Semua Bab Rahasia Besar Suami Pemulung : Bab 151 - Bab 160

163 Bab

Bab 151

"Ayah minta uang," ayah Dilan mengangkat tangannya ke hadapan Dilan."aduh, Memangnya uang yang kemarin Dilan kasih sudah habis ya?" tanya Dilan."iya, uang segitu mah habis buat beli dua bungkus r****k," jawab ayah Dilan. hati Dilan keberatan, tapi harus bagaimana, Dilan akhirnya mengeluarkan uang dari saku celananya. kedua orang tua Dilan sekarang sudah menempati rumah yang diberikan Dilan, uang hasil dari korupsi perusahaan Nazar. Dilan tidak menyadari bila suatu hari nanti dirinya akan kena masalah besar. "ibu tahu nggak? kalau perusahaan tempat Dilan sekarang bekerja milik suami Kak Zahra," ucap Dilan yang duduk di hadapan ibunya. "hah! kamu jangan bercanda Dilan," Ibu Dilan tidak percaya. "buat apa Dilan bohong. Dilan juga baru tahu kemarin, kan sekarang Mas Nazar sedang dirawat di rumah sakit. Dilan sama pimpinan perusahaan datang ke rumah sakit untuk menengok Mas Nazar," ucap Dilan."loh Memangnya kenapa si Nazar itu?" "nggak tahu sih cerita yang sebenarnya, pokoknya Mas
Baca selengkapnya

Bab 152

ternyata kedatangan Nazar disambut sama penghuni rumah. para asisten rumah langsung menyalami Nazar. mereka sangat bersyukur karena majikannya sudah sembuh seperti sedia kala. "kami sudah menyiapkan sesuatu buat Mas Nazar. ayo segera kita masuk ke dalam," ajak Naima.kursi roda langsung didorong masuk ke dalam rumah, Zahra berjalan di samping Nazar. saat masuk ke dalam rumah, mata Nazar langsung melebar ternyata Naima menghias ruangan dengan tulisan" selamat datang kembali kakakku". belum lagi makanan yang sudah tersedia di meja yang cukup besar.Zahra benar-benar terharu, ternyata Naima memberikan perhatian yang begitu besar. Zahra langsung memeluk adik iparnya. "Terima kasih Naima, ternyata kamu memberikan perhatian lebih sama mas Nazar. Apakah kamu yang menyiapkan semua ini?" tanya Zahra sambil melepaskan pelukannya. "iya Mbak, sebagai bentuk rasa syukur saya, kesembuhan Mas Nazar. jujur saja saya sempat sedih, saat Mas Nazar dibawa ke rumah sakit dengan kondisi yang sangat para
Baca selengkapnya

Bab 153

dengan langkah gontai, Dilan berjalan keluar dari ruangan direktur. ternyata Dilan memilih mengundurkan diri daripada harus berurusan dengan pihak kepolisian. "anda sudah ketahuan bersalah Pak Dilan. Saya mempunyai dua pilihan untuk anda, dan ingat! Saya hanya menjalankan tugas dari pimpinan saya. walaupun saya tahu pimpinan tertinggi perusahaan ini saudara Pak Dilan sendiri. saya memberikan dua pilihan sama Pak Dilan. masuk ke dalam penjara atau mengundurkan diri dari perusahaan?" ucap direktur itu dengan tugas. Dilan diam, karena memang bukti-bukti sudah ada di tangan direktur perusahaan. bahwa Dilan telah menyalahgunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Dilan langsung berjalan menuju parkiran, beberapa pasang mata karyawan melihat ke arahnya, hati mereka bertanya-tanya terus. pupus sudah harapan Dilan untuk menjadi pimpinan tertinggi di perusahaan milik kakak iparnya. "Dilan!" tiba-tiba Adi memanggil Dilan. Dilan langsung menoleh, senyuman hambar terlihat di bib
Baca selengkapnya

