Semua Bab Diam-Diam Jatuh Cinta: Bab 371 - Bab 380

384 Bab

Bertemu Keluarga Jevin

ZELINEAku nggak berani bicara apa pun pada Jevin. Sejak menghajar Dimas tadi dia diam membisu tanpa sepatah kata pun terlontar dari bibirnya.Tadi setelah Dimas tersungkur Jevin langsung mengajakku pergi.“Lama-lama di sini aku bisa bikin dia mati,” ucapnya sambil menarik tanganku.Dari rumah Dimas Jevin membawaku ke hotel. Aku tidak banyak tanya. Menurut pada hotel apa pun pilihannya.Sesampai di hotel kami beristirahat. Aku berbaring di sebelah Jevin sambil memerhatikan keasyikannya nge-game di ponsel. Jevin tampak begitu santai sedangkan pikiranku tidak bisa lepas dari kejadian tadi. Aku khawatir Dimas akan memperkarakannya lalu melaporkan Jevin ke polisi atas tindakan penganiayaan. “Jev …,” panggilku pelan. Ini adalah suara pertamaku setelah kami tiba di hotel.“Ya, Sayang?” Jevin menyahut tanpa menoleh. Matanya terfokus pada layar gawai.“Aku takut.”“Takut kenapa?”“Gimana kalo Dimas nggak terima terus ngelaporin kamu ke polisi atas dugaan penganiayaan?” ucapku mengemukakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

Jangan Sampai Punya Anak

ZELINEDengan refleks aku mengaitkan tanganku ke lengan Jevin.Mbak Zoi serta Mas Javas yang menggendong Arimbi melangkah ke arah kami. Sedangkan Tante Rosella tetap di tempat sambil melempar tatapan tajamnya.Aku bingung harus melakukan apa. Seharusnya sebagai menantu yang baik aku langsung mendekatinya lalu menjabat dan mencium punggung tangannya. Tapi kondisinya berbeda. Dia tidak menganggapku sebagai menantunya. Dia membenciku. Dia menganggapku tidak layak untuk mendampingi anaknya. Sebagus apa pun aku, sebesar apapun usaha yang kulakukan untuk menaklukkan hatinya, predikatku di matanya tidak akan berubah. ZELINE TIDAK LAYAK UNTUK MENDAMPINGI JEVIN.Setiap kali mengingat tudingannya bahwa aku menginginkan anaknya hanya karena mengincar hartanya hatiku sakit. Aku juga bisa mencari uang sendiri.“Zel … kamu nggak apa-apa, Dek?” Mbak Zoi memelukku seakan aku baru saja lolos dari maut.“Nggak apa-apa, Mbak.”Mbak Zoi lalu menarikku pergi meninggalkan Jevin dan Mas Javas. Kami menjau
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

Ada Yang Aneh

ZELINEAku dan Jevin masih berada di ballroom hotel tempat pernikahan terselenggara. Semakin malam suasana semakin ramai. Para tamu memadati ballroom. Mereka mengisi setiap tempat yang ada. Sepertinya Pak Ariq dan Mbak Niken mengundang banyak orang. Aku tidak tahu berapa pastinya.Seharusnya aku turut berbahagia karena akhirnya orang yang kukenal dan pernah berinteraksi banyak denganku, terutama Pak Ariq, pada akhirnya menemukan pasangan hidup. Nyatanya setelah pertemuan dengan Tante Rosella tadi semua terasa hampa. Termasuk zuppa soup yang saat ini berada di hadapanku. Tante Rosella sudah keterlaluan. Dia boleh membenciku, tapi tidak sepatutnya mengutuki agar Jevin tidak memiliki anak dariku.“Lemes amat? Nggak enak zuppa soup-nya?” tegur Jevin mengusap pundakku.“Enak,” jawabku singkat.“Terus kenapa nggak dihabisin?”Aku diam saja. Aku harap Jevin peka pada perasaanku, apa yang menyebabkanku begini.Karena aku tidak menjawab, Jevin menghela napasnya. Mulai paham apa yang terjadi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

