Semua Bab Wanita yang Mendambakan Suamiku: Bab 11 - Bab 20

23 Bab

Bab 11. Ancaman di Balik Bayangan

Udara dingin menusuk kulit saat Rosa berdiri di depan rumah keluarga Liam. Sore yang seharusnya tenang justru terasa begitu menyesakkan. Matanya menatap Jenni yang berdiri di ambang pintu, wajahnya pucat dengan tatapan yang sulit diartikan. "Mas Liam, aku butuh bicara," kata Jenni terdengar lirih, tetapi cukup jelas untuk membuat Rosa dan Liam saling bertukar pandang. Liam terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Baik, ayo bicara di dalam." Jenni melirik Rosa sekilas sebelum melangkah masuk, sorot matanya penuh kecemasan. Ada sesuatu yang ditahannya, sesuatu yang membuat Rosa merasa tidak nyaman. Begitu mereka duduk di ruang tamu, suasana menjadi berat. Jenni meremas jemarinya, seolah ragu untuk mengungkapkan apa yang ada di kepalanya. Namun akhirnya, dengan tarikan napas dalam, dia berbicara. "Mas Liam, ada sesuatu yang harus kamu tahu," katanya pelan, suaranya bergetar. Liam mengernyit. "Apa?" Jenni menggigit bibirnya sebelum mengeluarkan ponselnya dan menyerahkann
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 12. Rencana Licik

"Jadi, Raka nelpon kamu lagi?" tanya Liam dengan senyum miring. Tangannya terangkat, menepuk setir dengan kesal sebelum menatap tajam istrinya, "Rosa, ini di luar dugaanku.""Maksud kamu apa, Mas?""Raka selalu ngabarin kamu. Kayaknya ada sesuatu yang belum selesai antara kamu sama dia. Ingat kertas di jendela kamar itu? Mungkin bukan dari Evelyn—""Mas!" potong Rosa cepat, suaranya meninggi karena dia sudah lelah dianggap seperti itu, "kamu sebenarnya percaya sama aku atau enggak?""Sekarang bukan waktunya buat nanya itu." Liam melirik layar ponsel Rosa yang kembali bergetar. "Angkat teleponnya. Loudspeaker. Aku mau denger dia ngomong apa."Rosa menghela napas panjang. Tatapan Liam yang tajam dan keinginannya membuktikan kebenaran membuatnya menggeser ikon hijau. Begitu panggilan tersambung, dia menekan speaker."Rosa, aku minta maaf," kata Raka dengan suara yang terdengar panik, "Evelyn … aku gak tahu dia dapet foto kita dari mana. Suami kamu belum lihat, kan? Aku beneran minta maaf
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-22
Baca selengkapnya

Bab 13. Perang Dimulai

Matahari mulai tenggelam, menyisakan semburat jingga di langit. Angin sore berembus menerpa wajah Rosa yang duduk di belakang Naina. Mereka melaju di jalanan kota yang mulai dipadati kendaraan, lampu-lampu jalan mulai menyala, dan suara azan Magrib berkumandang dari kejauhan. Aroma asap knalpot bercampur dengan wangi gorengan yang dijajakan di pinggir jalan, menciptakan suasana khas senja di kota. Rosa menggenggam pinggang Naina erat, pikirannya masih penuh dengan pertemuan barusan dengan Raka. Napasnya terasa berat, dadanya sesak oleh campuran amarah dan kebingungan. Saat mereka hampir sampai di rumah, Rosa menepuk bahu Naina. "Nai, gue butuh nenangin diri sebentar. Bisa ke tempat lain dulu?" Suara Rosa terdengar lelah. Wanita berambut pendek itu melirik sekilas melalui kaca spion helmnya. "Oke, kita ke kafe baru di dekat sini aja. Gue juga haus." Mereka pun berbelok ke sebuah kafe kecil dengan desain minimalis yang nyaman. Lampu-lampu gantung kekuningan menerangi bagian dalam ka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-24
Baca selengkapnya