Bab 154

Ahmad dan Hanum benar-benar terkejut, ternyata uang hasil korupsi dibelikan rumah orang tuanya Dilan. "ayah, minta tolong dong Zia, Ayah bicara sama Mas Nazar, bukankah perusahaan tempat Mas Mas Dilan bekerja, milik Mas Nazar. tolong dong Ayah," Zia kembali memohon sama Ahmad. "Ayah tidak bisa Zia, Maafkan kali ini ayah tidak bisa menolong kamu. wah kamu juga mau bercerai sama Dilan kan. sudahlah sekarang, urus saja perceraian kalian, bukannya Ayah mendukung hal yang tidak baik. tapi ayah perhatikan rumah tangga kamu ribut terus, daripada membuat kepala Ayah sakit," ucap Ahmad sambil meraih kopi yang sudah diletakkan di atas meja. Hanum langsung duduk di samping suaminya, ternyata masalah Zia makin lama makin meruncing. "tapi....." "kamu pakai otak Zia, cinta boleh, bodoh jangan. carilah pria yang benar-benar bertanggung jawab dan tidak banyak bohong. Kamu tahu kan uang yang ayah berikan sama kamu itu tidak sedikit! sekarang sudah tentu kalian tidak bisa mengganti uang itu,"
Baca selengkapnya

Bab 155

tiba-tiba Zia memanggil Nazar, Zia langsung memberikan senyuman manis sama Nazar."Zia benar-benar tidak menyangka, kalau kakak ipar Zia kaya raya. Zia jadi ikut senang deh," entah apa maksud ucapan Zia.Hanum langsung menyenggol lengan Zia, yang menurutnya tidak sopan dengan perkataan anak bungsunya. mata Ahmad melotot ke arah Zia, Ahmad ikut malu dengan tingkah Zia. Nazar langsung tersenyum ke arah Zia."ya inilah hasil dari memunguti barang bekas. bukannya kamu tahu, kakak ipar kamu ini hanya seorang pemulung," Nazar sengaja menyindir adik iparnya. "tapi pemulung kaya raya," tukas Zia sambil tetap tersenyum ke arah Nazar."bukannya kamu dulu malu, mempunyai kakak seorang pemulung," Nazar kembali menyindir adiknya. wajah Zia langsung terlihat merah menahan malu. rupanya Nazar ingin memberikan sedikit pelajaran sama adik iparnya, yang suka menyakiti hati Zahra.di ruang makan. "Mbok, Maaf merepotkan ya," ucap Zahra yang merasa tidak enak. "tidak apa-apa kan nyonya, sekalian ini
Baca selengkapnya

Bab 156

POV Zahra tingkah Zia benar-benar sangat menyebalkan, aku sebagai kakaknya cuma bisa menahan emosi dalam hati. Aku punya adik benar-benar tidak pernah bersyukur, apapun yang didapatnya selalu kurang dan kurang. aku mendengar kembali Zia berbicara. "nah ini makanan orang kaya, apa sih rumah semewah dan semoga ini makannya cuma makanan kambing. sayur itu kan banyak rumputnya," celetuk Zia asal.aku sudah tidak bisa menahan malu di depan suamiku sendiri, aku menundukkan kepala. begitu pula dengan ayah dan ibuku, sepertinya mereka sudah tidak punya malu di depan Mas Nazar."makanan kambing juga enak lho, bahkan bikin kita awet muda," aku dengar Mbok Minah ikut berbicara. "alahhh, orang bodoh saja yang suka makan rumput. seperti kalian ini nih, kebanyakan makan rumput, pekerjaannya hanya Jadi seorang ba****u," terlihat Zia mengambil 3 potong daging rendang. wajah Mas Nazar kulihat biasa-biasa saja, tidak terlihat emosi sedikitpun, tapi entahlah di dalam hatinya. Aku cepat-cepat mengua
Baca selengkapnya

Bab 157

POV Zahra. Aku benar-benar kesal dengan tingkah adikku, dia rupanya mencari perhatian sama Mas Nazar. aku sampai kesal melihat tingkah dia yang sudah keterlaluan. selama ini aku tidak pernah melawan adikku, karena aku ingin dia itu sadar, bahwa akulah kakak satu-satunya yang menyayangi dia. tapi sikap adikku masih seperti itu. malah aku dengar adikku mengambil sejumlah uang dari lemari ibu, yang dipakai untuk pergi hilang bersama teman-temannya.aku juga mendengar, kalau suaminya melakukan korupsi di perusahaan tempat Dilan bekerja. sungguh miris melihat hidup adikku seperti ini. padahal pesta pernikahannya mewah bukan main. sampai-sampai suaminya berhutang sana-sini demi pesta pernikahan mewah itu. aku benar-benar kasihan sama kedua orang tuaku, yang selalu dipusingkan dengan masalah Zia. aku sempat kaget melihat kedatangan adikku bersama ayah dan ibu. mataku melebar saat melihat penampilan Zia yang memakai baju seksi. belahan dada yang sangat rendah, dan rok mini mana di bela
Baca selengkapnya

