Home / CEO / Diputus Pacar, Dinikahi CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Diputus Pacar, Dinikahi CEO : Chapter 41 - Chapter 50

86 Chapters

Bab 41. Menolong Abizar

Wisnu dan Arini sudah tiba di rumah sakit. Mereka menuju kamar perawatan pria yang kemarin mereka tolong.Berdiri di depan ruangan kamar kelas VVIP membuat nyali Wisnu dan Arini menciut untuk mengetuk pintu Kmart kamar itu. Arini berbisik di telinga suaminya dengan. "Ini bener kamarnya, Mas? Kita enggak salah, kan?" Arini harus memastikan jika mereka tidak masuk ke kamar yang salah. "Udah bener kok." Wisnu menjawab dengan yakin. Dia mengusap layar ponsel dan memperlihatkan pada Arini pesan berisi nomor kamar perawatan pria yang ditolong Wisnu malam sebelumnya. Arini membaca ulang pesan itu dan membandingkan nomor dengan yang tertulis di ponsel Wisnu. "Iya ya. Bener ini kok kamarnya. "Ketuk aja pintu kamarnya, Rin." "Lah, kok aku? Mas aja, aku enggak berani ah Mas." Arini bergidik karena merasa masih takut salah kamar. Wisnu menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu. Dia beranikan diri mengetuk pintu kemudian men
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 42. Kalah Tender

Pada pengumuman pemenang tender kali ini, PT. Kalingga yang mendapat tender. Perwakilan dari PT. Kalingga bersorak senang karena berhasil memenangkan tender. Peserta lain memberikan ucapan selamat pada perwakilan PT. Kalingga.Gilang keluar dari ruangan dengan perasaan marah. Pria itu marah besar. Dia menunggu semua peserta meninggalkan ruangan lalu menemui pemilik perusahaan Abizar di ruangannya.Di dalam ruangan, Gilang melampiaskan kemarahannya dengan memukul meja di hadapan Abizar. Hilang tidak terima dengan kekalahannya kali ini."Brengsek kamu, Zar! Kenapa bukan perusahaanku yang menang!" Gilang memukul meja lagi kali ini dengan keras."Kenapa? Kenapa katamu? Aku sebagai produsen pasti akan memilih perusahaan ekspedisi yang baik yang bisa diajak kerja sama. Semua peserta tender aku periksa track record masing-masing, cuma PT. Kalingga yang bisa memberikan pelayanan terbaik di bandingkan dengan perusahaan lain termasuk perusahaan kamu." Abizar menarik napas panjang agar tidak ter
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 43. Makan Siang Kedua

Susah payah Gilang berdiri kembali karena tadi Arini berhasil menendang benda pusaka Gilang. Kakinya yang tidak diikat masih bisa bergerak bebas sehingga bisa membuat pria itu terjatuh.Gilang marah pada Arini karena diperlakukan seperti itu. Dia mendekati wajah perempuan itu hendak melayangkan tamparan pada pipi perempuan itu, tetapi saat tangan Gilang hampir mengenai pipi mulus Arini, ada tangan lain yang menahannya.Gilang menoleh. Dia melihat Wisnu di sana. Pria itu merasa heran mengapa Wisnu bisa ada di sana. Dia pun memanggil dua orang suruhannya. Dua orang itu pun masuk dibawa oleh Denis dan temannya.Bulir bening mengalir dari kedua mata Arini. Dia sangat bersyukur karena sang suami datang untuk menolongnya.Tidak perlu waktu lama untuk Wisnu menghabisi Gilang karena itu bukan untuk yang pertama baginya.Setelah Gilang pingsan karena pukulan dari Wisnu, pria itu melepaskan semua ikatan di tangan dan mulut Arini."Mas Wisn
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 44. Mas Wisnu

