All Chapters of Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya: Chapter 11 - Chapter 20
25 Chapters
Kembali Memaksa
Sebelas"Serly ...," teriakku. Terlonjak kaget, begitu mendapati sang mantan yang tengah duduk di sudut ruang tamu.Menghela napas panjang, rupanya Bang Afdal masih terus bersikeras untuk bisa memenangkan hati yang sudah dilukai. "Ngapain lagi dia? Kenapa nggak diusir? Bikin sesak," cecarku menatapnya melalui pembatas kaca. Harusnya, aku senang dengan hadirnya dirimu. Kembali memadu kasih. Namun, milyaran luka yang terasa menyakitkan seakan menghalau. "Dia maksa, katanya ... Kepengen ngobrol penting," ungkap Serly. Mengendikkan bahu, lantas buru-buru menyuruhku untuk menemui sang pujaan yang tak lagi hadir di hati.Melangkah gontai, dengan sesekali mendengkus sebal. Kutatap dirinya, duduk berdampingan. Berharap, hari ini merupakan kali terakhir kami berjumpa. "To the point! Waktuku nggak banyak," titahku, memandangnya dengan kebencian luar biasa. Bang Afdal meraih tanganku, segera kutepis kasar. Haram, disentuh olehnya usai kejadian kemarin. Hampir saja kami bergulat, kalau saja
Read more
Jadi Pembantu
Dua Belas"To-long, kasihani kami Mella ...," pintanya. Lagi menggunakan air mata, sambil bersimpuh penuh derita.Berdecak sebal. Kutatap beliau, yang datang seorang diri tanpa ditemani kedua anak kebanggaannya. Kenapa hari-hariku seakan sibuk? Justru dengan kehadiran mereka, yang datang silih berganti. "Bu, coba bangun! Kenapa lagi? Apaaa ucapanku kemarin belum jelas?"Bukan jawaban yang kudengar, melainkan jeritan suaranya yang didominasi dengan tangisan pilu. Kalau sudah begini, aku bisa apa? "Ibu lapar ...," sahutnya. Lantas menunduk lebih dalam, seakan malu dengan apa yang baru saja diucapkan. "Afdal jatuh miskin, nggak ada duit buat sekadar beli makanan."Mendelik tajam, aku menelisik wajahnya. Takut jika beliau sedang drama, demi meraup hartaku yang susah payah didapat.Merogoh uang dalam tas branded, satu lembar berwarna merah kuselipkan pada tangan beliau. Cukuplah untuk makan hari ini, bersyukur aku masih baik. Bila ingat perlakuannya tempo lalu, mana sudi memberi sepeser
Read more
Main Cantik
Tiga Belas"Za, lagi apa kamu?" tanyaku, usai membuka pintu ruangan. Sedikit tercengang saat mendapati dirinya, "Nggak kerja?"Reza mengulum senyum, wajah tampannya membuat hati meleleh tak karuan. Jantung seakan berdebar kencang, "Kangen." Kugigit bibir bawah, sibuk menetralkan rasa yang makin bergejolak. Dan apa katanya tadi, kangen? Haruskah aku senang, atau menjadi beban?Ditariknya tanganku lembut, kecupan singkat ia berikan di area sana. Hati berdesir, tak menyangka akan perlakuannya yang secara tiba-tiba."Cantik," pujanya. Sambil mengelus wajahku, "Serius Mell, aku kangen. Sampai nggak bisa tidur." Ia terkekeh pelan, menarik tangannya untuk menjauh. Jujur ada rasa tidak rela, berharap masih ada waktu untuk kami bercengkrama.Melangkah lebar, aku terduduk lesu pada kursi kekuasaan. Masih kaget dengan perlakuan Reza, ada semacam perasaan ingin memeluk. Sebab, aku juga tengah merasakan rindu yang sama. "Kok, diam? Kamu marah? Maaf." Ish, andai kamu tahu Za. Aku nggak marah, han
Read more
Kehilangan
