All Chapters of PEMUAS NAFSU MAJIKAN SUAMI: Chapter 11 - Chapter 20

22 Chapters

Bab 11. Gagal Kabur

"Sialan, Nick! Istrimu itu memang gila!" ucap Kayla benar-benar marah karena kini tubuhnya kotor dan bau setelah disiram air comberan oleh Shireen. Rambutnya yang biasanya terurai indah kini basah menggumpal, membuatnya semakin kesal pada tingkah laku Shireen."Dia memang gila," timpal Nick yang juga marah atas perbuatan yang Shireen lakukan. Karena kini bukan hanya tubuhnya yang harus dibersihkan, tetapi juga tempat tidur, seprai, dan juga selimut agar tidak bau. Mungkin Nick akan membuang dan membelinya yang baru. Pikirannya melayang pada biaya tambahan untuk membersihkan semua barang-barang tersebut akibat ulah nakal Shireen."Pokoknya aku mau pergi perawatan! Aku tidak mau tahu!" ucap Kayla yang marah kepada Nick lalu melangkah pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Nick sendiri benar-benar kesal dan juga marah. Tentu saja dia tidak terima dengan apa yang sudah Shireen lakukan.Setelah Nick membersihkan diri, terlihat Kayla yang sudah pergi tanpa banyak bicara. Wanita
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Bab 12. Ketakutan Shireen

Shireen dipaksa masuk ke dalam sebuah luxury hotel yang terletak di pusat perkotaan. Dia ingin sekali meminta tolong kepada orang-orang yang melewatinya, tetapi entah kenapa dia hanya bisa diam seribu bahasa. Tangannya yang terus dicengkram begitu kuat oleh Nick, membuat Shireen mau tidak mau mengikuti langkahnya. Hatinya berdebar-debar karena situasi yang tak ia duga.Sampailah mereka di lantai 10. Nick langsung mencari kamar hotel dengan nomor sama yang ada di ponselnya. Setelah menemukannya, Nick langsung mengetuk pintu sambil melihat ke arah sekeliling dengan waspada. Shireen merasakan ketegangan di udara dan berharap bisa pergi dari sana, tetapi melihat Nick yang begitu kuat mencengkram tangannya membuat Shireen yakin jika dia tidak bisa pergi untuk melarikan diri.Tak berselang lama, seseorang membuka pintu. Terlihatlah Liam yang hanya memakai jubah mandi berwarna putih. Dengan raut wajah tegasnya dan tanpa mengatakan apa pun dia memberi kode kepada Nick agar Shireen disuruh mas
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Bab 13. Mengubah Penampilan

"Sebelum pergi, aku ingin kamu memakai ini!" ucap Liam sambil mengeluarkan sebuah gaun yang terlihat begitu mewah dan indah dari lemari pakaian. Gaun berwarna abu-abu dengan payet-payet yang bersinar terang, jelas menunjukkan bahwa gaun itu sangat spesial. "Untuk apa aku memakai itu?" tanya Shireen, bingung dengan niat Liam yang tiba-tiba memintanya untuk memakai gaun tersebut. "Lakukan saja! Mengerti?" balas Liam dengan nada tegas, membuat Shireen tidak bisa menolak. Dengan perasaan penasaran, Shireen menerima gaun tersebut dan berjalan menuju kamar mandi untuk menggantinya. Setelah beberapa menit, Shireen keluar dari kamar mandi dengan mengenakan gaun itu. Terlihat wajahnya merona dan gaun itu sangat cocok dipakai oleh Shireen. Lembutnya kain gaun itu menyentuh kulitnya, membuatnya merasa seperti seorang putri. Liam yang melihat penampilan Shireen tersenyum puas, seolah-olah dia sudah bisa membaca pikiran Shireen yang bertanya-tanya apa rencananya. Dalam hati kecil Shireen, dia m
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Bab 14. Pesta

