Semua Bab 30 Hari Bertukar Badan : Bab 11 - Bab 20

22 Bab

BAB 11 - Saling Protes

Tamara tidak kuat lagi. Setelah ia mendapat jawaban super instan dengan mengatakan ia tahu dari Kirana mengenai Andin, ia permisi ke kamar mandi untuk menenangkan dirinya.“AAAAA! Gue gak bisa terus-terusan kayak gini!” pekiknya ketika kamar mandi sepi dari pengunjung.Tamara memegangi kepalanya sambil berjalan bolak-balik didepan cermin, “Ra, cari cara biar lo sama si Kirana cepet balik ke badan masing-masing.”Kirana yang juga merasa tidak bisa menahan pergantian badan ini menyusul ke kamar mandi. Ia berdiri di depan pintu menatap Tamara yang pasti sama frustasinya.“Apa gue harus pergi ke dukun? Enggak-enggak, dukun mana yang menerima pasien pertukaran badan.”“Ra?”Tamara menurunkan tangannya. Ia juga berhenti mondar-mandir dan menatap Kirana, “Kirana gue udah gak sanggup!”“Aku juga.”Tamara menarik tubuh Kirana dan menutup pintu kamar mandi, “Lo pasti tahu caranya supaya kita balik ke badan masing-masing.”“Ra, aku gak tahu.”“Bohong! Pertukaran badan kita tadi pagi aj
Baca selengkapnya

BAB 12 - Kecurigaan Reno

Pov Reno“Kirana,” Reno berdiri dibelakang Tamara yang sedang menunggu Erik mengeluarkan mobilnya dari parkiran.Tamara tak bergeming. Ia terus memperhatikan mobil Erik bergerak.“Ki?” Reno memajukan badannya dan menatap Tamara.Tamara terlonjak kaget. Ia menahan nafas ketika wajahnya dengan wajah Reno begitu dekat, “Mas?”“Aku boleh ngobrol sebentar?”Tamara meneguk ludahnya. Ia melirik kedatangan Kirana yang menuntun Andin. Dengan suara yang dikencangkan ia melirik Reno, “Ada apa, mas? Nanti Tamara curiga lagi.”Reno melirik Tamara yang berdiri tak jauh dari tempatnya, “Ra, aku ada yang mau ditanyain sama Kirana, soal... kerjaan.”Kirana tak langsung menjawab. Ia malah melirik Tamara, “Kerjaan apa, mas? Kamu ‘kan kerjanya dibidang pembuatan iklan, sementara Kirana kerja di bidang sastra.”“Itu nyambung kok, Ra. Aku mau bicarain soal skrip.”Tamara mendecek dalam hati. Ia begitu kesal karena Kirana bersikap seolah Reno adalah suaminya, “Udah, mas, gak usah, nanti Tamara nudu
Baca selengkapnya

BAB 13 - Rahasia Pertama Kirana

Tamara duduk santai di kursi kerja Kirana. Setelah pintu ruangan kerjanya ditutup dari luar oleh Erik, ia membuang nafas amat lega, setidaknya untuk hari ini ia bisa sedikit tenang karena terbebas dari tanggung jawab membimbing para penulis.“Lama-lama gue beneran bisa gila kalo harus terus ketemu mas Reno. Kayaknya dia curiga deh sama gue, sama Kirana. Duh, gimana dong.” Tamara menggigit ujung jarinya. Itu adalah kebiasannya setiap kali sedang panik.Tamara berdiri. Ia berjalan menuju kaca besar yang ada diruangan ini. Matanya menatap luas ke luar, melihat lalu-lalang jalanan yang macet disiang hari.“Kira-kira gue bisa balik lagi ke badan gue gak ya?” Tamara menggigit ujung jarinya makin kencang, “Argh! Kenapa sih hal kayak gini harus terjadi sama gue? Gue pikir itu cuma fiktif dan ada di tivi doang.”Tok-Tok-TokTamara melirik pintu, “Masuk.”Ibu memutar handel pintu dan tersenyum membawa sekantong buah-buahan agar anaknya yang kata mbak Indah sedang sakit bisa cepat sehat me
Baca selengkapnya

