All Chapters of PESAN PANAS DARI SELINGKUHAN SUAMIKU.: Chapter 11 - Chapter 20

31 Chapters

Darah siapa?

“Enggak usah lebai, Mel! Cuma ditutup doang! Kamu juga Naila, masih kecil enggak usah ngadu yang tidak-tidak sama mamahmu. Enggak sopan dan Papah enggak suka!” hardik Mas Bayu pada Naila. Gadis kecilku beringsut menyembunyikan wajahnya di balik punggungku. Dia ketakutan. Mas Bayu baru pertama kali ini bersikap kasar pada Naila. Ah, ternyata cinta memang buta mata dan hati. Apalagi cinta yang didasari dengan perselingkuhan.“Bayu, sekali lagi kamu hardik anakmu, Ibu tidak akan tinggal diam! Kalau anakmu tidak bicara jujur kenapa kamu harus takut. Tinggal dibilangi saja kalau berbohong itu enggak baik. Ibu heran sama kamu, kok, sekarang kamu berubah jadi manusia yang tidak tahu diri. Zolim sama anak istri!” bentak mertuaku. Rasain emang enak dimarahin ibunya. Mas Bayu langsung menunduk. Dia memang lemah kalau berhadapan dengan ibunya. Hanya itu nilai plusnya. Lainnya minus semua!“Lagi pula, Mas ... anak kecil itu belum bisa bohong. Dia akan berkata sesuai apa yang dilihatnya. Anak keci
Read more

Mencurigakan.

“Duuh, menantu kesayangan jam segini baru bangun tidur! Sok ratu, seret nanti rezekimu!” sindir Mbak Dwi. Perasaan aku enggak kesiangan ini masih jam 6 pagi. Tadi memang selepas subuh aku tidur lagi. Rasanya badanku tidak karuan. Capek sekali. “Terserah akulah, mau bangun tidur jam berapa enggak merugikan Mbak Dwi. Lagian pagi-pagi begini ngapain Mbak ke sini? Mau numpang sarapan lagi?” jawabku ketus.“Memang kenapa kalau aku sarapan di sini?! Toh, ini rumah adikku. Belanja dapur pasti pakai duitnya juga kan?” ucap Mbak Dwi lagi. Sebel dan ingin rasanya kucakar mulutnya itu, tapi tidak enak dengan mertuaku.“Kalian apaan ‘sih! Enggak siang, malam, pagi, ribuuuutt terus. Pusing tahu, enggak! Ini kupingku rasanya mau pecah dengar ocehan kalian berdua!” hardik Mas Bayu. Dia baru saja keluar dari kamar mandi belakang. Tadi memang di kamar mandi kami, ada Naila yang sedang PUP. Wajah Mas Bayu pucat sekali sudah seperti mayat hidup. Fiks, dia beneran sakit!“Biasalah ini, Bay, istrimu eng
Read more

Rambut palsu.

Selepas kepergian Mas Bayu ke kantor aku gegas ke rumah temanku untuk konsultasi keperluan gugatan ceraiku. Obrolan dia dengan selingkuhannya tadi pagi jelas sekali tidak ingin aku mengetahui lebih dalam tentang mereka, tapi tidak mengapa justru dengan begitu aku tidak semakin sakit.“Perceraian itu sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah, meski itu perbuatan halal, Nak. Harus ada alasan syar’i jika tidak kitalah yang berdosa,” ucap ustazahku kebetulan hari ini kajian rutin mingguan, jadi setelah pulang dari rumah teman, aku sekalian pergi kajian. Hanya ini satu-satunya tempatku melampiaskan segala rasa gundah gulana yang aku alami.“Aku paham, Ustazah. Tapi, bukankah zina itu dosa besar dan aku tidak terima itu. Aku merasa dicurangi, sakit sekali Ustazah,” jawabku.“Sesama perempuan saya bisa mengerti yang kamu rasakan, tapi kalau untuk memutuskan langsung berpisah itu pun tidak bagus, Nak. Kita cari jalan lain dulu. Salat istikharah minta petunjuk. Bukankah Allah maha pemaaf, tidak
Read more

Penjelasan dokter.

