Home / Romansa / Gairah Panas Presdir Tampan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Gairah Panas Presdir Tampan: Chapter 31 - Chapter 40

44 Chapters

Tersipu Malu

"Biarkan aku tetap bekerja meskipun kita sudah menikah!" pinta Joanna. Ethan terkejut mendengar permintaan Joanna, jelas dia keberatan karena itu bisa membahayakan kehamilannya. "Tidak bisa, Joanna. Aku tidak akan membiarkanmu bekerja saat hamil. Kamu fokus saja pada kehamilanmu! Aku akan cukupi semua kebutuhanmu." Joanna sama sekali tidak tergiur dengan tawanan yang diberikan oleh Ethan. "Jangan halangi aku berkarir, Ethan!" "Berhentilah keras kepala, Joanna! Kamu sedang hamil, terlalu beresiko. Kamu bisa berkarir lagi setelah melahirkan." Joanna mencondongkan tubuhnya ke depan. Sepertinya dia harus mengingatkan janji yang telah mereka sepakati sebelumnya. "Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak akan mengekang aku setelah menikah." "Ya, tapi untuk yang satu ini aku tidak bisa. Aku tidak mau ambil resiko. Keselamatanmu dan anak kita yang paling utama," tegas Ethan. Lelaki itu harap kali ini Joanna mau mendengarkannya. "Aku bisa jaga diri, Ethan. Tidak perlu khawatir!
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

Wedding Day

Jantung Joanna berdebar kencang saat dia melihat pantulan wajahnya di depan cermin setelah penata rias selesai meriasnya. Dia nyaris tidak mengenali wajahnya sendiri. Akhirnya, hari pernikahannya tiba juga. “Mbak Joanna cantik sekali,” puji penata rias itu. Joanna bahkan tidak bisa berkata-kata lagi. “Ayo, ganti gaun pengantin dulu, Mbak Joanna!” Wanita itu hanya menurut, tiga orang membantunya menggunakan gaun itu. Kini penampilannya sudah lengkap dari atas kepala sampai ujung kaki. Gaun yang memiliki ekor panjang itu melekat sempurna di tubuh Joanna. “Astaga, gaunnya cocok sekali dengan Mbak Joanna. Cantik sekali, Mbak!” puji penata rias itu lagi. Joanna tersenyum tipis. “Terima kasih.” Wanita itu tidak bisa berpaling dari cermin, meskipun gaun itu cukup berat tapi Joanna menyukai gaun itu. Desainer pilihan Ethan memang terbaik, bisa membuatkan gaun sesuai dengan permintaannya. Tok … Tok … Tok …. Suara ketukan pintu membuat semua orang menoleh ke pintu. “Sep
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

After Wedding

“Bagaimana dengan kamar pengantin?” Joanna bingung saat suaminya mengajaknya meninggalkan hotel tempat mereka melangsungkan pernikahan. Padahal, dia tahu Ethan sudah menyiapkan kamar untuk mereka dan harganya sangat mahal. Pertanyaan itu membuat Ethan menoleh. “Apa kamu ingin kita di sana?”Joanna menggeleng. “Tidak usah. Terserah kamu saja!”Ethan mengajak Joanna pergi ke kediamannya yang kini sudah resmi menjadi rumah mereka. Gerbang rumah langsung terbuka begitu Ethan tiba, seseorang langsung membukakan pintu untuk mereka setelah mobil itu berhenti di depan rumah. Ethan membantu Joanna mengangkat ekor gaun pengantin wanita itu. “Aku bisa sendiri, biar aku bawa,” ujar Joanna berusaha mengambil alih gaunnya. “Tidak usah, jalanlah dulu!”Joanna mengangguk, berkat Ethan dia bisa berjalan dengan nyaman. Wanita itu berhenti setelah melewati pintu, dia baru menyadari rumah Ethan begitu mewah sekali. Rasanya dia tidak bosan melihat furniture mewah yang ada di ruang tamu. “Joanna, seka
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

