Semua Bab DIBUANG LAKI-LAKI PECUNDANG DINIKAHI ANAK SULTAN : Bab 31 - Bab 40

45 Bab

BAB 31. BENARKAH DIA?

(POV Rumini)"Jadi Mba dari Bekasi? Jauh banget!" Sri nampak terkejut. Sebenarnya bukan hanya Sri, aku pun sama terkejutnya. Tak menyangka bahwa perempuan yang terbawa oleh mobil truk Ridwan ternyata berasal dari kota yang sangat jauh. Bahkan, tempat tinggal kami dipisahkan oleh lautan yang sangat luas."Maaf, memangnya ini di mana?" tanya Mita pelan dengan ekspresi bingung. Dia menatap Sri, kemudian beralih padaku.Melihat ekspresi wajah Mita, sekarang gantian aku yang bingung. Apa dia tidak ingat, kalau dia naik mobil truk Ridwan dan akhirnya sampai disini? Ah ya aku lupa, saat kami menemukannya dia dalam keadaan pingsan. Mungkin setelah berhasil naik truk Ridwan, kemudian dia langsung pingsan. Apalagi saat kami menemukannya, dia memang dalam keadaan demam tinggi. Mungkin hal itulah yang membuatnya bingung saat ini.Kasihan sekali perempuan ini. Entah kejadian apa yang sebenarnya menimpanya? Aku jadi semakin penasaran mendengar kisahnya. Andai dia bersedia bercerita, tentu aku akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-02
Baca selengkapnya

BAB 32. SIAPA MEREKA SEBENARNYA?

(POV Mita)Tiba-tiba terdengar suara motor datang dan berhenti di depan rumah. Tak lama muncul seorang laki-laki tampan di depan pintu. Melihat laki-laki itu, semua orang yang ada di ruangan ini tersenyum, termasuk aku, walaupun aku tidak tahu siapa sebenarnya laki-laki yang baru datang itu.Setelah mengucapkan salam, laki-laki itu langsung masuk. Dia mencium punggung tangan Bu Rumini dan Pak Rahmat secara bergantian dengan takzim. Kemudian dia duduk di samping Pak Rahmat. Pak Rahmat tersenyum lalu menepuk pundak laki-laki itu."Sehat, Nak?" tanya Pak Rahmat."Alhamdulillah, Pak," jawab laki-laki itu sambil tersenyum."Fachri, kamu sudah makan siang belum, Nak? Kalau belum, biar Ibu diambilkan," tanya Bu Rumini.Siapa sebenarnya dia? Kenapa Pak Rahmat dan Bu Rumini memanggilnya dengan sebutan 'Nak'. Apakah dia adalah anak bungsu Bu Rumini dan Pak Rahmat yang katanya tinggal terpisah dengan mereka?"Nggak usah, Bu. Tadi aku sudah makan di rumah," jawabnya santun. Dari caranya memanggil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-04
Baca selengkapnya

BAB 33. TERBONGKAR

(POV Author)"Sebenarnya ..., dulu kami sekeluarga pernah tinggal di Jakarta," ucap Bu Rumini memulai kisahnya. Ia tercenung seolah sedang mengingat-ingat kejadian di masa lalu.Sementara semua orang yang berada di ruangan itu menyimak dengan baik, apa yang disampaikan oleh perempuan paruh baya itu."Semua berawal dari kisah kedua orang tua Ibu. Mereka memutuskan untuk merantau ke Jakarta, untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Mereka berdua meninggalkan orang tua, dan juga desa Jenang ini yang merupakan tempat mereka dilahirkan." Bu Rumini kembali menghentikan ucapannya, sebelum akhirnya melanjutkan lagi kisah hidupnya."Saat Emak dan Bapak membawa Ibu untuk mengadu nasib di ibukota, umur Ibu saat itu sekitar lima tahun. Nasib baik berpihak pada Emak dan Bapak, saat tiba di Jakarta mereka langsung mendapat pekerjaan di rumah keluarga kaya yang sangat baik dan juga dermawan. Emak diberi pekerjaan sebagai pembantu, sedangkan Bapak menjadi sopir pribadi.Keluarga itu sangat baik, m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-06
Baca selengkapnya