Bab 14. Pertemuan Tak Terduga

Rosa merasakan tubuhnya tiba-tiba ditarik seseorang lalu dipeluk erat. Dadanya bertumpu pada bidang yang kokoh, dan detak jantung yang berdetak cepat itu terdengar jelas di telinganya—mengisyaratkan kekhawatiran.Siapa yang telah menyelamatkannya dari maut?Perlahan, tetapi pasti, Rosa mengangkat wajahnya. Pandangannya tertuju pada jakun yang bergerak naik turun. Lelaki?Dua detik kemudian, dengan sedikit tergesa, dia melepaskan diri. Pandangan mata mereka bertemu dalam satu titik yang sama. Seorang pria berdiri di hadapannya—tinggi, tegap, dengan rahang tegas yang menambah kesan maskulin. Matanya tajam, berwarna gelap, seakan mampu menembus pikiran orang yang ditatapnya. Hidungnya mancung sempurna, bibirnya tipis dan sedikit terkatup, tanpa ekspresi yang jelas. Angin sedikit menerbangkan anak rambutnya yang berantakan, membuatnya terlihat semakin memikat dalam kesan misteriusnya."Lain kali kamu harus hati-hati," ucap pria itu, dengan suara dingin dan penuh ketegasan.Rosa masih terd
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-25
Baca selengkapnya

Bab 15. Tuduhan yang Mencekik

"Kamu nggak perlu tahu siapa yang ngirim foto ini, pastinya sekarang sudah ada bukti kalau kamu itu cuma mau duit anakku," tekan Bu Diana, suaranya tajam seperti pisau yang menusuk dada Rosa. Rosa mengepalkan tangan erat-erat, kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya. Gelombang panas menjalar dari ujung kaki hingga kepala, membuat darah berdesir cepat. Itu jebakan. Seseorang telah menyiapkan skenario untuk menghancurkan rumah tangganya dan mereka melakukannya dengan rapi. Tapi siapa? Pikirannya berputar cepat, mencari sosok yang paling mungkin berada di balik semua ini. Evelyn? Wanita itu jelas membencinya dan tak pernah menyembunyikan keinginannya untuk melihat rumah tangga Rosa hancur. Raka? Lelaki itu pun punya cukup alasan untuk menjebaknya, apalagi setelah pertemuan terakhir mereka yang berakhir tanpa kejelasan. Namun, bagaimana mereka bisa mendapatkan foto seperti ini? Apa seseorang diam-diam mengikutinya? "Ibu, aku bisa jelasin," desak Rosa, berusaha meredam getaran
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-26
Baca selengkapnya

Bab 16. Luka yang Masih Berdarah

Suasana di rumah Rosa masih menegang. Liam berdiri di depan istrinya dengan rahang mengeras, matanya menatap lurus ke arah Rosa yang baru saja mengucapkan sesuatu yang membuat dada seperti dihantam palu godam. "Kenapa diam, Mas?" Suara Rosa bergetar, tetapi tatapannya tetap tegar. "Harusnya kamu senang aku ngomong kayak gini, kan? Gak apa di rumah orang tua aku sendiri, biar aku gak terlalu malu. Jadi, kamu bisa pulang ke rumahmu sama ibumu hari ini." "Enteng!" bentak Liam, nadanya meninggi. Binar luka terpancar jelas dari kedua matanya, "enteng banget kamu ngomong kayak gini, seolah-olah kita nggak pernah saling mencintai." Rosa terdiam, ekspresinya sulit ditebak. "Lantas aku harus gimana, Mas? Kita menikah, tapi belum pernah sehari pun kita bahagia. Bukannya lebih baik berpisah? Kamu bisa balik ke Evelyn sesuai—" "Jangan-jangan kamu yang mau balik ke Raka atau mungkin pria bernama Rainer itu?" potong Liam kasar. Dia tidak benar-benar ingin menuduh, tetapi emosinya sudah di uju
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-28
Baca selengkapnya

Bab 17. Fitnah Baru

"Kamu marah?" tanya Evelyn santai, kepalanya sedikit dimiringkan. Seulas senyum tipis tersungging di bibirnya, seolah dia baru saja mengeluarkan kartu as dalam permainan yang sudah dia kendalikan sejak awal. Liam menatapnya tajam. "Aku muak." Evelyn menaikkan alis. "Muak sama siapa? Sama aku atau sama istrimu yang jelas-jelas menyembunyikan sesuatu?" "Rosa nggak menyembunyikan apa pun." "Tapi dia juga nggak terbuka, kan?" Evelyn mendekat. "Liam, kamu terlalu naif kalau berpikir semua ini hanya kebetulan. Kenapa Raka dan pria lain itu muncul setelah kita bertemu lagi? Kenapa selalu ada sesuatu yang membuatmu meragukan Rosa?" Liam mengepalkan tangan. Dia membenci cara Evelyn berbicara—selalu penuh jebakan, selalu berusaha memanipulasinya. "Aku cuma mau bantu kamu," lanjut Evelyn, "kamu bisa bilang aku licik, tapi aku cuma ingin memastikan kamu nggak disakiti lagi. Aku masih orang yang paling tahu gimana perasaanmu kalau dikhianati." Liam menggeram. "Aku nggak butuh bantuanm
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 18. Manipulasi yang Semakin Dalam

