Home / Romansa / Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai! / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Kakak Ipar, Mari Kita Bercerai!: Chapter 101 - Chapter 110

120 Chapters

101. Koma

Alesya baru menyadari perkataan Liam, segera membuka ponsel. Jantungnya berdegup kencang saat melihat puluhan notifikasi dari Liam. Dia memegang kepalanya, menyesali mengapa baru sekarang dia memeriksa ponselnya. Dengan perasaan bersalah yang mendalam, dia mengatakan, "maaf Liam. Aku sungguh tak tahu jika ponselnya aku pakai mode silent."Liam, yang sedang duduk di sampingnya, menghela nafas lega. "Tidak apa-apa, Alesya. Yang penting kamu baik-baik saja," jawab Liam, mencoba menenangkan bahwa hal itu sudah terlewatkan.Mereka berdua terus berdoa, menunggu kabar terbaru tentang kesadaran Bella yang masih terbaring lemah di ruang ICU. Alesya, dengan rasa cemas yang membuncah, bertanya tentang Angel, putri Bella yang berusia lima tahun. Liam mengangkat wajahnya yang letih, matanya sembab, "Angel sedang bersama neneknya. Dia masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi, tapi dia tahu ibunya sakit."Rasa khawatir bercampur harap mewarnai ruang tunggu itu, sementara Alesya dan Liam
last updateLast Updated : 2024-09-22
Read more

102. Kritis

Zidan menapaki setiap lorong rumah sakit dengan langkah yang tergesa-gesa, jantungnya berdegup kencang, dada terasa sesak. Kepanikan membayangi setiap pikirannya mencari tahu di mana Alesya dirawat. "Alesya, di ruangan mana dia sekarang?" teriak Zidan pada petugas di meja informasi yang tampak kaget dengan kedatangannya yang mendadak. "Ba–baik Tuan, akan saya cek dulu."Dengan segera, ia diberi tahu nomor kamar dan tanpa menunggu lebih lama, Zidan melaju kencang. Tangan yang bergetar membuka pintu kamar Alesya, dan lega yang mendalam menyelimuti hatinya saat melihat Alesya terbaring di sana, masih hidup. Nafasnya tercekat saat melihat selang infus terpasang di lengan sahabat sekaligus cintanya itu. Ketika Alesya menatap kedatangan Zidan, sebuah senyum lemah dan keterkejutan terlukis di wajah pucatnya. "Zidan... kamu? Bagaimana bisa kamu di sini?" gumamnya lemah. Zidan segera mengambil kursi dan duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangan Alesya dengan erat. "Aku sangat khawati
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

103. Ada apa dengan Bella?

Liam, Alesya dan Zidan masuk ruang ICU untuk melihat kondisi Bella yang kritis saat ini. Ketiganya berdiri di samping ranjang Bella, mengenakan seragam pelindung lengkap yang membuat mereka terlihat seperti astronot di ruang angkasa. Bella tampak pucat, dengan selang oksigen yang terpasang di hidungnya. Mata Bella menatap Alesya dengan penuh harap, meski pandangannya terlihat kabur oleh lelah.Alesya, yang selama ini kuat, kini terlihat rapuh. Matanya berkaca-kaca dan kakinya gemetar. Liam, yang selalu menjadi penopangnya, dengan cepat merangkul bahu Alesya, mencoba memberikan kekuatan. Alesya mencoba berbicara, namun hanya isak tangis yang keluar dari bibirnya yang gemetar.Dengan suara yang serak, Bella mulai berbicara, "Aku tahu waktuku tidak lama lagi, Alesya..." nafasnya tersengal, "aku ingin kau menjaga Angel, anakku. Dia membutuhkanmu."Alesya menggeleng dengan keras, matanya semakin berkaca-kaca, "Tidak, kak... kamu akan baik-baik saja. Kamu harus bertahan." Suaranya hampir ti
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