Shireen menelan ludah saat Liam memimpinnya kembali ke hotel itu. Namun, kali ini tujuan mereka bukanlah sebuah kamar hotel, melainkan sebuah ruangan dengan pintu yang dijaga ketat oleh seorang pria berbadan tegap. Pria itu segera mengenali Liam dan tanpa ragu membuka pintu untuknya."Tuan Liam, selamat datang," sapa pria itu, sambil memberi hormat.Liam mengangguk dingin lalu menatap ke arah Shireen dengan tajam. “Pegang tanganku, Shireen.”Shireen terkejut, ragu untuk melakukannya. Melihat keraguan Shireen, Liam membentaknya, "Ayo, pegang lenganku. Jangan membuatku marah!"Refleks, Shireen langsung memegang lengan Liam erat-erat, takut akan kemarahan pria itu. Mereka berjalan beriringan memasuki ruangan yang ternyata adalah tempat sebuah pesta mewah sedang berlangsung. Cahaya lampu yang redup, musik yang menghentak, serta aroma alkohol dan parfum memenuhi udara.Shireen mencoba menyesuaikan diri dengan suasana pesta yang ramai dan penuh hingar bingar. Ia melihat banyak pria dan wani
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Bab 15. Di Ruang VIP

Shireen merasa ketakutan melihat Liam yang kini sudah bertelanjang dada. Ia terpojok di atas sofa dengan dekorasi mewah yang tampak tidak lagi berarti di matanya. Ruangan yang semula dipenuhi tawa dan suara musik kini sunyi, hanya suara napasnya yang terdengar memburu. Cahaya lampu kristal yang tergantung di langit-langit memantul lembut di dinding ruangan, memberikan suasana yang kontras dengan kegelisahan yang dirasakannya.Liam, dengan senyum lebar yang seolah tak peduli, mendekati Shireen perlahan. Air mata yang membasahi wajah cantiknya tidak mengurangi kegigihan pria itu. Sebaliknya, senyum Liam semakin melebar, menambah ketegangan yang menggantung di udara. Ia meraih lengan Shireen, menariknya dengan kekuatan lembut namun penuh dominasi, membuat gaun elegan yang dikenakan Shireen melorot jatuh ke lantai.Liam berbisik di telinganya, "Tidak perlu menangis. Kamu akan menikmatinya."Namun, kata-kata itu tidak memberikan ketenangan; justru menambah rasa takut dan cemas yang menggel
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 16. Ketegangan Di Pesta

Shireen menghela napas berat, mencoba menenangkan diri. Ia memutuskan untuk meminta maaf kepada Liam atas keingintahuannya yang mungkin membuat pria itu tidak nyaman. "Maaf, Liam. Aku tidak bermaksud penasaran dengan kehidupanmu," ucap Shireen dengan suara rendah, penuh rasa bersalah juga takut. Liam menatapnya dengan dingin, sorot matanya keras dan tak terbaca. "Shireen, k6au dibayar bukan untuk bertanya banyak hal. Kamu hanya perlu melakukan apa yang kuminta," balas Liam tegas, suaranya terdengar tanpa emosi. Shireen menunduk, merasa semakin kecil di hadapan pria itu. Tanpa menunggu jawaban lebih lanjut darinya, Liam berbalik dan keluar dari ruangan VIP. Shireen, tak punya pilihan lain, mengikuti langkah Liam yang panjang dan tegap kembali ke tempat pesta yang masih berlangsung. Musik yang memekakkan telinga menyambut mereka saat mereka kembali ke aula utama. Liam berjalan menuju bar dan duduk di salah satu kursi yang tersedia. Tanpa banyak bicara, ia memesan segelas wine. S
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 17. Tidak Ada Pilihan

Mobil berhenti di depan apartemen Nick. Shireen duduk terpaku di kursinya, menatap gedung itu dengan mata penuh rasa benci dan trauma. Liam, yang duduk di sebelahnya, mulai kehilangan kesabaran. “Kenapa tidak turun?” tanya Liam dingin, sorot matanya tajam ke arah Shireen. “Aku sudah repot-repot mengantarmu.” Shireen menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata. “Aku... aku tidak bisa kembali ke sana.” “Alasan apa lagi kali ini?” suara Liam terdengar penuh ketidaksabaran. Shireen menoleh padanya, air matanya mulai mengalir. “Karena aku tidak mau! Itu bukan lagi rumahku!” katanya dengan nada hampir memohon. Liam mengangkat alis, lalu mendekat, wajahnya kini hanya beberapa inci dari Shireen. “Shireen, kita sudah membuat kesepakatan. Aku membelimu dari Nick. Kau milikku sekarang. Jadi, berhenti bersikap seperti kau masih punya pilihan.” Shireen terdiam, napasnya tercekat mendengar kata-kata itu. Hatinya terasa seperti dipukul keras, mengingat kenyataan pahit yang coba ia lupak
last updateLast Updated : 2025-01-20
Read more