Empat BelasLama, aku terdiam. Meraba dada yang kian sesak, bulir bening terus berjatuhan. Merasa takdir begitu jahaaaat, tak sekalipun berbaik hati untuk sekadar menentramkan.Menarik napas panjang, kupandangi secarik kertas yang sudah berhasil memporak-porandakan hati. Ada tulisan tangan Bang Afdal di sana, emosiku makin naik sekarang! Satu kotak berisi perhiasan, raib tanpa sisa. Beserta uang tunai yang sengaja kusimpan, juga dibawa kabur oleh Bang Afdal dan keluarganya.Beruntung, kehilangan sebagian kecil harta. Tak membuat diri jatuh miskin, karena milyaran uang disimpan rapi pada bank. Meremas kertas dengan kasar, kuhapus air mata.Tak ada gunanya lagi, untuk menangis. Bukan harta saja yang dibawa, Ibu turut serta dalam rencana mereka. Bodoh!Aku sendiri yang membiarkan ular masuk ke dalam rumah, begitu buas dan memberi gigitan tatkala lengah.Berbulan lamanya, Bang Afdal masih belum percaya jika aku beneran kaya? Pura-pura tak tahu, atau gimana sih?Berdecak kesal, segera ku
Read more
Pertemuan
Lima BelasTubuhku lemah, kepala terasa makin berdenyut. Mengutuk kinerja orang-orang, yang belum jua menemukan keberadaan Ibu. Malaikat tak bersayap, tanpamu apalah aku! Dua hari berlalu, hampir frustasi karena belum ada celah untuk memecahkan misteri yang ada. Ke mana sebenarnya mereka? Cerdas sekali, kenapa pula harus mengorbankan Ibu?Terisak dalam nestapa, pagi yang mendung. Hujan terus-menerus, seakan satu rasa dengan apa yang kualami. Jahat sekali kamu Bang!Mengambil penuh, apa yang menjadi kelemahan. Ibu adalah harta satu-satunya, tak mampulah aku hidup tanpa adanya beliau!"Mell," ucap seseorang. Masuk ke dalam kamar, dalam keadaan hancur berantakan. "Sampai kapan, kamu akan begini?"Aku mendongak, menghapus air mata yang sedari tadi mengalir. Ahh, Reza rupanya. Sosoknya kembali datang, "Yakin. Ibu pasti akan ditemukan."Mendesah sedih, aku menunduk lebih dalam. Terduduk lesu, keyakinan memang terus terpatri. Namun, keajaiban seakan enggan untuk menghampiri.Bagaimana jika
Read more
Bangkit
Enam BelasDemi rasa aman dan nyaman, aku putuskan untuk merawat Ibu di rumah. Beberapa alat medis, bertengger di seluruh tubuh beliau. Ada rasa nyeeeri, kala menatap wajahnya sendu. Mengutuk keras perbuatan sang mantan, memberi luka sayatan di mana-mana.Air mataku terus mengalir, jujur kelemahan memang terletak pada dirinya. Dan Bang Afdal cukup tahu hal tersebut, pasti sengaja demi meraup harta yang sudah kuperjuangkan.Di sela kesedihan mendalam, aku tergelak. Memikirkan bagaimana raut wajah sang mantan, lengkap dua wanitanya? Saat menilik isi tas besar, kaget bercampur kesal pasti! Nikmati apa yang telah kalian tanam, sakit memang. Namun, rasanya masih jauh dengan kondisi hatiku yang sudah tercerai berai."Non, sudah waktunya makan." Bik Rum berucap, menyadarkan diri dari lamunan panjang. ART baru, yang sengaja dihadirkan."Belum laper, Bik." Kuelus wajah Ibu, meringis pilu sebab ada satu dua luka sayatan di sana. "Ta-pi, Non. Chef Reza berpesan, agar Non Mella jangan sampai te
Read more
Meminta Kepastian
Tujuh BelasPagi yang sibuk, rencana peluncuran produk terbaru akan dilakukan siang ini. Segala persiapan begitu menyita waktu, Alhamdulillah sudah ada model yang mau bekerjasama. Hanya ada lima varian warna, yang akan diluncurkan. Maklum masih pemula. Natural Nude, Soft Pink. Nude Brown, Nude Purple. Chili Red. Itulah beberapa nama lipmatee cream, moga best seller.Kutatap Serly, yang tengah bolak-balik. Rasa lelah, seakan sirna dengan senyum manis yang tercetak di bibir."Kak, cantik nggak?" tanya, sang model. Usai menggunakan lipmate cream berwarna natural nude, yup aku suka. Cantik.Ada beberapa sesi poto, yang harus si model lakoni. Biasa hanya memamerkan bagian bibir, dengan warna lipmate berbeda. Ada lagi, di mana keseluruhan tubuh tak lupa bibir yang menjadi sorotan utama. Guna memasarkan produk kami, halal dengan menggunakan bahan aman. Sesi poto tentu diambil di ruangan khusus, lumayan besar dengan menampung puluhan orang. Tersenyum puas, aku sangat berharap akan ada lad