Officially Yours

ZELINEAku dan Jevin keluar dari salon dengan tubuh dan pikiran jauh lebih rileks.Bukan hanya aku yang nyalon, tapi Jevin juga. Kami melakukan beberapa treatment seperti spa dan body massage. Jevin tidak putus memuji rambut baruku. Aku mengikuti sarannya. Mengubah warna rambutku yang hitam menjadi mahogany brown. Potongannya yang biasa lurus aku ubah jadi bervolume. Apalagi dengan ujungnya yang sengaja di-curly kata Jevin membuatku terlihat lebih dewasa bagai seorang girl boss.“Zel, temenin aku nge-gym dulu ya?”Aku menurut tanpa protes saat Jevin membawaku ke pusat kebugaran. Aku nggak akan pernah lupa kalau Jevin selalu rutin menjaga kesehatannya. Hobinya nge-gym dan berenang. Itulah sebabnya tubuhnya begitu atletis.“Nggak ikut sekalian?” tanya Jevin menawarkan. Dia sudah membuka baju dan hanya mengenakan celana pendek.Aku nggak suka olahraga. Ini adalah pertama kalinya aku ke tempat beginian.“Males ah.” Aku menolak dan lebih memilih menjadi penonton.“Ayolah sekali-sekali.” J
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-31
Baca selengkapnya

Jangan Pakai Jari

ZELINE“Can’t wait to see you, Aunty …” Fai melambaikan tangan sebelum mengakhiri panggilan video yang berlangsung di antara kami sejak lima belas menit yang dulu.Sebelumnya aku mengobrol dengan Mbak Zola, mengabarkan tentang jadwal keberangkatanku dan Jevin besok. Dan tentunya aku juga bercerita mengenai pernikahanku dengan Jevin. Sejauh ini para kakakku memberi dukungan mereka. Mungkin karena mereka juga mengalami perjalanan cinta yang begitu berliku dengan pasangan masing-masing.Bahuku dikecup dari belakang bersama aroma khas Jevin yang terhirup oleh hidungku.“Udah nelfonnya?”“Udah.”“Cerita apa aja tadi?”“Aku cuma ngabarin kalau kita berangkat besok sama nyeritain nikahan kita.”“Tanggapan Zola gimana?”“Sama kayak Zach,” jawabku. Pada awalnya kakak tengahku itu memang tidak menerima keputusanku yang memilih kabur dari rumah untuk memperjuangkan cinta dengan Jevin. Tapi pada akhirnya dia berdiri di kubuku. Aku yakin Zach memiliki peran yang cukup besar untuk meyakinkannya aga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-31
Baca selengkapnya

Bed Friend

ZELINEWhat does she say? Pacarnya Jevin?Aku menatap Jevin lekat dengan sorot meminta konfirmasi mengenai apa yang baru saja kami dengar.Jevin balas menatapku dengan kebingungan yang semakin menjadi. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Aku nggak kenal dia,” bantahnya tegas.“Tapi dia bilang pacar kamu, Jev.”“Pacar gimana? Aku udah punya kamu begini. Udahlah, Yang, nggak usah pedulikan gangguan dari luar yang akan bikin hubungan kita jadi rusak. Aku kan udah bilang itu sebelumnya.”“Apa, Jev? Jadi karena kamu udah punya yang baru makanya mengingkari hubungan kita dulu?” sela Calista tidak terima.Jevin mengalihkan pandangan ke arah Calista. “Sorry, tapi aku nggak pernah kenal sama kamu apalagi menjalin hubungan seperti yang kamu sebutkan.”“Kamu bisa bilang begitu sekarang karena kamu udah punya yang lain. Tapi buat aku, hubungan kita dulu adalah segalanya. Kita udah sejauh itu. Apa kamu lupa, Jev?”“Sejauh apa?” tanyaku cepat. Mulutku tidak bisa direm mendengar pengakuannya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-01
Baca selengkapnya

Gembok Cinta

JEVINSudah sejak tadi aku berorasi membujuk Zeline, meyakinkan padanya bahwa hanya dialah yang aku cintai. Apapun yang terjadi di masa lalu, sebanyak apapun perempuan yang pernah singgah di kehidupanku (jika memang benar), tapi hanya dialah satu-satunya wanita yang kujadikan pendamping hidup sampai akhir usia.Berjam-jam aku membujuknya. Mulai dari bandara tadi sampai pesawat mengudara. Zeline tidak merespon satu kali pun kata-kataku. Kendati begitu aku yakin dia mendengar apa yang aku sampaikan. Hanya saja dia masih dikuasai emosinya, egonya, rasa cemburunya.“Dia bukan tipeku, lihat aja bibirnya tipis,” ucapku di ujung keputus asaan.Aku pikir Zeline masih tidak merespon. Siapa sangka dia bereaksi dengan cepat.“Maksud kamu?” terjangnya. Dan itu membuatku bersemangat.“Aku nggak suka cewek berbibir tipis.”Dia menantangku dengan matanya.“Kamu mau tahu nggak, Yang? Kenapa?”Tatapannya semakin lekat di wajahku. Aku tahu dia butuh jawabanku tapi gengsi untuk bertanya. Dia sangat pena
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-01
Baca selengkapnya

