"Kenapa kau membuang barang milikku, kenapa kau lancang sekali, Mas," ujarku dengan kesal."Kau tidak berhak mendapat hadiah dari orang lain selain dari suamimu sendiri," jawabnya."Tapi kau lancang sekali, kau tidak bertanya padaku dulu," gumamku sambil bangkit dan menjauhinya.Lancang sekali dia melakukan itu, meski dia suamiku harusnya dia tak bersikap sesuka hati, seolah-olah aku boneka yang dipermainkan begitu saja dan tidak punya hak untuk bicara."Nadia tunggu, ayo kita pulang, aku sudah menunggumu dari tadi," ajaknya."Pulanglah lebih dulu, aku masih ada kerjaan," jawabku ketus.Wajahnya terlihat kecewa namun tak urung dia pergi juga dari tempat kerjaku, aku tak mau semobil dengannya, rasanya risih diri ini terus berdua dengan pria yang semalam tadi telah ... ah, aku malu menyebutnya sendiri.*Kulangkahkan kaki menyusuri trotoar dengan langkah gontai, sambil membayangkan adegan pemaksaan tadi malam serta meresapi rasa sakit yang menekan di pangkal paha, terasa lengkap pende
Last Updated : 2024-10-24 Read more