"Bagaimana, boleh kan, Sah?" sepertinya Mbak Ratih tak mau menyerah, Mas Azmi menyenggol lengan kakanya itu, mungkin dia malu dengan perilakunya. "Boleh, Mbak. Silahkan saja, lagian persediaan dibelakang banyak kok." kubuat setenang mungkin. Sedikit heran dengan orang-orang seperti mereka. Aku melangkah meninggalkan mereka. "Eh... Aisyah, tunggu!" seketika aku berbalik. "Apa lagi, Mbak?" tanyaku. "Eee... Minta plastiknya dong." aku menepok jidatku. Aduh...!"Minta saja kebelakang, Mbak. Mintalah pada bagian catering." aku langsung ambil langkah seribu, takut kalau Mbak Ratih bertanya lagi. Bisa-bisa aku stres kalau menghadapi satu orang tak tahu malu macam dia. "Bagaimana, Mbak. Kita lanjutkan riasannya ya?" MUA berkata. Aku hanya mengangguk dan duduk saja. Berdiam diri sambil memikirkan kenapa mereka sampai tiba di sini dan yang lebih heran Mas Azmi meminta rujuk. Hampir satu jam aku di rias. Pakaian kebaya panjang yang sebelumnya tak pernah kubayangkan memakainya kini melekat
Baca selengkapnya