum ada perkembangan apa pun sampai sekarang. Namun, Janice makin yakin saat melihat Vania begitu takut.Selama empat hari selanjutnya, Vania selalu merias diri dengan cantik dan menghilang tiba-tiba. Sementara itu, Janice selalu membuntutinya dan mendengar rintihan kesakitan. Menurut dokter, sepertinya aborsi Vania gagal.Vania bertahan dua hari lagi sebelum akhirnya tidak tahan dan meminta izin mencari dokter. Ketika melihat ini, Janice pun ikut keluar dengan alasan harus mengantar barang.Vania mencari dokter yang meresepkannya obat sebelumnya. Supaya tidak ada yang melihat, dia memilih jam siang saat rumah sakit sedang sepi.Namun, sebelum memasuki ruangan, Vania tiba-tiba menerima panggilan. Dia sontak terperangah. "Apa katamu? Kamu yakin? Oke, aku sudah tahu."Vania menggertakkan giginya sambil mengakhiri panggilan. Ketika menurunkan tangannya, dia berbalik da
Read more

Bab 217

Edrick sedang bersiap-siap untuk konsultasi sore, tetapi ekspresinya terlihat sangat gugup. Seorang dokter kebetulan lewat dan meliriknya. "Dokter Edrick, kenapa nggak pergi makan siang ini? Aku juga nggak melihatmu di ruanganmu tadi. Kamu ke mana?"Edrick terkejut. Barang di tangannya sampai jatuh. Dia tersenyum canggung dan menyahut, "Aku ke ruang operasi tadi untuk buat persiapan.""Kamu masih perlu membuat persiapan untuk operasi kecil?" Di zaman sekarang, aborsi tanpa rasa sakit ini tidak bisa disebut sebagai operasi lagi."Pasien agak takut, jadi aku ngobrol sebentar dengannya." Edrick masih tersenyum, tetapi dahinya berkeringat. Dokter itu pun tidak curiga dan hanya mengangguk sebelum berjalan pergi.Pada saat yang sama, Janice meninggalkan kerumunan. Dia bergegas mengikuti Vania. Vania sedang lemas sehingga baru meninggalkan gedung rumah sakit.Demi membuktikan spekulasinya, Janice mempercepat langkah kakinya. Namun, sebelum mendekat, tiba-tiba seorang pria menarik lengan Vania
Read more

Bab 218

Janice sungguh terkejut dengan sikap pria itu. Namun, masih ada yang lebih mengejutkan."Nggak apa-apa kalau anak itu sudah tiada. Di hatiku, nggak ada yang lebih penting darimu." Usai melontarkan itu, pria itu memegang wajah Vania dan menyeka sudut matanya. Saat berikutnya, dia mencium Vania.Vania pun tercengang sebelum akhirnya mendorong pria itu. "Kamu sudah gila ya? Ini di rumah sakit! Gimana kalau ada yang lihat?""Kamu nggak suka?" Nada bicara pria itu nakal. Tangannya masih memegang wajah Vania. Bahkan, tanp peduli pada amarah Vania, dia lanjut mencium dengan ganas.Vania semula meronta. Beberapa saat kemudian, dia malah memeluk pria itu dan membalas ciuman dengan panas, sampai terdengar suara ciuman yang berisik.Janice termangu sejenak. Kemudian, dia segera mengeluarkan ponselnya untuk merekam adegan ini. Sayangnya, cabang pohon di depan sangat mengganggu. Janice pun terus mengubah posisi dan menggeser beberapa cabang yang agak tipis.Lambat laun, gambar menjadi makin jelas,
Read more

Bab 219

Karena panik, Janice pun terpeleset. Ponselnya malah terjatuh ke dalam danau buatan. Dia tidak sempat memedulikan ponselnya karena harus bersembunyi.Di sisi lain, pria itu harus melindungi Vania sehingga jalannya lebih lambat. Kebetulan, seekor kucing melompat keluar dan menjilat cakarnya.Pria itu berbalik dan memeluk Vania kembali. Dia seperti ingin melanjutkan, tetapi Vania menolak, "Sudahlah, tubuhku benaran nggak nyaman sekarang."Begitu mendengarnya, pria itu langsung melepaskan jaket kulitnya dan meletakkannya di atas bahu Vania supaya dia merasa lebih hangat.Vania menatap kucing itu lekat-lekat. Dia memicingkan matanya sambil berujar, "Aku rasa ada orang di sini."Pria itu mengedikkan bahunya. "Kamu terlalu cemas. Ayo, aku antar kamu pulang."Vania tidak meladeninya, bahkan menepis tangannya. Dia mendekati kucing itu, lalu menendang dengan ringan. Kucing itu sontak melompat dan kabur.Kemudian, Vania berdiri di tempat kucing itu berdiri tadi dan mulai mengamati sekeliling. Ti
Read more

Bab 220

Janice tidak berani berlama-lama. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar. Ketika hendak berlari, pergelangan kakinya malah sakit.Janice menahan rasa sakit pada kakinya sambil menuju ke pinggir danau. Setelah berbaring di tanah dan menjulurkan tangannya sepanjang mungkin, dia baru berhasil mengambil ponselnya. Namun, ponselnya mati karena terendam air terlalu lama.Janice bangkit dan ingin mencari tukang reparasi ponsel. Sayangnya, pergelangan kakinya yang sakit malah membuatnya terpaksa berjongkok kembali.Janice menggulung celananya, mendapati pergelangan kakinya sudah bengkak. Ini karena setelah terpeleset tadi, dia memaksakan diri untuk berjongkok.Namun, Janice tidak boleh berlama-lama di sini. Dia terus berjalan dengan kaki pincangnya, bahkan melewati jalan lain supaya tidak bertemu Vania.Kemudian, Janice tidak terburu-buru untuk memperbaiki ponselnya. Dia pergi ke toko ponsel paling dekat untuk membeli ponsel baru yang serupa dengan miliknya. Dia memasang k
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
33
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status