104. Penghormatan terakhir

"Siapa di sana?"Zidan masuk ke dalam rumah membuat Devano dan Angel menghela nafas, lega."Paman Zidan, Mamaku ...."Zidan dengan lembut memeluk Angel, gadis kecil yang matanya masih merah karena menangis. Dengan suara yang berusaha tetap tenang, dia berbisik, "Kita harus kuat, sayang. Untuk Mama Bella." Angel mengangguk pelan, memegang erat tangan Zidan.Di sisi lain, Zidan memandang Devano, anak lelakinya yang tampak kebingungan. "Dev, pakailah pakaian hitam. Itu tanda kita menghormati Tante Bella," ujar Zidan, sambil membantu Devano mengganti baju. Devano hanya mengangguk, matanya tidak lepas dari foto Bella yang terpajang di ruang tamu.Marco datang membawa beberapa kotak besar berisi lilin, buku doa, dan segala sesuatu yang diperlukan untuk prosesi penyambutan jenazah Bella. "Semua sudah siap, Zidan. Kita akan buat ini sebaik mungkin untuk Bella," kata Marco, sambil menepuk punggung Zidan."Paman, dari mana Anda tahu jika Bella ….""Aku tahu saat Angel menerima panggilan dari Ru
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

105. Kebencian Angel

"Mama Bella?!"Angel memekik, air mata mengalir deras di pipi mungilnya saat peti mati berwarna hitam pekat itu perlahan diturunkan ke dalam lubang yang telah digali. "Berhenti! Jangan bawa Mama pergi!" teriaknya dengan suara yang parau. Liam, yang berdiri di sampingnya, meraih bahu Angel, mencoba menenangkan anak yang baru berusia lima tahun itu. Dengan lembut, dia membungkuk, menatap matanya yang merah, "Angel, Sayang. Mama sedang pergi ke tempat yang lebih baik," bisik Liam, mencoba menyelipkan pengertian dalam kata-katanya.Alesya yang merupakan tante dari Angel, juga ikut mendekat. Rambutnya yang panjang terurai seiring dengan kelembutan suaranya, "Angel, kamu tidak sendirian, Tante Alesya masih di sini denganmu." Dia mengusap punggung Angel dengan penuh kasih. Namun, Angel tampak tidak terhibur, tangisannya semakin menjadi saat gumpalan tanah pertama mulai menutupi peti mati. Liam menggenggam tangan Angel, memberikan dukungan yang bisa ditawarkan, hatinya terasa berat melihat
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

106. Ada apa dengan Angel?

Pagi itu matahari bersinar terang di luar, namun sinarnya tidak mampu menembus kegelapan yang menyelimuti rumah Liam. Di dapur, Alesya sibuk mempersiapkan berbagai jenis masakan untuk sarapan, mencoba menghidupkan suasana dengan aroma kopi yang baru diseduh dan roti panggang yang masih hangat. Panci dan wajan berdering dengan bunyi gemerincing saat Alesya bergerak lincah, namun usahanya terasa sia-sia dalam suasana duka yang mendalam.Di ruang makan, Angel baru saja duduk dengan pandangan tajam dan sinis. Devano menyusul duduk di samping Angel, memberi senyuman untuk adiknya itu. Namun, tak ada balasan, yang ada hanya tatapan benci. Tumpukan piring di depan Alesya berisi berbagai masakan yang belum tersentuh, seolah-olah setiap suapan menjadi terlalu berat untuk ditelan di tengah kesedihan yang mendalam. "Mamaku baru saja meninggal dunia tapi kamu malah masak masakan banyak sekali, kamu tidak bersedih atas kematian kakakmu, hah?""Apa? Ah, maksud tante, tidak seperti itu, Angel." Sua
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

107. Angel terselamatkan

"Ya Tuhan, Angel!" teriak Alesya, matanya terbelalak tak percaya melihat Angel terbaring lemah di lantai dengan lengan yang bersimbah darah. Pecahan gelas yang berceceran di samping tubuh Angel mengisyaratkan tragedi yang terjadi. "Angel, bangun Sayang!" teriak Alesya, berusaha mengguncang tubuh yang tak bergerak itu. Suara tangisannya memecah kesunyian, rasa panik dan ketakutan bercampur menjadi satu.Marco segera berlutut di samping Angel, tangannya gemetar saat mencoba menahan darah yang terus mengalir."Angel, apa yang kamu lakukan?" tanya Marco penuh kepanikan. Marco tak pernah menyangka jika anak berusia lima tahun bisa melakukan hal gila. Begitu beratkah beban mental hingga memutuskan untuk mengakhiri hidupnya?Devano, yang dari tadi terdiam di belakang Marco dan Alesya, hanya bisa menatap hampa ke arah adiknya. Kakinya terasa lemas, hatinya serasa dihujam ribuan duri. Tak ada kata yang bisa diucapkan, hanya tatapan kosong yang terpaku pada tubuh Angel yang pucat pasi."Tolong
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

