Home / CEO / Istri Simpanan CEO Arogan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Simpanan CEO Arogan: Chapter 11 - Chapter 20

40 Chapters

Si Tuan Angkuh dan Gadis Rapuh

Setelah meletakkan gagang telepon ke tempatnya, sang pelayan wanita tadi kembali menghampiri Laras yang masih berada di dapur. Maria, nama kepala pelayan itu. Dia salut karena tidak biasanya sang Tuan membawa wanita lain ke rumah, meski ini bukan hunian satu satunya sang jutawan, tapi wanita yang dibawa pernah dibawa Tuan Sena adalah Nyonya Eva, istrinya sekarang. Jadi, kalau gadis bernama Laras itu dibawa ke rumah, artinya gadis tersebut memang spesial bagi sang tuan.Pertama melihat Laras, Maria bisa melihat gadis itu memiliki hati yang baik, terpancar dari wajahnya. Gadis tersebut juga masih belia tampak dari sikap dan cara bicaranya yang apa adanya. Prediksi Maria tidak salah karena Laras memang berbeda, jauh bila dibandingkan dengan sang nyonya yang angkuh dan suka merendahkan para pelayan. Mungkin karena wanita tersebut berasal dari kalangan atas, jadi menganggap pekerja rendah seperti mereka tidak berharga sama sekali.Seperti jauhnya jarak antara bumi dan langit, Laras justru
Read more

Musim Dingin di Belanda

Setelah perjalanan panjang, pesawat yang ditumpangi Sena dan Laras mendarat dengan selamat di Bandara Schiphol Amsterdam yang terletak di bagian selatan Kota Amsterdam. Hawa dingin menyambut kedatangan gadis tersebut saat keluar dari pesawat. Sialnya, dia hanya mengenakan gaun tipis yang membuat hawa dingin seakan menusuk nusuk kulitnya. Bahkan, gadis itu harus memeluk tubuhnya erat erat agar tidak kedinginan. Akan tetapi, sia sia saja. Udara di Belanda di musim panas saja hanya berkisar tujuh belas sampai dua puluh derajat celcius. Apalagi di musim dingin, biasanya berkisar antara satu sampai enam derajat celcius. Pantas saja bibir Laras bergetar dan mulai memucat.Sena yang lebih dahulu berjalan di depan menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke belakang karena Laras tidak berada di sampingnya. Dia menghela napas keras melihat gadis tersebut tertinggal di belakang, berdiri tidak bergerak di tempatnya. "Kau kenapa?" Laki laki itu mengerutkan dahi melihat tubuh si gadis gemetar."Dingin
Read more

Tuan Arogan Mulai Mencair

Laras bergerak-gerak gelisah di atas tempat tidur. Dia terbangun ketika merasakan sesak di dada. Meski sudah mematikan pendingin udara, napasnya masih saja terasa tersendat. Waktu terasa sangat lama untuk gadis itu. Kalau hanya menahan lapar dia masih sanggup, tetapi sakit di kepala semakin membuatnya nelangsa. Rasa geli yang menggelitik hidungnya membuat Laras bersin tak hitungan kali. Dia meringkuk di atas tempat tidur dengan selimut membungkus seluruh tubuh. Napasnya memburu karena panas yang berasal dari dalam, tetapi telapak kaki terasa dingin.Untuk tidur pun Laras tidak bisa. Sinusitis yang dia idap membuatnya semakin tersiksa. Parahnya, gadis tersebut lupa membawa inhaler yang biasanya selalu siaga di dalam dompetnya. Dia bangun lalu berjalan ke luar kamar berharap Sena sudah pulang. Namun, dia harus kecewa karena tidak melihat laki laki tersebut. Laras kembali masuk ke kamar dan memilih duduk di dekat jendela. Gadis itu duduk di kursi menghadap keluar sambil merapatkan selimu
Read more

Bagaimana Ini?