Memulai Hidup Baru

ZELINE“Auntyyyy ...”Suara halus anak kecil laki-laki mengisi pendengaranku. Fai berlari kecil lalu menghambur memelukku saat aku tiba.“How are you, Boy?”“I’m fine, and you?” Bibir mungilnya bergerak-gerak lucu menanyakan kabarku. Tanpa sengaja aku jadi ingat Kaka.Tatapan Fai lantas pindah pada Jevin. Anak itu mengerutkan dahi mencoba mencari tahu siapa laki-laki bertubuh atletis di sebelahku.“Hai, Fai, ini Om Jevin, masih ingat nggak?” Jevin menanyakannya saat menemukan tatapan heran anak itu.Fai terlihat bingung. Mungkin karena jarang bertemu dengan Jevin sehingga ia harus memulihkan lagi ingatannya.“Mamaaaa!” Fai berlari menuju Mbak Zola yang baru muncul dari arah dalam rumah. Lalu Mbak Zola berbicara menerangkan sesuatu pada anaknya.Aku dan Jevin datang berdua dan memang sengaja meminta tidak dijemput ke bandara.“Fai nanya katanya itu siapa. Dia agak lupa itu Om Jevin yang mana.” Mbak Zola menerangkan pada kami.Jevin tertawa pelan. Jevin memang lebih dekat dengan Kaka ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-02
Baca selengkapnya

Hanya Masalah Waktu

ZELINE“Kebetulan banget kamu ke sini, jadi aku nggak perlu cari orang lagi buat benerin laptop.”Aku mendelik mendengar ucapan Zach sedangkan dia terkekeh geli.“Jauh-jauh ke sini cuma buat benerin laptop.” Aku pura-pura merajuk namun tak urung menerima MacBook yang diberikan Zach.Meski Zach tahu betul apa spesialisasiku, tapi orang-orang sering salah kaprah. Mereka menganggap anak IT hanya tukang memperbaiki komputer rusak. Padahal lebih dari itu. Teknologi informasi bukan perkara hardware, tapi lebih ke software, seperti bidang yang kutekuni.Aku menyalakan MacBook milik Zach yang katanya rusak. Sambil menunggu booting aku mendengar obrolan Zach dan Jevin.“Hari ini Zeline bakal nyoba apply beberapa job vacancy. Tapi di kantor lo kira-kira lagi butuh programmer nggak?” tanya Jevin pada adiknya.Zach tidak langsung menjawab. Dia tampak berpikir sesaat. “Seingat gue belum. Paling kalo ada bakal diumumin di official website. Tapi nanti deh gue tanya HR buat lebih jelasnya,” kata Zach
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-02
Baca selengkapnya

Rahasia Yang Tersimpan

ZELINE“Gimana, Yang? Kamu suka?”Aku memandang Jevin lalu menganggukkan kepala setelah puas melihat-lihat. Saat ini kami sedang berada di sebuah apartemen yang terletak di Downtown. Kami memutuskan untuk membeli apartemen karena nggak mungkin tinggal selamanya di rumah Mbak Zola.“Jadi fix kita ambil yang ini?” tanya Jevin lagi, padahal kami sudah resmi membelinya.“Fix, Jev,” jawabku memutuskan yang membuat broker properti yang mendampingi kami mengembangkan senyum lebar.Lalu Jevin bicara dengannya sedangkan aku berjalan ke tepi jendela lalu mengamati lalu lintas yang terhampar di luar sana. Dari ketinggian lantai delapan belas mobil-mobil yang melintas tampak seperti kotak-kotak kecil dalam temaram cahaya malam.Aku mengembuskan napas lega. Ini adalah bulan keempat kami di USA. Dan syukurnya kehidupanku berjalan dengan baik di sini.Setelah interview waktu itu aku diterima bekerja di sebuah perusahaan teknologi dan informasi. Sejauh ini aku enjoy kerja di sana. Selain sesuai den
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
343536373839
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status