BAB 14 - Hati-Hati pada Reno

“Eum... gimana kalo Andin pergi sama kamu sama Kirana aja, Ra?” Reno menatap Tamara.“Hm?” Kirana kebingungan, “Kamu emangnya mau kemana, mas?"Reno menyentuh lehernya, “Eum aku baru inget ada final projek dikantor, jadi harus kesana buat mantau.”Tamara menunduk, saat ia menjadi dirinya sendiri Reno tidak pernah mangkir dari jadwal kerjanya apalagi sedang ada projek di kantor. Ia bahkan tidak pernah mengajak pergi Andin bersamanya. Biasanya Reno akan mengantarkan Andin bersama suster Tina agar pergi ket Time Zone berdua, dan pulangnya dijemput kembali. Sekarang tumben-tumbenan ia mengajak Tamara palsu untuk pergi.Kirana mengangguk, “Iya, mas. Aku biar pergi sama Kirana. Kamu kerja aja.”Andin menunjukkan wajah sedih, “Yaaah, kok papi gak ikut sih?”Reno mengelus pipi Andin, “Papi ada kerjaan yang gak bisa ditinggalin. Kan gantinya ada tante Kirana, jadi Andin tetep main sama dua orang.”Kirana berjongkok dan me
Baca selengkapnya

BAB 15 - Pelanggaran 1 (18+)

Pov Kirana Kirana terus memperhatikan wajahnya di cermin kamar mandi. Wajah Tamara terlihat begitu cantik dan sempurna. Tak ada cacat sedikit pun sehingga sebenarnya ia tidak perlu bermake-up untuk pergi kemana pun. Tapi menurut Tamara berbeda. Wajah cantik alaminya harus semakin disempurnakan dengan sentuhan makeup, sehingga mau tak mau Kirana harus belajar berdandan secara autodidak. Menjelang pergi ke acara pernikahan Adam, teman angkatan mereka dikampus, Kirana menunggu Reno yang sedang berbincang dengan tim nya dari kantor untuk membicarakan projek iklan. Ia sudah merayunya untuk ikut pergi. Awalnya ia menolak dan memintanya untuk pergi sendiri, tapi beberapa detik kemudian ia berubah pikiran dengan mengajukan satu syarat. “Kalo mas Reno minta...” Kirana menggeleng, “Enggak, Tamara bilang mas Reno gak akan minta itu.” Kirana diam. Otaknya berpikir keras tapi tak berani mengambil kesimpulan dari semua tanyanya. “Kalo Tamara bilan
Baca selengkapnya

BAB 16 - Berperan Lebih Baik

Tamara mengedarkan matanya untuk mencari keberadaan Kirana dan Reno. Jangan sampai mereka tidak datang. Apa kata orang nanti? Pasangan couple goal dari jaman kuliah tidak datang, atau Kirana datang sendiri karena tidak berhasil membujuk Reno untuk ikut.“Ki, kamu cari siapa?” Erik memberikan gelas minuman pada Tamara.“Tamara."“Oh. Mereka gak akan dateng kali. Kan mereka punya anak."“Mereka ‘kan punya sitter, ada mama mertuanya juga yang bisa jaga Andin.”“Iya juga sih. Oyah, besok... gimana kalo kita pergi?”Tamara baru menoleh, “Kemana?” tawaran Erik bagaikan oasis di padang pasir, karena ia enggan berada di kantor dan melakukan bimbingan pada penulis.“Gak usah jauh-jauh, keliling kota aja. Gimana?”Tamara tersenyum, “Boleh.”Erik melotot, “Kamu mau?"“Mau lah, aku capek kerja terus. Aku butuh waktu healing.”Erik tertawa, “Nah, gini dong, Ki. Aku seneng deh sama perubahan di diri kamu yang semakin positif.”Tamara hanya tersenyum.“Ternyata omongan tante Ira yang me
Baca selengkapnya

BAB 17 - Nenek-Nenek Aneh

Acara semalam berjalan dengan baik. Meskipun ada pertengakaran kecil antara Tamara dan Kirana karena lagi-lagi mereka membuat kesalahan di depan Erik dan Reno, setidaknya mereka bisa mengatasinya. Tamara sudah mengirimkan detail semua tentang dirinya pada Kirana, begitupun sebaliknya. Mereka terus berlatih sehingga sudah hari ke-empat akhirnya mereka terbiasa menjadi Tamara dan Kirana.Tamara kini tengah bersiap pergi bersama Kirana untuk membicarakan rencana mereka kedepannya.Tok-Tok-Tok“Sayang?”“Iya, bu?”“Itu temen kamu udah jemput.”Tamara mengernyit, “Temen gue ngejemput? Perasaan gue gak ada janji sama siapapun lagi deh."Dengan cepat Tamara membawa tasnya dan keluar dari kamar, “Siapa, bu?”“Namanya Tamara.”“Hah? Eum... oh, Tamara.”Ibu mengangguk, “Eum, sayang, sebelumnya ibu boleh tanya gak?”“Boleh, bu, kenapa?”“Tamara itu.. bukannya orang
Baca selengkapnya