Read more
Kembali Jatuh
Delapan BelasSeminggu berlalu, Alhamdulillah produk kami mengalami pemesanan yang membludak. Ratusan reselerr tersebar di Indonesia, seakan berbondong untuk mendapatkan lipmatee cream. Alhamdulillah. Bersyukur, lagi Allah memberi ladang rezeki yang tiada habisnya. Sibuk, sudah pasti. Namun, aktivitas tersebut menjadi sangat menyenangkan.Aku abai terhadap Reza, dan pengakuan cinta yang sudah diucap berulang kali. Pasrah jika memang ia harus bersanding dengan wanita lain, mungkin kita tidaklah berjodoh.Maafkan. Fokusku kali ini hanya pada karier, menghapus tuntas jejak rasa untuk Bang Afdal. Agar tak ada hati yang terluka, jika aku masih menyimpan nama lain. Urusan jodoh, aku tahu Allah sudah mengatur dengan sedemikian rupa. Namun, untuk menjemput masihlah sangat jauh. Menatap pembukuan pada meja, aku mendesah senang. Meski ada kegetiran tentang Reza, tetap tak bisa menutupi kegembiraan.Hari ini, akan ada pengiriman produk ke seluruh penjuru Indonesia. Belum merambah ke ujung dun
Read more
Menikah?
Sembilan BelasAku meraung, melempar bantal dan guling ke sembarang arah. Tampak marah, berdosa usai melakukan hal tercela beberapa waktu lalu bersama Bang Afdal. Kenapa diri begitu mudah, terjatuh pada pesona yang sama? Padahal, sudah dicurangi berkali-kali. Bodoh, adalah sematan terbaik untuk aku. Allah, sudah begitu baik. Menitipkan banyak rezeki, melalui jualan aku selama ini. Namun, apa yang tengah aku balas? Hanya berlumuran dosa, tanpa pernah mau berujung pada kebaikan. Hari ini. Aku menutup diri, terkunci pada kamar. Menolak keras saat Ibu memanggil untuk mengajak makan, bahkan mungkin mati lebih baik untuk aku saat ini.Memukul keras pada tubuh, jujur aku merasa jijik. Kemarin sempat ternodai oleh sang mantan, yang sudah berubah bukan mahrom. Malu bercampur kecewa, seakan bercampur menjadi satu. "Mella, makan dulu sayang. Jangan buat Ibu khawatir," teriaknya. Lagi dengan isak tangis yang menyesakkan, "Kamu hanya manusia biasa. Pernah salah, bukan berarti tidak bisa memper
Read more
SAH!
Dua Puluh Menikah, adalah hal paling ditunggu oleh kedua insan. Terlebih ada cinta di hati masing-masing, akan semakin menambah kesyahduan.Tepat hari ini, akan dilaksanakan ijab qobul. Moga menjadi yang terakhir, tak ingin kembali gagal dalam merajut sebuah mahligai bernamakan cinta.Keluarga besan sudah datang, semakin menambah detak jantung yang tidak karuan. Meski yang kedua, tetap saja rasanya beda. Di luar sempat terjadi kerusuhan, ada Bang Afdal dan keluarga yang datang. Pasti ingin menggagalkan pernikahan, beruntung security yang sigap bisa mengatasi semua. Khusus hari ini, kantor diliburkan. Semua karyawan datang, menyambut dengan suka cita sedang doa berhamburan terlontar.Sah! Alhamdulillah, air mataku menetes haru. Reza mencium keningku takzim, masih tak menduga kami akan bersatu."Terima kasih, sudah mau menerimaku." Reza berbisik, menangkup kedua wajahku dengan romantis.Sekarang, aku sudah sah menjadi istri Reza. Bukan lagi mengharap pada yang semu, harus bisa menja
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status