Mia bergegas maju dan bergumul dengan Santo, sambil meneriakkan nama adiknya, Mario Huskif.Mario di ruangan sebelah ingin keluar, tetapi istrinya yang sedang mewarnai kuku menahannya. "Mau ke mana? Kakak Ipar sedang marah, dia hanya ingin melampiaskan amarahnya. Kalau kamu keluar, bisa-bisa kamu juga kena marah.""Bagaimanapun, dia adalah kakakku, kita bisa seperti sekarang ini juga berkat dia. Kalau tidak, apakah kamu bisa memakai pakaian senilai puluhan juta?""Lucu sekali, kamu juga bilang kalau kita bisa hidup sampai sekarang ini karena dia. Memang benar dulu kita hidup dengan nyaman, tapi sekarang bagaimana? Rumah-rumah di kota itu tidak bisa kita tinggali, uang pun tidak bisa kita pakai, dan kita tidak tahu sampai kapan harus bersembunyi di gunung ini. Dia menyinggung raja! Kalau tidak ada dia, hidup kita memang akan miskin, tapi setidaknya kita tidak harus menghabiskan seluruh hidup di tempat terpencil ini."Mia baru saja tiba di depan pintu dan mendengar perkataan istri adikny
Baca selengkapnya