Mayang memandangi pantulan wajahnya di cermin. Ia kembali mengingat peristiwa tadi pagi saat bertemu dengan Elang. Perempuan itu bukan lagi anak muda yang sedang puber namun ia bisa merasakan ada yang salah dengan tatapan Elang. Apalagi saat ia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, Elang dengan sekuat tenaga menariknya hingga tubuh mereka bersentuhan. Meski sebentar efek dari pelukan pemuda ceria itu bertahan hingga sekarang.'Tadi dia memanggilku Yang? Ah ... dasar bocah jaman sekarang,' batin Mayang.Bukan hal aneh jika Mayang berpikir berlebihan. Dia hampir tidak pernah dekat dengan lawan jenisnya selain Galang. Terlebih dipeluk secara tiba-tiba oleh pemuda tampan, siapapun akan merasa berdebar.'Aih ... memalukan sekali, enggak mungkin Elang ada hati buat aku? Jelas-jelas dia sedang berusaha mendekati Gendis. Mikir apa aku ini, sadar Mayang! Untung saja orangnya mau pergi jauh. Kalau enggak, mau ditaruh di mana mukaku? Ingat umur, Yang ...."'Eh, tapi kalau Elang pergi, dia e
Read more