"Inara, tunggu!"Seketika aku menghentikan langkahku yang akan menutup pintu. Ternyata di depan sana sudah ada Mas Adnan, dia tampak tergesa menghampiriku yang masih berdiri di ambang pintu."Inara, kita harus bicara," ucapnya seraya meraih kedua tanganku dan menggenggamnya."Aku sudah tau kok, mas! Selamat, ya atas kehamilan istri keduamu," sahutku seraya tersenyum getir."Sayang, maaf ... aku-""Sudahlah, mas! Kenapa juga meminta maaf?" tukasku seraya melepas genggaman tangannya.Aku lalu berjalan dan duduk di sofa. Membiarkan Mas Adnan berjalan mengikuti hal yang sama."Sayang, aku tau kamu terluka. Maaf, tapi aku juga benar-benar tidak-""Cukup mas!" tukasku lagi.Sungguh, saat ini aku hanya ingin sendiri, tak melihat dan mendengar apapun tentang Mas Adnan mungkin akan jauh lebih baik untukku."Sekarang harusnya kamu tidak ada disini. Karin pasti mencarimu. Lagipula, ibu baru saja pulang, d
Terakhir Diperbarui : 2024-05-07 Baca selengkapnya