Accueil / Fiksi Remaja / Janji Amanda / Chapitre 51 - Chapitre 60

Tous les chapitres de : Chapitre 51 - Chapitre 60

62

51. Bertengkar

Arga sedang bermain mobil-mobilan bersama dengan Bi Roro-babysitter-nya. Dia sangat gembira saat menjalankan mobil-mobilannya dan meniru-nirukan suara mobil menderu-deru. Bi Roro cuma bisa tersenyum saja melihat anak asuhnya gembira dan tidak merepotkan hari ini. Karena yang namanya anak-anak kalau lagi bad mood pasti rewel, apa saja yang sesuai dengan keinginannya dan bawaannya nangis melulu. Tapi kali ini Arga tidak rewel dan membuat Bi Roro senang. “Nah, Arga. Kita makan siang dulu, ya?” Bi Roro mengambil sepiring nasi goreng spesial lengkap dengan lauknya. Siap untuk menyuapi Arga. Sepertinya tadi dia menunggu sampai Arga benar-benar santai dan dia bisa menyuapinya tanpa harus diwarnai tangisan dan amukan Arga yang susah makan. “Ayo Bibi suapin, ya?” Arga menggelengkan kepalanya dan menutup mulutnya rapat-rapat. “Nggak mau!” “Lho kok nggak mau? Arga kan harus makan. Nanti kalau nggak makan sakit gimana, hayo? Ini Bibi udah masakin nasi goreng kesukaan Arga. Ada paha
last updateDernière mise à jour : 2024-11-22
Read More

52. Bukan Hanya Kamu yang Terluka

“Alvan, ini sudah ke sekian kalinya kamu bersikap kasar sama adik kamu. Papa nggak mau lagi melihat kamu membuat Arga menangis seperti ini. Apa susahnya sih, bersikap lebih manis di depan Arga? Kamu itu sudah besar. Sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Kamu nggak bisa terus-terusan bersikap seperti anak kecil begini.” Andra memarahi Alvan. Alvan membuang muka dan nggak mau menatap papanya. “Kenapa juga aku harus baik sama anak ini?” “Arga itu adik kamu.” “Aku nggak punya adik dan aku nggak mau punya adik.” “ALVAN!!!” bentak Andra penuh kemarahan. “Pa, jangan terlalu keras sama anak.” Nayla berusaha menenangkan Papa. Alvan menoleh, kali ini dia bertatapan dengan papanya. Mereka berdua ayah dan anak. Sebanyak apa pun perbedaan di antara mereka, pasti ada satu atau dua persamaan yang sama-sama mereka miliki. Yaitu sifat keras kepala mereka berdua. Hal itulah yang mengakibatkan Alvan dan Andra selalu bertengkar karena di antara mereka tidak ada yang mau mengalah dan
last updateDernière mise à jour : 2024-11-25
Read More

53. Kesedihan

Andra duduk di pinggiran tempat tidur Alvan sambil memandangi putranya yang tertidur. Meskipun kondisi Alvan sudah lebih baik dari sebelumnya, tetap saja Andra tidak bisa meninggalkan anaknya sendirian dalam keadaan sakit seperti ini. Terlihat juga penyesalan di wajahnya saat dia menatap anak laki-lakinya itu. Andra menyesal telah mengatakan sesuatu yang menyakiti Alvan sampai membuatnya sakit. Dia benar-benar menyesal apalagi saat teringat ucapan dokter sebelum ini. “Seharusnya Anda tahu kalau Alvan tidak boleh terlalu tertekan. Atas alasan apa pun, itu sangat tidak baik untuk kondisi jantungnya. Apalagi dia memiliki riwayat penyakit jantung sejak lahir. Meskipun transplantasi itu sudah berhasil, tapi bukan berarti dia boleh tertekan. Usahakan agar dia tidak terlalu merasa tertekan.” Andra memijat kepalanya, pusing. Dia tidak pernah tahu kalau kata-kata kasarnya yang terbawa emosi bisa membuat Alvan sakit. Kalau dia tahu akan seperti ini jadinya, dia pasti tidak akan menga
last updateDernière mise à jour : 2024-11-25
Read More