Bulu mata lentik yang membingkai mata bulat Laras perlahan-lahan terbuka. Tempat tidur dari busa terbaik membuatnya nyaman, hingga memilih diam di sana. Tubuh gadis itu terasa hangat bergelung di dalam selimut. berbanding terbalik dengan udara di luar hotel. Dia bisa melihat salju jatuh melalui jendela kamar. Laras tersenyum melihat butir-butir putih itu adalah pemandangan yang sangat indah baginya. Ingin rasanya melompat turun dari ranjang, lalu berlari keluar hotel untuk merasakan kelembutan salju.'Salju rasanya kayak es krim, ya? Kalau dikasih sirup pasti segar.' Laras senyum senyum sendiri.""Kau kenapa?" Teguran Sena menyadarkan Laras kalau dia tidak sendirian di dalam kamar. Gadis itu duduk dan menatap ke arah si laki laki yang sedang berdiri di depan pintu toilet.Wajah Laras memerah melihat tubuh Sena hanya berbalut handuk sebatas pinggang, sehingga perut kotak-kotak yang terbentuk karena latihan fitness tampak menggoda untuk disentuh. Mata gadis itu enggan berpaling. Seolah-
Read more

Senyum di Bawah Salju

Laras menoleh saat seorang laki laki bicara kepada pelayan di depannya. Seketika dia mengembuskan napas lega. Keajaiban itu ada.Sang pelayan mengangguk dan tersenyum ramah. Seperti laki laki itu sudah familiar di hotel ini."Kau tidak apa apa?" tanya Laki laki itu menghampiri Laras.Gadis itu mengangguk. Dahinya berkerut ketika mengingat pernah melihat si laki laki."Anda ....""Namaku, Randy." Laki laki itu mengulurkan tangan, "kita pernah bertemu di pesta sekitar beberapa hari yang lalu."Senyum Laras mengembang. Dia tidak salah mengingat. Gadis itu menyambut uluran tangan Bastian. "Aku Laras.""Nama yang sangat cantik. Secantik orangnya." Puji Randy lagi, membuat pipi Laras terasa panas.*"Makasih." Laras kembali tersenyum canggung ketika Rendy membayar tagihan makanannya, ditambah minuman yang dipesan selagi mereka mengobrol."Anggap aja aku traktir kamu, tapi enggak gratis," balas Randy sambil tersenyum jenaka."Maksudnya." Lengkung di bibir Laras tertahan. Gadis itu sudah meng
Read more

Gadis yang Memikat

Laras terduduk di atas ranjang setelah tubuh Sena menghilang di balik pintu. Laki-laki itu pergi begitu saja tanpa bicara sepatah kata pun padanya. Entah mengapa malam ini gadis tersebut memiliki keberanian untuk membalas tudingan lelaki itu. Laras tidak tahu bagaimana menghadapi sikap Sena yang berubah ubah. Laki laki itu membuatnya bingung. Terkadang Sena terlihat sangat manis, begitu peduli, dan seolah-olah suka berada di dekatnya. Namun, di satu waktu yang berbeda laki laki itu akan bersikap angkuh dan kasar seperti malam ini.Laras menghembuskan nafas dengan keras untuk sekedar melonggarkan sesak yang mencengkram dadanya. Mata gadis itu tertumbuk ke atas meja di depannya. Dia tertegun melihat kantong belanjaaan yang berisi dua kotak pizza. Laras menelan saliva ketika mengecek ponsel yang tersimpan di dalam laci. Ada tiga puluh panggilan tak terjawab dari Sena sejak dua jam yang lalu. Embusan napa Laras terasa berat. Laki-laki itu tidak bohong. Sena benar benar mengkhawatirnya.B
Read more

Aku Cemburu

"Buka baju Anda." Suara Laras membuat Sena yang sedang menonton menoleh dan menatap gadis itu dengan dahi berkerut."Kok, malah bengong. Anda mau sembuh enggak?" Lagi, Laras berujar.Anehnya Sena menurut, tapi ketika laki laki itu sudah bertelanjang dada giliran Laras yang terdiam. Mata gadis terhipnotis melihat roti sobek milik Sena. Dia menelan ludah berkali kali membayangkan memegang otot kejang itu dengan tangan."Katanya mau obatin aku, malah diam. Pasti mikir yang tidak tidak."Laras tergagap. Rona merah tampak menjalari wajahnya. Gadis berdeham mendekat, begitu pun Sena. Entah mengapa jantung laki laki itu berdetak lebih kencang ketika jaraknya dengan Laras semakin dekat."Tengkurap!" Laras berkata.Dahi Sena berkerut. "Kenapa tengkurap? Apa tidak susah?""Memang harus tengkurap biar gampang."Laki laki itu berbalik, menuruti perintah Laras. Dia merasakan kasur melesak ke dalam karena gadis itu mulai naik ke atas ranjang. Sena berjengit ketika tangan gadis tersebut mengusap p
Read more

