Home / Rumah Tangga / AKU HANYALAH SELIR / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of AKU HANYALAH SELIR: Chapter 31 - Chapter 40

46 Chapters

Bab 31

Part 31“Kamu istri pertama Fahmi, dan kamu tahu jika Fahmi membolehkan Fahmi menikahi Hanum?” tanya ibu Hanum tidak percaya.“Betul, Bu.”“Omong kosong macam apa ini? Jangan berbohong! Atau, kamu memang sengaja berbohong padahal kamu selingkuhan Fahmi, ‘kan?” Ibu Hanum masih tidak percaya.“Demi Alalh saya tidak bohong, Ibu,”“Siapa namamu?”“Ema, Ibu.”“Jangan bawa-bawa nama Allah dalam masalah ini! Kamu pasti selingkuhan Fahmi yang ingin merusak rumah tangga anakku ‘kan? Mana mungkin ada seorang wanita yang rela melihat suaminya menikahi orang lain.”“Semua yang saya katakan benar, Ibu. Saya adalah istri pertama Mas Fahmi. Saya memang menikah dengan Mas Fahmi secara siri karena orang tua saya tidak merestui. Tapi, kami menikah tanpa sepengetahuan orang tua Mas Fahmi.”Ibu Hanum belum juga percaya dengan apa yang didengarnya. Tidak mudah untuk percaya pada berita semacam itu, karena logikanya, tidak ada wanita yang mau dimadu. Sementara Ema mengaku sebagai istri pertama Fahmi.“Saya
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

Bab 32

Part 32Sorot hendak menerkam terpancar dari mata ibu Hanum tatkala melihat menantu laki-lakinya melangkah masuk dengan gontai. Lemas karena belum makan, juga rasa takut yang mendera membuat wajah Fahmi pucat pasi.Rasyid duduk bersebelahan di kursi panjang. Sementara di sisi kiri duduk ibu Fahmi yang berhadapan dengan ibu Hanum.“Ini tidak ada anggota keluarga lainnya, Bu?” Hanya Rasyid yang terlihat masih bisa menahan emosi.“Ya paling anak bungsu saya dan kakak perempuannya. Apa mereka juga harus saya panggil?” Ibu Fahmi menjawab dengan suara yang bergetar.“Tidak perlu tidak apa-apa. Seharusnya ada Mas Wahyu ya sebagai wakil pemimpin keluarga. Tapi, tidak apa-apa karena rumahnya jauh. Silakan Mas Hamdan ….” Rasyid mempersilakan kakak iparnya untuk mulai bicara.Hamdan menatap tajam Fahmi yang kini duduk berhadapan dengannya hanya terpisah meja. Dalam hati ingin segera menghajar lelaki yang telah menipu adiknya itu. “Apa benar informasi yang kami dengar kalau kamu telah menikah leb
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

Bab 33

Part 33Ema merasa sangat malas untuk berangkat mengajar pagi itu. untuk kehamilan ketiga ini, ia merasa begitu lemah tenaga. Ditambah lagi tidak pernah mengkonsumsi vitamin apapun untuk kandungannya dan juga berbagai macam pikiran yang mendera.“Ema, apa kamu sedang hamil?” tanya ibunya saat ia baru saja mandi.Ema diam tidak menjawab karena malas berdebat.“Jawab, Ema!” tekan sang ibu.“Jika pun iya, toh selama ini Ibu tidak pernah peduli, bukan? Ibu hanya memikirkan pikiran dan ambisi Ibu saja. Ibu tidak pernah memikirkan perasaanku,” kata Ema sambil berlalu.“Kalau benar kamu hamil, apa yang akan kamu katakan sama tetangga, Ema? Mau ditaruh dimana muka kita?”“Yang penting aku punya suami. Salah Ibu dan Bapak sendiri tidak menyetujui pernikahanku dulu.”Ema termenung di meja kerjanya. Rasa mual membuatnya berkali-kali muntah.‘Menderita sekali hidupku. Aku sudah cukup lama mengalah. Biarlan aku pernah menjadi orang bodoh dengan mau hanya dijadikan istri simpanan. Namun, tidak untu
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

