Home / Fiksi Remaja / Mengejar Hati Cewek Dingin / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Mengejar Hati Cewek Dingin: Chapter 21 - Chapter 30

43 Chapters

Chapter 20

"Kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu? Kayak ngeliat setan."El masih setia mengikuti gerakan cowok itu sampai akhirnya ia terduduk di bangku semen yang tepat di atas kepalanya lalu menjulurkan kaki dengan rasa tak bersalah. El mengerjap beberapa kali, ia menatap Ardan yang kini sedang memejamkan mata dengan menjadikan tangan sebagai bantalan."Eh? Kok lo di sini?" Pertanyaan ini muncul saja dari mulut El. Ardan membuka matanya. "Eh, lo kira ini tempat pribadi lo, ya gue juga mau ikutan bolos lah, lagian lo sendiri yang kasih tau kalau ada di sini."El memiringkan kepalanya lalu berdiri menatap Ardan dengan sorot menuntut penjelasan. "Terus maksud lo berusaha lagi, apaan dah gue nggak ngerti, ini masalah Rara 'kan?"Ardan tersenyum miring. "Penasaran lo ya?"El berdecak, malah bercanda. "Eak, Dan, lo kalau ngomong jangan setengah-setengah lah, gue kepo nih."Ardan tersenyum geli melihatnya, kalau membuat El penasaran itu sungguh suatu kesenangan. Asyik, setidaknya ia dapat traktiran,
Read more

Chapter 21

Mungkin benar, permasalahan yang menimpah seseorang akan tetap membuat orang-orang terdekatnya terkena imbasnya. Ralika merasakan itu, semua orang terlihat menepi sesaat melihat cewek itu masuk ke area panggung. Beberapa ada yang meliriknya secara terang-terangan, tapi kebanyakan dari mereka lebih mencoba tak peduli."Masih punya muka lo?" Suara itu berasal dari Neta yang berjalan menghampiri Ralika sambil membawa papan yang sepertinya merupakan daftar, dari acara yang akan dilaksanakan.Ralika dapat melihat samar-samar daftar lomba yang akan di selenggarakan. Meskipun ia tak terlibat secara langsung lagi, tapi sepertinya idenya sewaktu itu tak berubah."Saya hanya ingin melihat persiapan acara ini?" Neta tertawa mengejek."Acara ini nggak butuh anak narapidana, mendingan lo urusin aja tuh bokap lo yang sekarang jadi gila itu."Ralika mengepalkan tangannya. Berulang kali Neta selalu menyinggung soal itu, apa yang cewek itu pikirkan? Ralika pun juga tak mau dilahirkan dengan posisi sem
Read more

Chapter 22

Mungkin benar, permasalahan yang menimpah seseorang akan tetap membuat orang-orang terdekatnya terkena imbasnya. Ralika merasakan itu, semua orang terlihat menepi sesaat melihat cewek itu masuk ke area panggung. Beberapa ada yang meliriknya secara terang-terangan, tapi kebanyakan dari mereka lebih mencoba tak peduli."Masih punya muka lo?" Suara itu berasal dari Neta yang berjalan menghampiri Ralika sambil membawa papan yang sepertinya merupakan daftar, dari acara yang akan dilaksanakan.Ralika dapat melihat samar-samar daftar lomba yang akan di selenggarakan. Meskipun ia tak terlibat secara langsung lagi, tapi sepertinya idenya sewaktu itu tak berubah."Saya hanya ingin melihat persiapan acara ini?" Neta tertawa mengejek."Acara ini nggak butuh anak narapidana, mendingan lo urusin aja tuh bokap lo yang sekarang jadi gila itu."Ralika mengepalkan tangannya. Berulang kali Neta selalu menyinggung soal itu, apa yang cewek itu pikirkan? Ralika pun juga tak mau dilahirkan dengan posisi sem
Read more