Rasa Tak Bernama

Sena terbangun di tengah malam. Aroma lavender yang berasal dari rambut Laras menyadarkan siapa yang kini tidur memeluk tubuhnya. Tangannya juga memeluk tubuh wanita itu posesif. Bibir laki laki itu mengulas senyum saat menyadari mereka telah melewati malam panas yang sangat indah. Masih terbayang wajah merona Laras saat dia mencumbu gadis itu penuh gairah. Sena menyentuh selembut mungkin. Meski bukan pertama kali, Sena tak mau sentuhannya menyakiti wanita tersebut. Dia merasa beruntung mendapat Laras yang tidak pernah disentuh laki laki lain. Berbeda dengannya yang sangat mahir membawa wanita ke surga dunia.Meski bukan yang pertama, Sena merasakan hal yang berbeda saat menyentuh Laras. Kepolosan, keluguan, dan kecanggungan wanita itu melayani membuatnya merasa sangat superior sebagai seorang laki laki. Lagipula, hanya Laras satu-satunya wanita yang dia sentuh dalam kondisi masih perawan. Berbeda dengan Eva yang sangat mahir bermain di atas ranjang.Ingatan tentang Eva embali mengac
Read more

I Think I Love You

Laras menggeliat ketika cahaya menerpa wajahnya. Wanita itu mengerjap beberapa kali sembari mengumpulkan kesadaran. Bibirnya mengelus senyum ketika merasakan tangan Sena memeluk pinggangnya posesif. Ketika bayangan kedekatan mereka melintas di benak, senyum wanita tersebut semakin lebar. Wajahnya juga terasa panas kala mengingat mereka bercinta lagi beberapa kali dalam semalam. Wanita itu menoleh ke arah Sena. Jemari lentiknya menyentuh wajah si laki laki perlahan. Gerakan jarinya menyusuri dahi, hidung, dan pipi. Laras tersenyum merasakan lembut bibir Sena ketika jemarinya menyentuh bagian tersebut. Bibir yang menjadi biang keladi membawanya terbang ke awang awang."Jangan lakukan itu." Suara serak Sena membuat Laras menarik jarinya. Dia membuang wajah, tetapi laki laki itu menahan dagunya. "Apa kau ingin menggodaku?" Kelopak mata Sena terbuka dan menatap lurus ke arah Laras.Mata Laras melebar dengan bibir sedikit terbuka, membuat Sena menggeram pelan. Sebuah kecupan kilat dilabuhk
Read more

Aku Butuh Kamu

Namun, kata kata itu hanya sampai di pangkal lidah Sena kemudian tertelan kembali saat bayangan Eva melintas di matanya. Laki-laki itu tidak tahu mengapa dia masih mempertahankan Eva, meski wanita tersebut telah membuatnya seperti seorang pengemis cinta. Padahal, kebersamaan selama kurang lebih dua tahun, dia tidak pernah merasakan perasaan nyaman seperti saat bersama Laras. Bukan sekadar nyaman, tetapi juga tenang.Meski belum terlalu lama berinteraksi dengan Laras, tetapi dia yakin sifat wanita itu memiliki hati yang baik. Laras begitu lembut dan mudah iba pada orang lain. Satu yang membuatnya semakin menyukai perilaku wanita itu, setiap kali dia mengajak Laras ke outlet barang barang branded, wanita itu malah berbisik di telinganya agar segera keluar. Laraa ngeri melihat harga yang tertera di tag price. Kalau saja Sena tidak bersikeras membeli beberapa buah tas branded dan gaun hasil rancangan desain ternama, mungkin mereka akan keluar dari tempat tersebut dengan tangan kosong. Jau
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status