Bab 34

Part 34“Kalau sudah merasa baik, siapkan berkas-berkas untuk menggugat cerai! Jangan terlalu lama. Nanti malah dikiranya kamu masih berharap hidup sama dia. Maafkan Mas, Hanum. Maafkan karena Mas malah menyuruh kamu bercerai. Ini bukan saja tentang cinta. Tapi, harga diri keluarga yang sudah benar-benar direndahkan oleh Fahmi.” Hamdan berkata setelah mengurai dekapannya. Ia beridiri dan hendak pergi.“Iya, Mas. Tunggu aku punya tenaga untuk mencari berkas itu. Jujur saja, untuk saat ini aku hanya ingin berbaring. Hatiku sangat sakit, Mas. Tubuhku seolah kehilangan tenaga. Aku minta maaf jika aku terlihat sangat lemah. Aku minta maaf juga karena telah memilih orang yang salah, Mas ….” Hanum kembali menangis sesenggukan.“Setiap yang terjadi, itu sudah menjadi ketetapan Allah. Saat belum lahir ke dunia ini, kita semua telah menyepakati nasib yang akan dijalani. Istrirahat, tapi jangan lama-lama ya? Mas tunggu sampai kamu sudah siap. Tapi ingat! Jangan lama-lama … kamu tidak pantas untu
last updateLast Updated : 2023-12-21
Read more

Bab 35

Part 35Hari telah berganti menjadi minggu yang menyisakan derita bagi Ema. Setelah perbincangannya dengan Fahmi di rumah kontrakan, ia sama sekali tidak dihubungi. Rumah kontrakan itu juga telah diminta uangnya oleh Fahmi. Menjadikan Ema kebingungan saat hatinya tengah gelisah atau butuh tempat istirahat yang tenang.Kehamilan yang semakin menyiksa diri, membuat ia jadi malas bekerja. Setiap hari hanya berbaring saja kerjanya setelah pulang mengajar. Naf su makan buah yang rasanya asam semakin tinggi. Setelah pulang mengajar, Ema selalu membeli mangga muda di pasar. Kebetulan sedang musim. Namun, tetap saja dia membeli buah yang kualitasnya paling bawah. Bagi Ema, tidak peduli dengan kualitas yang penting has ratnya bisa memakan buah itu bisa terpenuhi. Toh yang diperlukan hanya rasa asamnya.“Yang penting kamu harus sehat di dalam sana, Dek. Mama akan menjaga kamu sekalipun dunia tidak menginginkanmu. Mama tidak mau, jika kamu harus bernasib sama dengan kakak-kakakmu. Biarlah Mama t
last updateLast Updated : 2023-12-24
Read more

Bab 36

Part 36 Fahmi pulang dengan masih menahan sakit akibat tendangan yang diberikan Hanum pada alat vitalnya. Sampai di depan rumah, ia melihat mobil Wahyu sudah terparkir di sana. Dengan masih menahan sakit dan berjalan dengan merenggangkan kaki, ia masuk ke rumah. Di sana sudah berkumpul seluruh saudaranya. Saat ia datang, semua mata mengarah pada dirinya. Langsung saja Fahmi yang kesakitan duduk di salah satu kursi kosong. “Dari mana kamu, Fahmi?” tanya Wahyu. “Aku habis menemui Hanum. Mengajaknya berbaikan tapi ia malah menendangku sampai kesakitan seperti ini,” jawabnya. “Hanum menendangmu?” tanya ibunya kaget. “Dia kenapa jadi galak seperti itu ya? Kalau tidak mau, bilang saja tidak mau kenapa harus menendang kamu?” “Namanya orang sakit hati, Bu. Aku juga kalau di posisi Hanum akan melakukan yang lebih d
last updateLast Updated : 2023-12-25
Read more

Bab 37

Part 37 “Mbak, kenapa Mbak Wanti malah menjadi provokator dalam hubungan kami sih, Mbak? Mbak Wanti kesana pasti habis menyuruh Hanum pisah sama aku ya?” Fahmi langsung menodong saat Wanti baru saja masuk rumah. “Yang membuat Hanum minta bercerai, itu kamu. Bukan aku. Kamu yang sudah membohongi dia dan menyakiti hatinya, paham? Makanya, lain kali gunakan akal pikiran. Jangan naf su serakah saja.” Wanti dengan santai menjawab sambil mengibaskan rambutnya yang panjang. “Setidaknya Mbak Wanti harusnya membantuku. Bukan malah mendukung Hanum.” “Aku sudah bilang, aku akan berdiri pada pihak yang benar.” “Mbak aku ini keluarga Mbak Wanti.” “Kamu mau tidak menganggapku keluarga juga silakan. Gak ada ruginya buat aku, Fahmi. Aku tidak masalah. Bahkan, jika kamu mau melarangku untuk tidak ke rumah ini,
last updateLast Updated : 2023-12-26
Read more