“Kamu gimana sih, Beb masa rambut palsumu bisa ketinggalan gitu. Kalau orang rumah pada tanya aku harus jawab apa coba?” Kudengar dengan jelas obrolan Mas Bayu. Karena saat aku sudah di kamar Mas Bayu sama sekali tidak menyadari kedatanganku. Dia sibuk teleponan di pojok kamar membelakangi pintu.“Ya, sudah, nanti aku amankan.”“Bye ... Honey. Maaf ya, belum bisa senang-senang dulu nanti kalau aku sudah sehat kita bebas ngapain aja.”“Iya, aku janji.” Beh, mesra sekali mereka!“Setidaknya kalau mau teleponan mesra gitu enggak di kamar ini, Mas. Bikin dosa. Takut keluargamu yang kena akibatnya,” kataku. Mas Bayu langsung balik badan dan mematikan telepon.“Bisa ‘kan kalau masuk kamar ketuk pintu dulu? Eggak asal nyelonong gitu aja! Udah kayak setan! Tiba-tiba masuk,” protesnya.“Sudah! Apa perlu aku dobrak sampai jebol biar kamu dengar, Mas!?” sungutku.“Bisa enggak sih, santai aja ngomongnya. Kalem aja ‘kan bisa. Bisa-bisa kupingku pecah!” bentak Mas Bayu.“Kalau kamu enggak kasar, ak
Read more

Syok!

“A—ap, dok, pelecehan? Itu tidak mungkin, Dok! Mas Bayu orang dewasa dia juga jago bela diri, saya rasa tidak ada orang yang berani menyentuhnya. Dokter apa mungkin salah diagnosa?” jawabku. Tak hanya terkejut ini juga tidak masuk akal. Kupijit pelipis yang makin pening. “Semoga saja saya salah diagnosa, Bu. Tapi, sejauh ini setelah melakukan tindakan intensif pada pasien saya menyimpulkan bahwa terjadi luka gesekan yang teramat serius di dubur pasien yang menyebabkan infeksi parah. Itu sebabnya pasien tidak bisa duduk ataupun tidur terlentang dan tentu membuat pasien merasa sangat kesakitan saat buang besar itu sebabnya dia terlihat seperti penderita ambiyen. Saya buatkan surat rujukan untuk dibawa ke rumah sakit besar. Pasien juga harus melakukan cek lab,” jawab dokter. Mimik wajahnya terlihat sangat serius. Kalau sudah begini aku yakin sekali kalau memang kondisi Mas Bayu sedang tidak baik-baik saja.“Apa bukan ambiyen, Dok?” tanyaku sekali lagi meski aku sendiri tidak yakin.Dokt
Read more

Apakah dia orangnya?

“Astaghfirullah ada apa, Nak?!” Mertuaku ikut terkejut.Aku menggeleng, air mataku lolos begitu saja. Dadaku tiba-tiba sesak, perutku mual dan kepalaku tambah pusing. Video itu menjijikkan sekali. Mereka begitu menikmati perbuatan maksiatnya. Mau tidak percaya, tapi aku melihatnya langsung. “Ayo, Ibu bantu. Kamu duduk sini dulu.” Dibantu pemilik warung makan, mertuaku memapahku.“Ini, Mbak, HP-nya!” Aku berterima kasih kemudian pemilik warung kembali ke belakang. Kulihat HP Mas Bayu retak layarnya dan mati total.“Minum dulu, Nak!” Aku menghabiskan air minum yang diberikan mertuaku.“Kamu sakit?” tanya beliau lagi, mata teduhnya menyiratkan kebingungan. Gegas aku menggeleng.“Aku baik-baik saja, Bu, tapi entah kenapa tiba-tiba kepalaku sakit dan aku tidak bisa menjaga keseimbangan,” jawabku. Tak mungkin kukatakan yang sebenarnya pada beliau. Bisa kambuh sakit jantungnya. Aku yang sehat saja langsung sakit begini apalagi ibu mertuaku?“Jangan bohong sama Ibu. Kalau sakit istirahat bia
Read more

Keputusan.

Rendi menjauh dari kami. Aku semakin deg-degan benarkah dia orangnya?Gerak-geriknya sangat mencurigakan.“Halo, Mah ... iya, ini masih di rumah sakit jenguk Bayu.” Huuuuff ternyata bukan dia. Di ponselku panggilan masih berdering sedang Rendi sudah berbicara dengan istrinya.Kulakukan panggilan sekali lagi, nihil! Kali ini nomornya sudah tidak aktif.“Mel, tambah momongan dong, biar makin ramai,” celetuk Angga. Aku diam saja malas menyahut. Pikiranku masih kacau. Jangankan momongan disentuh Mas Bayu saja aku jijik.“Kalau aku si, mau-mau aja, tapi Tuhan belum berkehendak jadi, ya, sedikasihnya saja,” sahut Mas Bayu. Cih, sok manis sekali ngomongnya! Padahal dirinya yang menyimpang.“Kalau aku memang tidak mau punya anak lagi, Ang. Ada masalah kesehatan di antara kami,” jawabku. Mereka terlihat sedikit kaget. Lega sekali aku bisa tegas begini.“Memang Bayu sakit apa? Sampai sebegitu parahkah?” Anton ikut menimpali. Pandangannya fokus ke arah Mas Bayu.“Apa, Lu, udah enggak bisa berdir
Read more

Rania kepanasan.