BAB 18 - Syarat Bertukar Kembali 1

Tamara tak menyerah, ia terus mencari keberadaan nenek-nenek cantik namun aneh itu kemana-mana. Ia bahkan menghampiri dapur, barangkali nenek itu nyasar kesini.“Ada yang bisa kami bantu, mbak?” tanya pramusaji yang melihat Tamara kebingungan.“Eum...”“Mbak kehilangan anak mbak?”Tamara menggeleng, “Mbak, saya cari orang, tapi bukan anak saya. Saya cari... saya bisa lihat rekaman cctv dimana ya?”“Untuk itu mohon maaf, mbak, kami tidak bisa memberikan rekaman cctv sembarangan.”Tamara yang baru buka mulut melihat kedatangan manager kafe yang menghampiri mereka.“Ada apa ini?”Tamara menatap manager kafe yang seumuran dengan Reno itu, “Mas, saya lagi cari orang, dia... keluarga jauh saya, dia udah pikun. Saya takut dia... menghilang.’“Menghilang?”“Eum maksudnya.... dia nenek-nenek, umurnya sekitar tujuh puluh tahun. Neneknya udah agak pikun, jadi... mas ngerti ‘kan? Saya perlu cek c
Baca selengkapnya

BAB 19 - Enggan Kembali

Pov KiranaSepulangnya mengantar Tamara pulang dan berbincang dengan ibu sebentar membuat Kirana memiliki energi lebih sore ini. Ia terus tersenyum bahagia karena kini ia punya cara untuk terus bertemu ibu.Reno yang baru bangun tidur melirik istrinya tanpa henti, “Sayang?"“Hm?"“Kamu kenapa senyum-senyum?”“Gak papa.”Reno bangkit dari posisi tidurannya, ia duduk disebalah Kirana, “Aku mau.”“Hm? Mau apa, mas?”Reno menggenggam tangan Kirana, “Andin ‘kan udah gede, udah saatnya kita kasih adek buat dia.”Kirana melotot, “Mas, jangan dulu.”“Kenapa?”“Eum... aku lagi banyak kerjaan. Aku harus beresin kerjaan aku.”“Sayang, ini ‘kan sabtu. Besok aja kelarinnya, oke?”Kirana tak punya alasan lagi. Ia diam saja saat Reno menciumi pipi dan lehernya. Ia tidak bisa menolak gejolak ini, apalagi ia sering membayangkan ini terjadi sedari dulu.Reno meremas kedua buah mochi Kirana, “Kita pindah ke kamar mandi yuk. Udah lama kita gak main disana.”Kirana tak menjawab, tapi ia ber
Baca selengkapnya

BAB 20 - Menahan Diri

Tamara tak berselera makan. Sepulangnya dari rumah bertemu Kirana dan mendapati ia sudah melakukan hal itu dengan Reno membuatnya enggan melakukan apapun termasuk makan bersama ibu dan ayah. Ia terus duduk termenung di dalam kamar.Ibu dan ayah yang mengintip dari celah pintu yang terbuka sedikit merasa keheranan. Tadi pagi anak semata wayangnya begitu bersemangat memberikan oleh-oleh untuk teman barunya, Tamara, kenapa kini jadi seperti ini?“Ayah gak salah denger, bu? Kirana temenan sama orang yang bully dia waktu kuliah?” ayah melotot kaget ketika ngobrol berdua dengan ibu setelah mengintip Tamara yang sedang sedih.Ibu mengangguk, “Yah, sekarang orangnya udah berubah. Dia udah tahu kesalahannya dan menyesal. Emang apa salahnya mereka jadi temen?”“Bu, kita sama-sama tahu sifat Kirana bagaimana. Kalau ternyata Kirana hanya dimanfaatkan sama yang namanya Tamara-Tamara itu gimana?”“Ayah jangan berprasangka buruk sama Tamara. Anakny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status