Arini sudah tiba di kantor. Dia berada di ruangannya, sedang memeriksa file di komputer dan menunggu tugas dari atasan. Kondisi Arini sudah membaik. Kejadian itu tidak berdampak buruk pada kehamilannya. Wisnu, sang suami sangat bersyukur Arini baik-baik saja. Namun, dia tetap khawatir Arini masih akan diganggu oleh Gilang. Ketika Arini sedang fokus dengan komputernya, ponselnya berdering. Dia melirik ponsel itu ada panggilan dari Denis. Segera Arini terima panggilan itu. "Selamat Pagi, Pak Denis." Arini menyapa lebih dulu di panggilan telepon. "Pagi, Bu Arini. Bu Arini sedang apa ya? Bisa ke ruangan Pak Kalingga sekarang enggak?" Arini mendadak bingung karena pemanggilan ke ruangan atasannya. Jujur dia masih merasa takut jika harus bertemu langsung dengan atasannya yang terkenal dingin dan killer itu. Namun, sudah pasti Arini tidak bisa menolak panggilan dari atasannya. Mau tidak mau ya harus mau. Arini harus menyiapkan jantungnya jika harus bertemu dengan atasannya itu. "Harus
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 45. Rencana Pernikahan Gilang

"Penasaran amat soal ganti baju? Biasanya sih pulang ke apartemen. Apartemen Mas kan letaknya deket banget sama kantor. Biasanya habis nganterin kamu, Mas langsung pulang ke apartemen." "Pasti jadi telat dong?" "Ya, telat dikit kan enggak apa-apa toh?" Wisnu tersenyum lebar. "Pantes selama ini Mas kalau pulang selalu wangi, ternyata ke apartemen dulu. Satu lagi Mas, kenapa Mas ngajak aku kerja di sini?" "Mas pengen kamu balas dendam sama Wisnu. Mas tahu kamu marah sama dia, tapi enggak bisa balas dendam, kan?" Arini berpikir sejenak. "Jadi, selama ini Mas manfaatin aku sebagai mantan karyawan Mas Gilang ya?" "Begitulah. Maaf banget ya, Rin, Mas jadi manfaatin kamu, tapi perasaan kamu gimana setelah tiga kali menang tender dan melihat Gilang kalah? Kamu kan lihat sendiri ya gimana Gilang kecewa saat dia kalah?" "Iya sih, Mas, perasaan aku sih puas ya bisa ngalahin Mas Gilang. Kayaknya perusahaan dia mulai goyah kli
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 46. Pernikahan Gilang

Setelah mengobrol lama dengan Wisnu sebelum tidur, Arini mencari sesuatu di dalam lemari. Wisnu bingung melihat Arini, dia pun mendekat untuk menanyakan apa yang dicari Arini di sana. "Cari buku nikah, Mas." "Buku nikah buat apa? Emang kamu mau ngapain cari buku itu, Rin?" Wisnu masih perasaan dengan maksud Arini. Pria itu yang menyimpan buku nikah mereka. Dengan cepat Wisnu menemukan buku nikah mereka lalu memberikan nya pada Arini. "Ini yang kamu cari." Wisnu memberikan buku nikah mereka pada Arini. "Ternyata Mas yang simpen buku ini di lemari ya?" Arini membuka halaman yang di mana tertulis nama mereka berdua. Dia pun menganggukkan kepala. "Kamu cari apa sih, Rin?" Wisnu masih belum bisa menebak apa yang Arini cari. "Kalingga Wisnu Wardana. Demi apa Mas, aku tiba-tiba kepikiran kamu pakai nama palsu pas nikah sama aku. Kenapa aku enggak inget sama sekali dengan nama panjangmu ya, Mas?" Arini baru ingat, waktu dia menikah dengan Wisnu tidak membaca nama lengkap Wisnu sama sekal
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 47. Paris

Arini dan Wisnu sedang mengemas barang secara mendadak. Memang suaminya sejak membuka identitasnya menjadi suka melakukan hal-hal yang ada di luar nalar Arini.Setelah membuat kegaduhan di acara Gilang sekarang pria itu seolah mengajaknya kabur seperti sedang melarikan diri dari kegaduhan."Mas segini cukup enggak sih bawa bajunya?" tanya Arini sambil memperhatikan baju yang sudah dia masukan dalam koper."Cukup, bawa baju enggak usah banyak-banyak kok. Mas beliin banyak baju di sana."Arini ingin membantah soal beli baju itu, tetapi saat dia ingat Wisnu memiliki banyak uang dia gagal melarang suaminya."Ok. Beli di pasar baju murah aja, Mas. Itu kan bayarnya pake euro, pasti harganya mahal." Ternyata Arini tetap khawatir soal uang."Kamu tenang aja, Rin, uangku enggak akan habis cuma karena beliin kamu baju di Paris." Pria itu menenangkan dan meyakinkan Arini. "Terus, Mas, kita bilang apa sama Mama? Kan Mama belum tahu apa-apa soal Mas Wisnu. Enggak mungkin kan kita bilang kalau mau
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 48. Eiffel

