"Minta uang, dong, Pak!" Kaki yang hendak melangkah masuk, kuurungkan saat mendengar suara seorang perempuan dari dalam rumah. Tadi, aku harus ke warung untuk membeli kopi. Dan saat kembali, ternyata rumah kami kedatangan tamu. "Rahma, Bapak belum punya uang. Hasil laut Bapak, juga sedang sepi. Nanti kalau sudah ada uang, Bapak sendiri yang akan antar uangnya ke sana. Sekarang kamu sabar dulu, ya?" "Sabar? Enggak bisa atuh, Pak! Seragam sama sepatuku sudah jelek!" Suara wanita itu meninggi. Neng Rahma namanya, anak kandung dari suamiku. Aku sampai memegangi dada karena kaget. Anak itu selalu saja pakai urat jika bicara dengan ayahnya. Padahal dia cantik, manis, tapi sayangnya cara bicara Neng Rahma sama seperti ibunya. "Pakai yang lama, kan masih bisa, Neng?""Udah jelek, Pak!" ujar Rahma lagi. "Bapak ini jadi pelit sejak nikah sama si pin cang itu. Jangankan ngasih uang banyak, untuk beli keperluan sekolah aja, Bapak perhitungan.""Bukan perhitungan, tapi saat ini memang belum
Last Updated : 2024-01-11 Read more