“Om ….”“Om Arvan ….!” Afni dan Dika berseru. Ezra tidak meneruskan ucapannya karena Arvan keburu mendekat. Belum lagi anak-anak yang langsung memburunya. Sikap Arvan juga terlihat canggung saat bersalaman dengan Ezra. Tatapan keduanya tampak tidak bersahabatEntah ada apa di antara keduanya, aku tak tahu. “Jadi kita kemana dulu, nih?” Mudah sekali bagi Arvan merubah raut wajahnya. Dia membuka suara membuat anak-anak semakin antusias.“Ke wahana bermain dulu, aku mau mandi bola!” Dika berseru.“Nggak, ke toko mainan dulu. Om Arvan udah janji mau beliin satu set Barbie,” sungut Afni kesal. Dia menjulurkan lidah pada adiknya.“Oh, Kakak nggak boleh gitu.”“Biarin!”Arvan mengusap kepala keduanya.“Gimana kalau main dulu, nanti baru kita ke toko mainan pulangnya, biar nggak repot bawa belanjaannya nanti.”“Iya, Om. Aku mau, aku mau.” Dika bersorak, tapi tidak dengan sulungku. Dia langsung protes pada pria tampan yang mensejajarkan badan dengan berjongkok itu.“Ih, kok Om gitu, sih?
Last Updated : 2024-05-15 Read more