Keesokan harinya Wisnu bangun lebih 6 dulu baru dia membangunkan Arini."Rin, kamu masih capek enggak?" tanya Wisnu pagi itu."Enggak secapek kemarin sih, Mas, emang kenapa?""Kalau kamu masih capek, kita jalannya besok aja, ya.""Emang mau ke mana, Mas?" tanya Arini penasaran suaminya akan mengajaknya ke mana."Jalan tapi deket hotel aja, mau ngajak kamu shopping. Mas pengen beliin kamu macem-macem di sini. Terus kita naik taksi ke menara eiffel. Mau?"Mendengar kata belanja dan menara eiffel Arini sontak membuka mata lebar-lebar. "Aku mau, Mas." Mata Arini berbinar. "Ya sudah biar cepet kita mandinya bareng aja ya."Arini tidak tahu jika mandi bareng yang dimaksud Wisnu itu hanya sekedar mandi tanpa melakukan kegiatan lain. Ternyata tidak, saat mandi pria itu terus melancarkan aksinya dengan memakaikan sabun di tubuh Arini berakhir dengan desahan dan lenguhan keduanya di kamar mandi.Setelah aktivitas bercumbu di kamar mandi selesai baru kemudian keduanya mandi. Arini diam merajuk
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 49. Tidak Siap Berpisah

Wajah Arini memerah mendengar ucapan suaminya. Dia memang belum pernah ke luar negeri. Sekalinya pergi langsung ke Eropa. Arini banyak mengalami shock culture, berbeda dengan Wisnu yang sudah pernah jalan-jalan ke luar negeri karena memang orang tuanya pernah mengajaknya. Arini tidak tahu jika di Paris hal yang seperti itu sudah biasa, tidak hanya satu dua orang saja. Sudah menjadi hal lumrah di negeri Prancis itu. Wisnu menggandeng tangan Arini untuk mencari spot bagus untuk mengambil foto. Awalnya Wisnu banyak memfoto Arini dengan berbagai gaya dan pria itu merasa puas dengan hasilnya. Lalu mereka bergantian, Arini memfoto suaminya beberapa kali, tetapi Wisnu tidak puas dengan hasilnya. Dahinya berkerut melihat hasil foto Arini. "Wah, kok gini jadinya, Rin? Eiffelnya banyak kepotong nih. Kita foto berdua aja deh ya, tunggu Mas atur dulu kamera HP-nya." Wisnu berjalan mundur sambil memperhatikan kameranya sampai dapat tempat yang pas untuk mengambil foto mereka berdua dengan back
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 50. Kedatangan Arya

Wisnu tiba di kantor. Hari pertama bekerja setelah pulang liburan dengan Arini, dia berjalan menuju ruangannya dengan perasaan sangat bahagia. Hati pria itu sedang berbunga-bunga. Tiba di depan ruangannya dia tidak melihat Denis di tempatnya. Aneh tetapi dia tetap masuk ke ruangannya sambil tersenyum. Saat dia masuk dan melihat seseorang yang sedang duduk di kursinya, senyuman itu hilang dari wajah Wisnu. Dia terperanjat melihat sosok papanya di sana. "Papa apa kabar? Ngapain pagi-pagi sudah ada di sini?" Hubungan ayah dan anak itu tidak terlalu harmonis dan jarang bertemu. Walaupun perusahaan itu merupakan salah satu dari perusahaan keluarga, tetapi Wisnu tidak banyak diawasi oleh papanya. Dia lebih bebas mengekspresikan ide-idenya di perusahaan itu. "Duduk!" Wisnu duduk di kursi yang ada di ruangan itu yang biasanya digunakan untuk menerima tamu di ruangan itu. Arya Wardana--papa Wisnu pun berpindah tempat duduk bergabung dengan an
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status