54. Ajak Aku ke Suatu Tempat

“Duh, siapa sih nih, yang nimpukin gue pake beginian?” Amanda mengomel-ngomel sendiri sambil memegang kaleng kosong yang sudah penyok itu. “Nggak lihat ada orang lagi jalan, apa?” Mata Alvan melebar melihat Amanda berada sekitar lima puluh meter di depannya. Hebat juga tendangannya, bisa menendang kaleng sampai sejauh itu. Tapi buru-buru Alvan melupakan tentang kehebatan tendangannya itu, karena dia yakin pasti akan ada kejadian sebentar lagi. Dia tadi pergi dari rumah dengan tujuan untuk menghindari pertengkaran dengan papanya, tapi sekarang dia malah mendapat masalah baru. Bertemu dengan Amanda saat ini sudah bisa dipastikan akan memicu masalah baru. Pertengkaran yang tidak bisa dielakkan lagi. Untuk mencegah semua itu terjadi, Alvan cepat-cepat memutar tubuhnya dan berjalan menjauhi Amanda. Berharap cewek itu tidak tahu kalau dia yang menendang kaleng ke arahnya. Toh Alvan juga tidak sengaja melakukannya. Dengan tegang, dia melangkahkan kakinya panjang-panjang meninggalkan Am
last updateDernière mise à jour : 2024-11-26
Read More

55. Pantai

“Bukan gue yang suka sama pantai. Tapi orang lain.” Jawaban Amanda sukses membuat Alvan menatap cewek itu dan melupakan keindahan ombak yang dari tadi dia perhatikan. “Aldy?” Amanda mengangguk. Alvan tiba-tiba berhenti berjalan dan menarik tangan Amanda, mengajaknya duduk di atas pasir halus pantai yang sejak tadi mereka injak-injak untuk dirasakan kehalusannya. Dengan terpaksa Amanda menurut dan duduk di samping cowok itu sambil menekuk lutut dan menatap lautan lepas. Ombak masih terus datang. Suaranya yang menggelegar dan umumnya membuat orang lain yang mendengarnya merasa ngeri, tapi tidak untuk Amanda dan Alvan. Ombak itu indah dan hanya bisa mereka temui kalau mereka sedang berada di pantai saja. “Lo lagi ada masalah, ya?” Amanda sudah sejak tadi menahan dirinya untuk nggak bertanya hal ini, tapi dia sudah tidak tahan lagi. Daripada dia terus terbawa masa lalu yang mengingatkannya pada Aldy, Amanda merasa lebih baik mengobrol dengan Alvan. “Kalo pun iya gue ngga
last updateDernière mise à jour : 2024-11-27
Read More

56. Senyuman

Amanda heran. Dia sempat berpikir kalau dia sedang mimpi saat mengatakan hal itu. “Kenapa gue harus marah?” Amanda speechless. “Apa aja yang udah berhasil lo pelajari dari Aldy selain kebahagiaan?” Tidak pernah dia duga sebelumnya kalau ternyata Alvan menerima ucapannya yang dia kira mimpi tadi. Alvan tidak marah dan justru tertarik dengan kata-kata Amanda tentang hal yang dia pelajari dari Aldy? Apa benar cowok ini serius ingin tahu? “Kenapa diem?” “Hah? Oh ... eh .... “ Amanda jadi salah tingkah dan tetap bingung. Tapi meskipun bingung dia senang Alvan ternyata tidak seburuk yang dia pikir. “Untuk mendapatkan kebahagiaan itu mudah, kok. Tiap orang pasti bisa melakukannya. Karena itu lo harus berubah sekarang. Dan hal pertama yang harus lo lakuin untuk mendapatkan kebahagiaan itu adalah memaafkan diri sendiri.” Memaafkan diri sendiri? Itu memang hal yang selama ini belum bisa Alvan lakukan? Karenanya dia masih belum bisa memaafkan kesalah papanya di masa lalu karena d
last updateDernière mise à jour : 2024-11-28
Read More

57. Untuk Arga

Amanda kaget, ternyata mereka sudah sampai ke kelas dan Amanda tidak sadar karena terlalu serius menasihati cowok itu. Dia langsung ikutan berbelok dan masuk ke dalam kelas. Tanpa paksaan apa pun, kali ini Amanda duduk dengan Alvan. “Terserah gue ya, gue mau duduk di mana.” Kali ini Amanda tidak mau ambil pusing berdebat mengenai bangku. Masalah itu sudah basi dan sekarang bagi Amanda dia mau duduk dengan siapa aja nggak masalah. “Pokoknya lo harus mau ngelakuinnya.” “Ngelakuin apa?” Alvan kesal dan jadi nggak mood untuk membuka bukunya karena cerocosan Amanda. “Gue nggak mau ngelakuin apa pun yang lo suruh. Emangnya lo siapa ngatur-ngatur gue harus gimana?” “Gue Amanda. Gue guru lo.” Alvan tertawa sinis mendengar hal konyol itu. “Guru? Guru apaan? Sejak kapan cewek berotak ayam macam lo ini bisa jadi guru gue? Nggak usah ngimpi deh, lo.” Amanda memukul Alvan dengan bukunya. “Gue ini bukan otak ayam.” “Kenapa lo mukul?” Alvan mulai sewot. “Emang lo ini suka banget
last updateDernière mise à jour : 2024-11-29
Read More