BAB 34. KISAH BU RUMINI

( POV Author)"Waktu itu ..., setelah mendapat kabar tentang kecelakaan mobil yang dikendarai oleh Bapak dan Bu Arini, Ibu beberapa kali jatuh pingsan. Ibu shock. Ibu sangat sedih, karena satu-satunya orang tempat Ibu bersandar telah pergi untuk selamanya. Ibu juga sedih karena tidak bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan mereka." Bu Rumini kembali terisak mengingat kejadian di hari itu. Hari dimana kecelakaan maut itu akhirnya merenggut nyawa Bu Arini. Majikannya yang bukan hanya sekedar cantik parasnya tetapi juga cantik hatinya."Setelah polisi melakukan olah TKP, dan tim SAR melakukan pencarian jasad para korban di sungai, akhirnya mereka menemukan jasad Bu Arini. Namun sayangnya saat ditemukan kondisi jasad almarhumah sudah tidak utuh lagi. Tubuh beliau hancur menjadi beberapa bagian. Sedangkan jasad suami Ibu dan anak majikan kami yaitu Den Akbar tidak ditemukan. Namun mengingat kondisi mobil yang meledak, polisi akhirnya menyatakan kemungkinan besar jasad keduanya hancur menj
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-07
Baca selengkapnya

BAB 35. KEPUTUSAN MITA

"Mita, bagaimana denganmu, Nak? Apakah kamu akan tetap ke rumah bibimu, atau mau ikut pulang ke Bekasi bareng sama Fachri?" tanya Bu Rumini pada Mita yang masih duduk di dekat pintu keluar."Aku--aku nggak tahu, Bu. Aku mau pulang, tapi aku takut. Aku takut orang-orang Bu Sukma akan mencelakakan aku lagi," jawab Mita pelan.Bu Rumini menatap ibah pada Mita, rupanya rasa trauma itu belum sepenuhnya hilang. Hampir dilecehkan dan nyaris kehilangan nyawa di tangan orang-orang suruhan Bu Sukma, tentu saja masih meninggalkan rasa takut di hati perempuan cantik itu."Saran saya, sebaiknya Mba Mita pulang. Kasihan keluarga Mba, mereka pasti kebingungan dan sangat mengkhawatirkan Mba Mita." Tiba-tiba Fachri ikut menimpali, membuat Mita mengarahkan pandangan pada laki-laki tampan itu.Pandangan mereka bertemu, Fachri merasakan jantungnya seketika berdetak lebih cepat, sedangkan Mita merasakan desiran yang tak biasa di hatinya.Mita menundukkan kepalanya, menyembunyikan gejolak di dalam hatinya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-08
Baca selengkapnya

BAB 36. MEMBERI KABAR

Bu Rita menyuguhkan teh manis hangat dan sepiring gorengan yang masih panas karena baru digorengnya lepas ashar tadi.Sebenarnya dia ingin menggoreng camilan lainnya untuk menjamu tamunya, masih ada satu sisir pisang di dapur. Tak elok rasanya tamu dianggurin dan tidak disuguhi apa-apa, begitu pikirnya. Apalagi orang-orang itu sudah sangat baik, mau membantu mengantarkan keponakannya ke rumahnya.Mita masuk dan menghampiri Bu Rita, karena bibinya itu tak kunjung keluar dari dapur. Dia tahu betul sifat bibinya itu sama persis seperti almarhumah ibunya. Bibinya pasti sedang repot menyiapkan sesuatu untuk menjamu mereka."Bik, udah gak usah repot-repot. Gak usah masak-masak lagi. Yang tadi aja, udah cukup," ucap Mita, lalu mematikan kompor yang baru dinyalakan oleh Bu Rita.Bu Rita tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi Mita segera menuntun perempuan paruh baya itu ke depan. Dia tahu bibinya pasti ingin protes atas apa yang dilakukannya barusan."Udah, Bibik nggak usah capek-capek, nggak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-11
Baca selengkapnya

BAB 37. PULANG

Waktu cepat berlalu, pagi ini Mita dan Bu Rita sudah bersiap untuk berangkat ke kota Prabumulih. Mita akhirnya berhasil membujuk bibinya untuk tinggal bersamanya di Bekasi.Mita juga sudah mengabari Miranti, bahwa dia dan Bu Rita pagi ini akan segera pulang. Miranti ikut senang, dan tak sabar menunggu adik dan bibinya sampai di kota kelahiran mereka.Kini Mita dan Bu Rita sudah berada di dalam angkutan umum menuju kota Prabumulih, begitu pula dengan keluarga Pak Rahmat, sudah berangkat dari Desa Jenang sejak setengah jam yang lalu.Di dalam angkutan umum, Mita yang memegang ponsel Bu Rita sesekali berbalas pesan dengan Fachri, saling memberi kabar sudah sampai dimana.Kira-kira tiga puluh lima menit, akhirnya Mita dan Bu Rita sudah sampai di pol keberangkatan. Mereka berdua turun dengan membawa tas dan bawaan Bu Rita. Mita membantu bibinya, lalu mereka duduk menunggu keluarga Pak Rahmat yang masih dalam perjalanan.Mita sengaja belum membeli tiket, karena tadi Fachri berpesan agar dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-14
Baca selengkapnya