Cemburu Buta

“Sekian briefing hari ini.” Lelaki berseragam pilot itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas begitu dia sadar jika masih punya banyak waktu untuk sekedar bersantai di cafetaria. Lelaki itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Joanna yang masih berada di ruang briefing. Kesempatan bicara empat mata dengan wanita itu setelah semua orang meninggalkan ruangan. “Joanna.”Panggilan itu membuat Joanna mendongak, dia kaget melihat captain penerbangannya berdiri di depannya. “Ya, Captain Edward. Ada apa?”“Bagaimana kalau kita makan dulu? Bukankah kamu juga belum sarapan?” tebak Edward, dia hafal sekali jika Joanna dari dulu selalu sarapan di cafetaria sebelum penerbangan. Joanna mengusap perutnya, padahal dia sudah sarapan, entah kenapa malah lapar lagi. “Baiklah, ayo!”Senyum Edward mengembang sempurna mendengar jawaban Joanna, dia bahagia sekali karena Joanna mau menerima ajakannya. Sambil berjalan mereka mengobrol santai,
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more

Peringatan Keras

Suara ketukan pintu membuat Joanna menoleh. “Masuk saja, Bi! Pintunya nggak dikunci.” Akhirnya, makanan yang dia tunggu datang juga, setengah jam yang lalu memang dia meminta bibi untuk membelikan donat di tempat langganannya, entah kenapa mendadak Joanna ingin sekali makan donat. Senyum di wajah Joanna menghilang saat melihat Ethan muncul dari balik pintu kamarnya. Seketika dia menarik selimut untuk menutupi bahannya yang terbuka. “Bibi bilang kamu ingin makan donat. Tadi, aku belikan donat di tempat biasa kamu beli,” ujar lelaki itu sambil meletakkan kotak donat di atas pangkuan Joanna. Lelaki itu mengambil tempat duduk di tepi ranjang, menatap Joanna dengan tatapan dalam. Dengan sigap Joanna menggeser tubuhnya menjauh. Wanita itu menggigit bibir bawahnya karena harus berhadapan dengan Ethan, padahal selama ini dia berhasil menghindar dari lelaki itu. Rasanya masih canggung bagi Joanna. “Kenapa tidak bilang padaku kalau kamu sedang ngidam?” Ada rasa kecewa karena dia haru
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Perhatian yang Memuakkan

Joanna terkekeh pelan saat dia mengingat ucapan Ethan yang mengatakan jika dia cemburu melihatnya dengan Edward. "Ck, omong kosong," gumam Joanna. Dia tidak percaya dengan ucapan Ethan. Joanna menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin seorang Ethan cemburu padanya. Wanita itu kian mempercepat jalannya, tangannya menarik koper. "Astaga!" pekik Joanna ketika Ethan menghubunginya. Joanna menempelkan ponselnya di telinga. "Ada apa?" "Kenapa kamu pergi dulu? Bukankah kemarin aku sudah bilang tunggu aku? Aku akan mengantar jemput mulai sekarang," ujar Ethan dari sebrang sana. "Tidak usah. Aku bisa pergi sendiri." Joanna tidak habis pikir bisa-bisanya Ethan menyuruhnya melakukan hal itu. Jika, dia melakukannya sama saja artinya lelaki itu ingin membongkar pernikahan rahasianya. "Di mana kamu sekarang. Aku bawakan sarapan untukmu. Bibi bilang kamu belum sarapan." Joanna menghela napas karena lelaki itu begitu keras kepala. Perhatian yang diberikan oleh Ethan berlebihan sekali. "Adu
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Ancaman Terakhir

"Apa yang kamu lakukan, Ethan?" geram Joanna. Wanita itu menatap sekeliling memastikan tidak ada orang lain. Bahaya jika ada orang yang melihat mereka berduaan. Ethan tak langsung menjawab, tapi justru membalas menatap tajam Joanna. Gertakan sepertinya tak mempan untuk membuat Joanna tunduk dengannya. Keberanian Joanna lama-lama menciut ditatap tajam seperti itu. "Aku ada briefing." Baru saja berbalik, pergelangan tangan Joanna dicengkeram erat oleh Ethan. Lelaki itu menarik kencang Joanna hingga wanita itu berbalik menghadapnya lagi. "Kalau kamu terus melawan aku tidak segan-segan membongkar hubungan kita, Joanna," ancam lelaki itu diikuti seulas senyum penuh kemenangan melihat perubahan wajah Joanna menjadi panik. Joanna membeku di tempat mendengar ancaman Ethan. "Jangan bercanda!" "Aku tidak bercanda, Joanna. Bagaimana? Jauhi Edward atau aku bongkar pernik—" "Ya, aku akan melakukannya," potong Joanna cepat. Dengan panik wanita itu menatap sekeliling, dia bernapas
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Hutang Balas Budi