58. Karena Pak Badut

Setelah naik bianglala, masih banyak wahana-wahana permainan yang mereka naiki. Amanda memaksa Alvan karena Arga yang memintanya. Amanda juga menyuruh Alvan yang bayar semuanya. Tentu saja Alvan ngomel – ngomel lagi karena merasa sudah dipalak habis-habisan hari ini. Tapi semuanya masih belum selesai, mereka pun membeli es krim dan makan es krim bertiga. “Senyum!” Amanda siap memotret Alvan dan Arga. Arga tersenyum manis ke arah kamera, sedangkan Alvan tetap dengan wajah juteknya dan tidak mau melihat ke kamera. Pada saat itu Arga melihat beberapa badut sedang bernyanyi dan bergoyang dengan banyak anak kecil sambil membagikan banyak balon. Arga ingin ke sana dan Amanda memaksa Alvan untuk ikut dengan mereka. Sudah bisa dipastikan kalau Alvan pasti menolak mentah-mentah bermain dengan banyak anak kecil seperti itu, tapi Amanda memaksanya dan menariknya berlari ke arah badut. Arga gembira sekali mendapat balon dari badut. Amanda tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan satu detik pun
last updateDernière mise à jour : 2024-11-30
Read More

59. Pergi dari Rumah

“Kamu sudah pulang?” “MAMA!” Arga berlari ke arah mamanya dan memeluknya. “Arga, kamu sudah pulang Sayang?” tanya mamanya sambil tersenyum. “Udah dong, Ma. Tadi Arga seneng banget, Ma. Arga main seharian sama Kak Alvan dan Kak Amanda.” Nayla tahu Arga begitu bahagia. Tapi melihat situasi sekarang, dia tahu tidak baik kalau Arga ada di sana melihat hal buruk yang mungkin akan terjadi antara Andra dan Alvan. “RORO! RORO!” Bi Roro datang tergopoh-gopoh dari belakang. “Iya, Nyonya.” “Kamu ajak Arga ke kamar, ya? Mandiin dia. Nanti soal makan malamnya biar saya yang suapin.” Bi Roro mengangguk. “Baik, Nyonya. Arga, ayo kita mandi.” Arga pun pergi ke belakang dengan Bi Roro. Dengan langkah berat, Andra berusaha mendekati Alvan untuk memastikan apa Alvan mendengar semuanya atau tidak. Kalau pun Alvan mendengar, apa saja yang didengarnya dan tugas Andra adalah memberikan penjelasan agar Alvan mau mengerti meskipun dia tahu itu akan sangat sulit. “Van .... “ Andra berusaha menyentuh
last updateDernière mise à jour : 2024-12-06
Read More

60. Alvan dan Hujan

Cowok itu berdiri mematung di depan pintu gerbang rumah Amanda dengan hati yang hancur. Dia tidak bisa melupakan apa yang dia dengar di rumah tadi tentang kebenaran yang baru saja dia ketahui. Alvan masih belum sanggup untuk bertatap muka dengan papanya lagi karena itu cuma akan memunculkan kemarahannya saja. Alvan memutuskan untuk tidak pulang malam ini. Dan tempat yang bisa dikunjungi Alvan hanyalah rumah Amanda. Bahkan di sini pun Alvan tidak bisa melakukan apa pun meskipun cuma sekedar memanggil Amanda untuk menemuinya. Dia tetap berdiri di bawah hujan dan kilatan petir. Membiarkan tubuhnya basah kuyub diterjang hujan dan nggak peduli apakah nanti petir-petir menakutkan itu akan menyambar tubuhnya atau tidak. “Itu beneran Alvan.” Amanda sekarang benar-benar yakin dan percaya kalau orang yang dilihatnya itu adalah Alvan yang dia kenal. Amanda berlari menuju lemari di sudut ruangan dan mengambil sebuah payung berwarna kuning dari sana, lalu dengan kilat tanpa menutup pintu l
last updateDernière mise à jour : 2024-12-07
Read More
Dernier
1234567
DMCA.com Protection Status