Rendi menjauh dari kami. Aku semakin deg-degan benarkah dia orangnya?Gerak-geriknya sangat mencurigakan.“Halo, Mah ... iya, ini masih di rumah sakit jenguk Bayu.” Huuuuff ternyata bukan dia. Di ponselku panggilan masih berdering sedang Rendi sudah berbicara dengan istrinya.Kulakukan panggilan sekali lagi, nihil! Kali ini nomornya sudah tidak aktif.“Mel, tambah momongan dong, biar makin ramai,” celetuk Angga. Aku diam saja malas menyahut. Pikiranku masih kacau. Jangankan momongan disentuh Mas Bayu saja aku jijik.“Kalau aku si, mau-mau aja, tapi Tuhan belum berkehendak jadi, ya, sedikasihnya saja,” sahut Mas Bayu. Cih, sok manis sekali ngomongnya! Padahal dirinya yang menyimpang.“Kalau aku memang tidak mau punya anak lagi, Ang. Ada masalah kesehatan di antara kami,” jawabku. Mereka terlihat sedikit kaget. Lega sekali aku bisa tegas begini.“Memang Bayu sakit apa? Sampai sebegitu parahkah?” Anton ikut menimpali. Pandangannya fokus ke arah Mas Bayu.“Apa, Lu, udah enggak bisa berdir
Read more