“Aaauuu!”Aku menabrak seseorang. Sakit sekali.“Kalau jalan pakai mata, dong!” umpatnya. “Eeh, kamu, Mel! Dasar ya, sengaja banget bikin orang kesel!” gerutunya lagi.Aku hanya diam saja. Syok dan tidak percaya. Aku bertabrakan dengan Rania, lalu siapa yang bersama Naila? Apa Mas Bayu punya selingkuhan lagi selain Rania? Astaghfirullah ... sungguh tidak bisa dimengerti circle percintaan para kaum pelangi. Dulu temanku bilang bahwa orang-orang belok itu sangat kejam jika terusik, tak peduli siapa lawannya mereka tak akan segan-segan melakukan tindakan di luar batas bahkan sampai menghilangkan nyawa orang.Itu sebabnya aku khawatir sekali pada Naila. Aku tidak mau dia jadi korban para kaum pelangi itu. Jika itu terjadi, maka Mas Bayu orang pertama yang akan aku salahkan dan tidak ada maaf baginya.“Apa sih, Mel, lihatnya gitu amrat! Kayak lihat s3tan saja!” ucap Rania lagi .“Oo, aku tahu, kamu terpukau ya, sama penampilanku? Karen aku cantik dan seksi,”cicitnya seraya mengibaskan ra
Read more

Yasinan.

“Cepat atau lambat aibmu akan terbongkar. Jangan kira aku tidak tahu apa-apa. Tak kusangka kalian berdua sangat menjijikkan,” ucapku lagi. Kusunggingkan senyum termanisku.Rania terpaku sejenak lalu kemudian kembali duduk di samping Mas Bayu.“Enggak jadi pulang, Ran?” tegur Mbak Dwi.“Aku mules boleh numpang ke toilet sebentar, Mbak?” jawab Rania.“Ya, silakan!” Mbak Dwi mengantar Rania ke belakang. Kini tinggal aku dan Mas Bayu.“Mas, mulai besok kamu kerja pakai motor. Mobil mau kupakai,” ucapku.“Mau kamu pakai ke mana?” “Antar jemput Naila, sekolah dan ngaji. Kalau pakai motor panas. Aku enggak mau terpapar matahari takut gosong. Percuma aku perawatan kalau panasan,” jelasku. Sebenarnya aku pun tidak terlalu membutuhkan mobil karena sekolah dan ngaji Naila dekat. Aku hanya tidak mau mobil yang kubeli pakai uang halal selalu dipakai Mas Bayu untuk bermaksiat. Aku tahu itu karena sejak belum ketahuan selingkuh aku sudah dua kali menemukan k*ndom di mobil. Aku kira itu milik suami
Read more

Ternyata dia?

Paginya aku malas sekali beranjak dari kasur. Kepala sakit sebelah mungkin karena kurang tidur. Semalaman memang aku susah tidur sebab memikirkan masalahku yang bukannya menemukan titik temu, tapi malah semakin rumit. Juga mengambil diam-diam HP rahasia milik Mas Bayu yang dipakainya untuk teleponan dengan perempuan jadi-jadian itu. Pantas saja HP-nya rusak tidak terlalu peduli. Untung saja aku tidak nyelonong masuk, jadi bisa mengintai di mana dia letakkan HP cadangannya itu.Otakku terus saja berputar memikirkan ucapan Mas yang Bayu sudah menikah dengan Rania, tapi nikah di mana? Apa Rania benar-benar orang kaya raya sampai mereka bisa melangsungkan pernikahan sesama jenis di negara orang? Bukankah itu prosedurnya tidak mudah dan juga butuh dokumen-dokumen penting? Kalau memang iya, berarti aku ini istri sekaligus perempuan paling bodoh di dunia karena tidak tahu apa-apa yang dilakukan oleh suamiku di luaran sana.Ternyata modal kepercayaan saja tidak cukup, jika yang kita percaya
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status