Liam melangkah masuk ke dalam kafe yang telah disepakati dalam pesan tadi. Tempat itu sepi, hanya ada beberapa pelanggan yang sibuk dengan urusan masing-masing. Namun, di sudut ruangan, dua sosok yang sudah sangat dikenalnya sedang menunggunya dengan ekspresi puas—Raka dan Evelyn."Kamu akhirnya datang juga," ujar Raka dengan seringai khasnya.Liam menarik kursi dengan kasar dan duduk, menatap keduanya penuh curiga. "Apa yang kalian inginkan?"Evelyn tersenyum, menyilangkan kakinya dengan elegan. "Kami cuma ingin kamu lihat sesuatu."Raka mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan layar chat yang menunjukkan percakapan mesra antara dirinya dan Rosa. Kata-kata dalam pesan itu seolah menunjukkan bahwa Rosa masih memiliki perasaan untuk Raka, seakan-akan dia hanya berpura-pura mencintai Liam.Liam mengepalkan tangannya di bawah meja. "Ini nggak mungkin.""Tapi kamu lihat sendiri, kan?" Raka mendesak. "Nomor dan foto profilnya jelas milik Rosa."Liam menggeleng, menolak percaya. "Aku tahu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 19. Sesuatu yang Mengejutkan

Rosa menatap Rainer dengan dahi berkerut. Keheranan tergambar jelas di wajahnya."Apa maksudmu, Rainer?" tanyanya dengan nada curiga.Alih-alih langsung menjawab, Rainer tersenyum tipis dan berjalan santai menuju sofa ruang tamu. Tanpa diminta, dia menjatuhkan diri di sana, menyilangkan kaki dengan ekspresi santai seolah ini rumahnya sendiri."Evelyn dan Raka," ucapnya datar, seakan dua nama itu sudah cukup untuk menjelaskan semuanya.Rosa terdiam sejenak. Kedua alisnya bertaut, dadanya terasa sedikit sesak. Evelyn dan Raka? Ada sesuatu yang mengusik hatinya saat mendengar dua nama itu disebut dalam satu kalimat."Kenapa kamu tiba-tiba nyebut nama mereka? Dan kenapa kamu tahu aku tinggal di sini? Rainer, sebenarnya kamu siapa? Apa waktu itu bukan kebetulan?" tanya Rosa bertubi-tubi, masih mencoba memahami situasi. Dia masih berdiri di dekat pintu.Rainer menarik napas panjang sebelum menjawab, "Aku pernah mendengar pembicaraan mereka di sebuah kafe. Dan, aku mencoba mencari tahu lebih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

Bab 20. Siapa Dia?

Evelyn masih duduk di sudut kafe bersama Raka, menatap cappuccino-nya yang sudah dingin. Dia merasa hatinya semakin tidak karuan karena sosok tadi. Siapa dia? Mungkinkah dia orang yang mengenal Evelyn?Raka memperhatikan wajah Evelyn yang tampak gelisah. "Kamu kelihatan nggak fokus," ucapnya pelan, "ada yang mengganggu pikiranmu?"Evelyn menghela napas, meletakkan sendok di tepi cangkir. "Aku cuma merasa aneh, kayak ada sesuatu yang nggak beres."Sebuah suara pintu kaca terbuka, membuat Evelyn spontan menoleh. Seorang pria tinggi masuk, mengenakan jas hitam yang tampak mahal. Langkahnya mantap, seperti seseorang yang tahu persis apa yang dia inginkan.Tatapan Evelyn langsung terpaku pada pria itu. Ada sesuatu yang familiar dari posturnya, cara dia berjalan, dan bagaimana dia membawa dirinya. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat.Raka memperhatikan perubahan ekspresi Evelyn. "Kenapa? Kamu kenal dia?"Evelyn buru-buru menggeleng meskipun rasa curiganya semakin kuat. "Aku nggak yaki
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status