Bab 18. Pesan

Pagi itu, sinar matahari menelusup malu-malu melalui sela tirai kamar berdesain klasik modern yang megah. Shireen membuka matanya perlahan, menatap langit-langit tinggi dengan lampu gantung yang tampak seperti milik istana. Rasa canggung segera menyelimuti dirinya. Rumah ini terlalu mewah, terlalu asing baginya. Ia bukan bagian dari dunia ini—dunia pria bernama Liam yang kini menjadi tuannya, secara tidak resmi. Shireen bangkit dari tempat tidur, kakinya menyentuh permadani lembut yang lebih mahal dari seluruh isi rumah kontrakan lamanya. Ia menghela napas panjang. Meskipun ada rasa nyaman yang tak bisa ia sangkal, ia tetap tahu diri. Ia tidak boleh terlena. Begitu mendapatkan pekerjaan, ia harus segera pergi dari tempat ini. Dari Liam. Ketukan pelan di pintu membuatnya tersentak. "Nona, Tuan Liam meminta Anda untuk segera sarapan pagi. Tuan akan berangkat kerja sebentar lagi," ucap seorang pelayan perempuan dari balik pintu dengan nada sopan. Shireen buru-buru merapikan dirinya.
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

Bab 19. Berhutang Maaf

Malam menjelang dengan sunyi yang merambat pelan di seluruh sudut rumah megah itu. Lampu-lampu gantung menyala temaram, menyisakan bayangan panjang di lantai marmer putih. Shireen duduk diam di sofa ruang tamu, memeluk lutut, matanya menatap kosong ke arah televisi yang menyala tanpa suara. Ia sudah mencoba makan malam, tapi hanya menyentuh beberapa suap sebelum kehilangan selera. Pikirannya terus kembali ke pagi tadi. Ke suara pecahan gelas. Genggaman kasar di wajahnya. Tatapan tajam itu. Dan sekarang, setiap menit yang berjalan hanya membuatnya semakin gelisah. Entah karena takut Liam pulang… atau karena menanti sesuatu yang tidak ia pahami. Hatinya terasa aneh. Ingin Liam datang, tapi juga tidak. Ingin menjauh, tapi terlanjur terikat. Ketika suara mobil memasuki halaman, jantung Shireen langsung berdegup cepat. Napasnya memburu. Ia berdiri, namun tak tahu harus berbuat apa. Ia hanya berdiri di tempatnya—menunggu. Pintu utama terbuka. Langkah sepatu kulit terdengar teratur di lo
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more

Bab 20. Surat

Klub malam itu dipenuhi asap rokok, lampu temaram, dan dentuman musik yang memekakkan telinga. Di salah satu sofa VIP yang terletak agak tersembunyi, Nick sedang bersandar dengan kepala miring, sebotol minuman keras di tangan, dan dua wanita berpakaian minim duduk menempel di kedua sisinya.Tertawa. Mabuk. Tak peduli dunia.Namun, tawa itu berhenti seketika saat salah satu wanita yang bersandar di bahunya menegakkan tubuh, lalu menunduk ketakutan. “I-Itu… siapa dia?”Langkah sepatu hitam menginjak karpet mewah ruangan itu, lambat dan berwibawa. Liam muncul dari balik kegelapan dengan tatapan yang tak terbaca, ditemani dua pria berbadan besar di belakangnya. Sorot matanya menusuk ke arah Nick seperti singa yang hendak menerkam.“Tuan Liam?” gumam Nick pelan, matanya menyipit karena efek alkohol. Ia mencoba duduk tegak, menepis tangan wanita di sampingnya. “Apa yang kamu lakukan di sini?”Liam tak menjawab. Ia hanya menarik kursi di seberang Nick dan duduk, menyilangkan kaki dengan tena
last updateLast Updated : 2025-04-18
Read more
PREV
123
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status