"Ayah Zidan mau pergi ke mana?"Mata Dev membelalak, tak percaya saat Zidan, ayahnya, mengatakan harus pergi jauh. Air mata mulai menggenang di kelopak matanya, dan seketika itu juga, tangisannya pecah, menggema di seluruh ruangan. "Ayah ada urusan penting, Dev.""Tapi Ayah, Dev tak mau Ayah pergi!" teriaknya dengan suara tercekat, tubuh kecilnya bergetar dalam ketakutan kehilangan.Zidan, dengan hati yang juga berat, duduk di samping Dev, mengangkat dagu anak yang telah dianggap anaknya sendiri itu dengan jari-jarinya dan mencubit pipinya gemas. "Dengar, Dev, lelaki sejati harus kuat dan tegar," ujarnya lembut namun tegas. Matanya menatap dalam ke mata Dev, mencoba menanamkan keberanian. "Ayah harus pergi untuk urusan penting, tapi Ayah akan selalu memikirkan Dev."Dev mengusap air matanya dengan punggung tangan, tatapan matanya masih sayu. Zidan mengambil tangan Dev, menggenggamnya erat. "Ayah akan selalu hubungi Dev, kita bisa bicara setiap hari. Dan Ayah janji akan membawakan Dev
Last Updated : 2024-11-06 Read more