Joanna mengernyit melihat para pramugara dan pramugari berbaris rapi saat dia masuk ke dalam ruang kru. Dia memelankan langkah kakinya sambil mengamati sekeliling. "Joanna, akhirnya kamu datang juga. Ayo, cepat sini! Tinggal kamu yang belum cek berat badan," ujar salah satu petugas wanita yang berdiri di depan. Mampus, batin Joanna panik. Sidak dadakan itu membuat Joanna memucat, jelas saja karena berat badannya sudah naik beberapa kilogram. "Yang lain silahkan bubar. Joanna ayo sini!" Terpaksa Joanna mendekat, dia menatap tajam Rosa yang baru saja melewatinya. Harusnya temannya itu memberitahu jika ada sidak mendadak agar Joanna bisa melarikan diri. "Ya, Bu Amelia. Maaf Bu, saya sudah melakukan pemeriksaan. Apa harus dicek lagi?" Joanna mencoba untuk berhegosiasi dengan Amelia. "Tidak bisa, Joanna. Ayo cepat naik ke timbangan!" Amelia menatap buku yang ada di tangannya, siap untuk mencatat. Joanna menggigit bibir bawahnya, dia hanya bisa pasrah lantaran tidak b
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Perhatian Mertua

"DURHAKA KAMU ETHAN!" Teriakan itu sama sekali tidak membuat keputusan Ethan goyah. Dia memberi kode pada dua petugas keamanan segera menyeret mertuanya meninggalkan ruang kerjanya. "Lepas! Lepaskan aku!" pinta lelaki paruh baya itu saat dua orang itu menyeretnya paksa. "Apa kalian tidak tahu siapa aku? Hah?" Dengan panik lelaki itu kembali menatap Ethan, berharap menantunya berbaik hati mengurungkan niatnya. Dia pikir datang menemui menantunya adalah jalan keluar terbaik, tapi ternyata dia salah besar. Yang ad justru Ethan menolak permintaannya. "Ethan apa begini caramu memperlakukan mertuamu? Apa gunanya kaya kalau kamu tidak punya sopan santun?" Ethan berjalan cepat menutup pintu ruangan kerjanya, tapi sebelum ditutup Ethan menatap mertuanya. "Aku tidak akan mengeluarkan sepeserpun untuk ayah. Jadi, jangan berharap lebih, Ayah!" "Benar-benar kurang ajar kamu, Ethan. Dengar! Dengarkan aku! Aku menyesal membiarkan kamu menikah dengan putriku yang berharga." Teriakan mertuan
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Manja

"Joanna lihat yang mama bawa!" Pandangan mata Joanna berpindah mengikuti arah telunjuk mertuanya. Wanita itu langsung takjub melihat tumpukan perlengkapan bayi. "Ini semua mama belikan khusus untuk cucu mama. Semoga saja kamu suka, Joanna," ujar wanita paruh baya itu sambil tersenyum lebar. Usia kandungannya belum menginjak lima bulan, tapi mertuanya sangat antusias menyambut anaknya lahir. Diterima dengan baik oleh keluarga Ethan membuat Joanna justru merasa bersalah karena nantinya dia akan meninggalkan keluarga Ethan. "Ma, tapi aku lahiran masih lama. Apa tidak terlalu dini mama belikan semua ini?" tanya Joanna dengan hati-hati takut menyinggung mertuanya. Dengan semangat wanita paruh baya itu menggeleng. "Tentu saja tidak. Mama tidak tahan untuk belanja printilan untuk cucu mama." "Terima kasih banyak, Ma." Rasanya sudah lama sekali dia tidak mendapatkan kehangatan dari seorang ibu. Wanita paruh baya itu mengusap perut Joanna lantas berpindah mengusap lengan mena
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status