108. Mulai menerima

"Di mana Angel?"Liam kebingungan saat tak ada siapapun di ranjang."Dokter memberitahu jika Angel dirawat di sini," jawab Marco.Adapun Alesya segera menuju ruang informasi, menanyakan di mana keberadaan Angel. Baru saja ingin bicara, Devano muncul dan menghampiri ibunya. "Mommy, ada apa?""Dev, Angel menghilang."Marco dan Liam pun mendekati Alesya. Mereka terlihat heran atas sikap Devano yang cukup tenang."Mommy, Daddy dan Kakek, kalian tenang dulu, Angel berada di tempat yang aman. Akulah yang memindahkan Angel ke ruang tersendiri. Bangsal anak terlalu ramai untuk Angel yang belum siuman.""Apa?""Bagaimana bisa?" tanya Marco. Seorang anak kecil tak akan bisa memindahkan pasien karena tidak mempunyai kuasa penuh seperti orang dewasa. Hal itu yang membuat Marco dan lainnya tak percaya sekaligus heran. Tak mungkin juga, Devano mempunyai pemikiran sejauh ini."Aku yang membantu Dev," sela lelaki berbadan tegap di belakang Devano."Zidan," ucap Alesya tak percaya. Didekati sahabatny
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

109. Bahagia sesaat

"Ayah Zidan mau pergi ke mana?"Mata Dev membelalak, tak percaya saat Zidan, ayahnya, mengatakan harus pergi jauh. Air mata mulai menggenang di kelopak matanya, dan seketika itu juga, tangisannya pecah, menggema di seluruh ruangan. "Ayah ada urusan penting, Dev.""Tapi Ayah, Dev tak mau Ayah pergi!" teriaknya dengan suara tercekat, tubuh kecilnya bergetar dalam ketakutan kehilangan.Zidan, dengan hati yang juga berat, duduk di samping Dev, mengangkat dagu anak yang telah dianggap anaknya sendiri itu dengan jari-jarinya dan mencubit pipinya gemas. "Dengar, Dev, lelaki sejati harus kuat dan tegar," ujarnya lembut namun tegas. Matanya menatap dalam ke mata Dev, mencoba menanamkan keberanian. "Ayah harus pergi untuk urusan penting, tapi Ayah akan selalu memikirkan Dev."Dev mengusap air matanya dengan punggung tangan, tatapan matanya masih sayu. Zidan mengambil tangan Dev, menggenggamnya erat. "Ayah akan selalu hubungi Dev, kita bisa bicara setiap hari. Dan Ayah janji akan membawakan Dev
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

110. Perusak datang

Mona baru saja tiba di rumah sakit tempat Angel dirawat. Dia merasa sedih dan cemas saat melihat kondisi Angel yang lemah. Namun, dia mengumpulkan keberanian untuk memenuhi janji yang pernah dibuat dengan Bella sebelum meninggal. Dengan langkah mantap, Mona memasuki kamar tempat Angel dirawat."Wah aku telat datang rupanya," sapa Mona yang sukses membuat Liam melotot tajam. Liam tahu betul jika wanita di depannya ini adalah sahabat baik Bella. Dia bahkan bebas keluar masuk kediamannya saat Liam dinas luar kota. Kini, Liam tak menyangka bisa bertemu lagi dengan Mona."Mona. Ada perlu apa kamu kemari?""Pak Liam, saya datang ke sini atas permintaan Bella. Sebelum Bella meninggal, dia meminta saya untuk menjaga dan merawat Angel sebagai ibu keduanya jika suatu saat dia tidak ada," jawab Mona to the point.Liam tidak bisa menyembunyikan kemarahan dan rasa sakit hatinya. Dia menatap Mona dengan pandangan sinis. "Jadi, kau mengira kau bisa datang ke sini dan menjadi Ibu Angel begitu saja? S
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more
PREV
1
...
789101112
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status