Chapter 23

El setia menjadi penonton disaat Ralika sibuk mencari kabel dan beberapa colokan. Sesekali ia terlihat menepuk tubuhnya sendiri karena sedari dihinggapi nyamuk. Bau seperti serbuk kayu menyeruak, tapi anehnya Ralika sangat tenang mencari tanpa sedikitpun menunjukan sikap tak nyaman dengan sekitar, seolah ini adalah hal biasa."Udah dapet belom, Ra?" tanya El.Ralika melirik El sekilas. "Saya tidak meminta kamu ke sini dan menunggui saya, lebih baik kamu pergi kalau merasa tak nyaman di tempat ini."Kalau untuk urusan luar Ralika sangat peka. Tapi kalau hati sulit rasanya. El mengetuk-ngetuk kakinya ke lantai yang sangat usang itu, menunggu tiap detik sampai akhirnya Ralika berdiri dengan beberapa peralatan yang menumpuk di tangannya."Udah 'kan Ra?" Ralika mengangguk.El langsung berlari ke pintu. Tepat beberapa langkah dari pintu, El langsung berhenti, ia ingat betul sama sekali tak menutup pintu itu. Sudahlah ini bukan saatnya berpikir yang tidak-tidak, yang terpenting ia harus kelu
Read more

Chapter 24

"Duh gimana nih? Gue nggak kebayang gimana muka marahnya Ika."Ardan panik? Tentu saja, dia sama sekali tak diizinkan oleh Bu Santi untuk keluar walaupun itu hanya beberapa menit. Jadinya ia harus menunggu tiap detak jam yang membuatnya berkeringat dingin. Kalau masalah El mereka masa bodoh, tapi Ralika, kalau Ardan sudah terlibat pasti Afdi maupun Ilham akan ikut disalahkan.Seperti sekarang mereka terlihat terburu-buru, dan beberapa kali sempat menabrak siswa yang tengah berjalan. Karena Ilham yang berada di belakang, akhirnya ia yang kena amuk dan berakhir dengan cowok itu yang harus minta maaf, padahal itu bukan salahnya!"Dan, cepetan buka!" ucap Afdi sedikit mendesak.Ardan sedikit kesulitan memasukan kunci itu ke lubang gembok, mungkin saking paniknya ia tak bisa fokus, sampai akhirnya pintu itu sudah terbuka setelah 2 menit. Cukup lama!Ardan dan Afdi saling pandang selama beberapa saat, antara takut bercampur ngeri. Bisa saja 'kan saat mereka membuka pintu El tinggal manusia
Read more

Chapter 25

El tersenyum tak jelas masih setia menatap Ralika yang menatapnya dengan penuh intimidasi, ia tau dipikiran cewek itu adalah bagaimana cara mendapatkan amplop itu tanpa memenuhi permintaannya. Namun, tidak semudah itu, itulah sebab El mengangkat amplop itu tinggi-tinggi. Untuk urusan tinggi badan Ralika sama sekali tak pendek, malah tingginya selalu diidam-idamkan banyak perempuan. El juga sebenarnya percuma mengangkat tangan kalau masih bisa digapai cewek itu."Gimana?""Saya nggak akan memenuhi permintaan kamu!" Ralika tak mau merasa tak berdayah, jangan lupa Ralika itu keras kepala."Yaudah, kalau gitu gue nggak bakal balikin." Sesungguunya itu hanya ancaman El saja."Apa kamu tidak bisa tidak mempermainkan saya, itu adalah milik saya!" Kedua remaja itu tentu menarik perhatian semua orang dengan perdebatan seperti ini. Ralika tak suka ada drama, jadinya cewek itu langsung mendekati El sambil menatap langsung matanya.El sempat terpaku, tubuhnya mendadak kaku. Sampai akhirnya sesu
Read more

Chapter 26

"Ika masih ada keperluan sama gue." Alex langsung berbicara saat dirasa El berbisik di belakang Ralika. Alex memang tak mendengar dengan jelas apa yang dikatakan El, tapi ia yakin kalau El akan berusaha agar Ralika tak dekat dengannya.El menoleh sinis, sorot matanya penuh permusuhan. Padahal hari ini dia sedang tak ingin memulai masalah, apa lagi dengan siswa penting, El yakin Alex menggunakan nama OSIS dan kepentingan sekolah agar Ralika punya waktu untuknya. Jangan kira El tak tau."Emangnya urusan penting apa? OSIS, Rara 'kan bukan bagian dari OSIS lagi." Itu dilakukan El untuk menyindir Alex, benar saja cowok itu terdiam."Tapi ini bukan cuman buat OSIS tapi seluruh sekolah."Neta melipat tangannya, lihat saja sekarang Ralika lagi yang jadi cewek yang seolah diperebutkan. Padahal kalau Alex setuju, mereka tak perlu repot meminta Ralika untuk acara puncak HUT nanti, yang bertepatan dengan malam tahun baru hanya karena cewek itu bisa mengendalikan situasi agar tak terjadi keributan
Read more