Bab 158

"eh, bukan siapa-siapa," jawab Nazar gelagapan. Zahra yang tiba-tiba muncul sambil membawa makanan kecil buat Nazar."oh, kirain," setelah meletakkan makanan itu, Zahra langsung pergi meninggalkan mereka berdua. bagi Zahra rasanya tidak sopan ikut ngobrol bersama mereka. Budi dan Nazar sedang membahas masalah pekerjaan, juga masalah Dilan yang sudah mengundurkan diri. "Mungkin dia merasa perusahaan itu miliknya sendiri. maklumlah, bos kan suami dari kakak iparnya.""seharusnya tidak begitu, padahal kinerja Dilan bagus, aku juga mendapatkan informasi dari direktur.""tuntutan hidup dia terlalu banyak, istri dan kedua orang tuanya menuntut Dilan, untuk memenuhi gaya hidup mereka.""oh ya, tapi sudahlah. bagaimana proyek yang di Kalimantan?" "berjalan seperti biasa Bos, ada yang coba-coba curang, langsung out saja.""tumben sadis?""belajar.""dari?""Bos.""siapa?""bos.""benarkah?"mereka berdua akhirnya tertawa terbahak-bahak, betapa bahagianya hati Budi. perubahan perubahan Nazar
Baca selengkapnya

Bab 159

"Maafkan aku Naima, bilang aku lancang mengeluarkan isi hatiku. jujur saja, Aku sudah lama menyimpan rasa ini. tapi aku takut mengungkapkan semuanya."wajah Budi terlihat serius, sedangkan Naima menundukkan kepalanya, hatinya berdebar kencang. entah perasaan apa yang sedang dirasakan Naima saat ini. "Apakah kamu menerima cintaku?" tanya Budi. Naima mengangkat kepalanya, manik bola matanya terlihat menatap ke arah Budi. Naima tersenyum manis."aku tidak mau berangan-angan tapi terlalu jauh. Mas Budi sudah memberikan perhatian yang lebih terhadapku, aku sudah merasakan apa yang buat Budi rasakan," ucap Naima.hati Budi langsung berbunga-bunga, yang tadinya masih kuncup, sekarang bunga-bunga Cinta sudah mulai bermekaran di dalam hatinya. saat Budi meraih jemari tangan lentik Naima. tiba-tiba Naima menjauhkan jari tangannya. "belum halal Mas, kalau sudah halal mau dipegang apapun bebas," ucap Naima sambil terkikik.Budi buru-buru menarik tangannya, merasa malu dengan ucapan Naima."ka
Baca selengkapnya

Bab 160

Mata Nazar langsung melebar saat melihat penampilan adik iparnya. Nazar buru-buru membuang mukanya ke samping. bagi Nazar itu pemandangan sangat memuakan sekali. Zia terlihat berjalan lenggak-lenggok mendekati mereka berdua. Zahra menata penampilan adiknya sampai tidak berkedip. "hai kak Zahra," sapa Zia sambil melambaikan tangannya. Nazar dan Zahra malah saling melempar pandangan, mereka benar-benar heran melihat penampilan Zia seperti itu. "kok bengong sih kak Zahra? bagaimana penampilanku Kak?" tanya Zia sambil memutar badan. "ba__bagus," jawab Zahra terbata-bata."tentu dong, Aku sengaja datang ke sini tanpa memberitahu kak Zahra sama Mas Nazar," ucap Zia yang langsung berdiri di samping Nazar.tangan Zia langsung melingkar di lengan Nazar tanpa rasa malu sedikitpun. Zahra risih melihat pemandangan seperti itu." apa yang sebenarnya Zia inginkan?" tanya Zahra dalam hati."kak, bagaimana kalau aku tinggal di sini. aku bantu kakak merawat Mas Nazar, aku merasa kasihan sekali
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status