“Jangan, jangan begitu.”Kayshila sedikit tidak berdaya, berkata dengan serius, “Kalau kamu tidak adil, Dina pasti marah. Kalau sudah begitu, kamu juga yang pusing ... ah ...”Belum selesai bicara, pinggangnya sudah dicubit oleh Zenith.“Pelan-pelan.” Kayshila mengerutkan alis, mengeluh, “Tenagamu besar banget.”“Makanya.” Zenith berwajah gelap, “Biar kamu tidak berpikir sembarangan.”“Hah?”Kayshila tertawa kecil, “Apa ini salah? Aku kan membantu meringankan bebanmu. Kamu, ya, nanti tetap saja bawa Dina. Aku tidak apa-apa, sungguh tidak marah. Aku akan mengerti kok.”Dia mengedipkan mata, menunjukkan kesungguhannya.Namun Zenith tidak puas, mengernyit sambil bertanya, “Maksudmu, aku bersama orang lain, kamu tidak keberatan?”“Keberatan apa?”Kayshila bicara dengan sangat masuk akal, “Semua hal ada aturannya. Aku adalah yang terakhir bersamamu, jadi aku harus paham aturan, bukan?”“Hanya saja ...”Kayshila berpikir sejenak, lalu mengangkat lengannya, melingkarkan di leher Z
Read more