Bab 38

AHS 38Ema terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Berhari-hari tidak ada makanan yang bisa masuk ke perut. Setiap kali memaksa makan, maka ia akan memuntahkannya.  "Kamu hamil?" tanya ibunya. "Jawab saja dengan jujur, Ema!" tekan sang ibu lagi saat masuk ke kamar putrinya.  Ema hanya menangis dari balik selimut yang menutup tubuh.  "Bukankah dia sudah menikah, Ema? Dia menikah dengan orang lain dan kamu sekarang hamil?" Kesal, ibunya sedikit meninggikan nada suara. Meski masih dalam batas yang wajar karena tidak mau jika terdengar keributan oleh para tetangga.  Isakan Ema semakin jelas terdengar.  "Jika dulu Ibu tidak melarangku, maka aku tidak akan mengalami semua ini. Jika saja Ibu dan Bapak mengakui pernikahan kami, aku pasti yang menjadi istri dah Mas Fahmi," kata Ema lirih.  "Kenapa kamu mau dimad
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

Bab 39

Ema masih tetap bertahan dalam beberapa hari di rumah Fahmi, meskipun mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan. Hanya ibu Fahmi yang sesekali masih menawarinya makan. "Aku tidak nafsu makan, Bu," jawab Ema selalu menolak. Siang itu, sudah seminggu lebih Ema berada di rumah Fahmi. Berkali-kali kepala sekolahnya menelpon menanyakan keberadaan nya mengapa tidak berangkat. "Saya sedang ada masalah, Bu. Izinkan saya menyelesaikan masalah ini. Setelah selesai, saya pasti akan ke sekolah dan bercerita sama Ibu. Maaf jika saya tidak bisa bercerita sekarang," kata Ema melalui sambungan telepon. Siang itu, Ema menemui Santi di rumahnya. Tatapan tidak suka langsung diarahkan padanya begitu ia masuk. "Ema, kenapa kamu kesini? Warga sudah banyak yang bergosip tentang kamu, Ema. Aku mohon, pulanglah! Jika kamu mau menyelesaikan masalah ini, maka cukup sama Fahmi. Jangan libatkan kami! Kami sudah cukup pusing dengan banyak sekali akibat yang ditimbulkan dari perbuatan kalian. Maka, tolong,
last updateLast Updated : 2023-12-27
Read more

Bab 40

Part 40 Satu hari menjelang sidang, Hanum yang sudah mulai berangkat bekerjadan hendak pulang--didatangi Fahmi. Lelaki itu benar-benar tidak mau bercerai darinya. “Kasihan Abhi, Hanum. Pikirkanlah sekali lagi! Jangan egois hanya mengambil keputusan berdasarkan dengan pandangan kamu dan juga saudara-saudaramu saja. Siapapun anaknya, dia pasti ingin ayah dan ibunya bersatu. Apa yang akan kamu jelaskan kelak jika Abhi dewasa, Hanum? Apa kamu ingin dia mentalahkan kamu karena menceraikan ayahnya?” tanya Fahmi yang masih duduk di atas kendaraan. “Pikirkan sekali lagi, Bunda! Jangan gegabah,” katanya lagi. Dahi Hanum mengernyit. ‘Bunda?’ Begitu pertanyaan yang terlintas dalam pikirannya. Selama ini, Fahmi tidak pernah memanggilnya dengan panggilan yang spesial. Kali ini adalah kali pertama Hanum mendengar panggilang yang begitu manis. ‘Dia pikir aku akan luluh hanya karena dipanggil seperti itu?’ kata Hanum dalam hati. “Apa yang akan terjadi di masa depan, itu adalah urusanku, Mas. Ak
last updateLast Updated : 2023-12-29
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status