Chapter 27

"Om izinin El ya."El tak tau harus membujuk Bima dengan cara apa lagi. Sudah cukup ia harus menunggu selama setengah jam karena Alex dan Neta ada di sana. Bima sempat bertanya apa alasan El menemuinya, tapi dia sama sekali tak memberitahu alasannya sampai Alex dan Neta pergi. Sekarang cowok itu mati-matian membujuk pria itu agar menyetujui permintaannya."El Om tidak bisa mengizinkan kamu, karena keperluan kamu sama sekali tak terlalu penting," jelas Bima."Ayolah Om, Rara butuh El." El memasang mata berbinar-binar, meskipun percuma."Butuh? Yang ada lo itu ngerecokin di sana, lagian sebentar juga bel pulang bunyi. "El menatap Mona sengit, dengan santainya ia berkata seperti itu sambil memakan kue kering. "Bang, lo kali ini dukung gue kek."Mona menaikan bahu acuh. "Nggak mau, salah sendiri lo seneng banget gue pergi."El menghembuskan napas pelan. Keberangkatan Mona memang sekitar 3 jam lagi, dan itu diantar oleh papanya. Seharusnya sebagai saudara yang baik El ikut, tapi karena ad
Read more

Chapter 28

"Jadi lo mau daftar?" tanya Alex dengan pandangan tak yakin."Emangnya kenapa?" tanya El balik. Dari 3 hari ini, semua orang seolah tak percaya kalau dirinya punya suara bagus. Bahkan, teman-temannya sendiri meragukan hal itu, El harus menunjukannya sendiri dengan bernyanyi beberapa kali, dan hasilnya semua terpana.Alex menggeleng. "Ya udah, apa nama band kalian?""Emgansi."Nama yang aneh. Alex berpikir demikian, disaat band lain memakai nama keren, dia malah memakai nama seperti itu. Tapi sudahlah, Alex tak bertanya lagi, setidaknya bakalan ada yang menghibur di acara puncak nanti, mau hasilnya bagus atau tidak. Palingan yang malu band itu sendiri."Oke, persyaratannya, band terdiri minimal tiga orang atau lebih, punya-""Udah, gue udah tau apa aja, udah dikasih tau calon pacar gue, udah cuman itu 'kan? Catet Emgansi!"Alex hanya membeku menyaksikan El yang melangkah dengan santainya. Sampai sekarang cowok itu tetap saja bersikap demikian, mau Ralika mengusirnya pun Alex yakin dia
Read more

Chapter 29

Lea menunduk, menatap Nayla yang dengan nyamannya duduk di pangkuan Nilam, balita itu terlihat menggeliat beberapa kali. Memang kasih sayang seorang ibu bagi anaknya begitu kuat, meskipun dilanda dengan ingatan yang hilang, sama sekali tidak mengurangi perhatian Nilam yang nyatanya masih abadi di dalam hatinya.Ralika sendiri hanya memandangi mereka dengan senyum tipis. Betul kata El, setidaknya ia cukup berbahagia untuk adiknya."Hai Tante," sapa Lea saat Niken keluar dari kamarnya."Eh, ini-""Lea Tante," potong Lea. Ini adalah kali pertama Niken melihat cewek itu. Pada waktu itu dirinya belum sempat bertemu wanita itu, malah keburu kesal dengan El yang bicara tanpa disaring."Ika, kamu mau ke mana, kok kayak mau pergi?" Ralika menatap Nilam sebentar yang juga menatapnya. "Ika mau pergi dulu sama Lea."Niken mengangguk-angguk lalu tersenyum. Ia tak akan bertanya lagi, karena sepertinya kemajuan pergaulan Ralika semakin terlihat."Mama, Ika pergi ya."Nilam hanya diam menatap Ralika
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status