BAB 38. BERTEMU PAK LUKMAN

Bu Wulan melangkah mendekati Fachri. Air matanya sudah tumpah.Sementara itu Fachri pun bangun dari tempat duduknya, dia menatap perempuan yang sudah berlinang air mata itu. Dalam bayangan Fachri, pastilah ibu kandungnya sepantaran dengan perempuan yang kini berada di depannya.Bu Wulan menatap wajah Fachri, kemudian memeluknya dan menangis histeris."Ya Allah, Arini ... Arini, ternyata putramu masih hidup. Arini ... lihatlah, Arini, sekarang putramu ada di depanku, dia sudah pulang." Bu Wulan terus saja menangis sambil memeluk Fachri. Sedangkan Fachri hanya bisa menurut saja, bingung harus berbuat apa. Tapi dia tahu, bahwa perempuan yang sedang memeluknya saat ini adalah orang yang sangat dekat dengan almarhumah ibu kandungnya."Ya Allah, Nak, Ibu rasanya nggak percaya kalau ternyata kamu masih hidup. Tapi Ibu bahagia, akhirnya kamu pulang, mungkin ini pertanda bahwa kejahatan dan kelicikan Bu Sukma akan segera terbongkar," ucap Bu Wulan lagi, lalu dia menoleh pada Rayhan."Ray, kesi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-16
Baca selengkapnya

BAB 39. MEMBUAT RENCANA

(POV Pak Lukman)"Lalu bagaimana dengan semua aset dan kekayaan keluarga Wicaksono. Apakah sampai saat ini masih atas nama Pak Agung dan almarhumah Bu Arini, atau sudah dialihkan pada Bu Sukma?" cecar Bu Wulan.Sebenarnya ini ada apa?Aku semakin bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh keluarga mendiang Pak Aditya."Maaf, Bu Wulan, benarnya ini ada apa? Dari tadi saya tidak mengerti, kearah mana pembicaraan ini?" Akhirnya karena bingung dan penasaran yang begitu menggelitik, kuputuskan untuk bertanya saja."Pak Lukman, apakah Bapak akan percaya kalau saya bilang Fachri Akbar--putra Pak Agung Wicaksono masih hidup?" tanya Pak Rayhan membuatku sangat terkejut."Apa? Tapi, bagaimana mungkin ....""Itu benar, Pak Lukman. Den Akbar masih hidup. Dan apakah Bapak masih ingat pada saya?" Tiba-tiba laki-laki yang duduk di sofa ujung ikut menimpali.Sesaat aku menatapnya ....Ya Tuhan, benarkah yang kulihat ini?Lalu aku pun menatap perempuan yang duduk di samping laki-laki itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-17
Baca selengkapnya

BAB 40. MISI RAHASIA

(POV Pak Lukman)"Maksud Pak Lukman, menyusup ke rumah Bu Sukma?" Teh Rumini ikut menimpali. Dari nada suaranya, tampaknya dia cukup terkejut dengan ide yang barusan kucetuskan."Iya, betul. Di sana tentu akan lebih mudah mendapatkan informasi, tapi resikonya juga besar. Adakah yang bersedia menyusup dan melakukan penyamaran?" tanyaku sambil menatap mereka satu persatu, membuat orang-orang yang duduk di depanku itu seketika berpandangan."Aku saja, aku bersedia!" Tiba-tiba laki-laki yang duduk di samping Kang Rahmat menyahut, padahal sedari tadi dia hanya diam menyimak obrolan kami.Aku menatap laki-laki itu, sejenak kami berpandangan."Pak Lukman, perkenalkan ini putra kami--Ridwan," ucap Kang Rahmat sambil menatapku kemudian beralih pada laki-laki yang baru saja menawarkan dirinya untuk menyusup ke kediaman Bu Sukma."Ridwan? Masya Allah ... jadi kamu Ridwan, putra Kang Rahmat? Iya-iya saya masih ingat saat kamu masih kecil dulu. Umurmu memang tidak begitu jauh dengan Akbar." Hampir
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status