Semua Bab DIAM DISANGKA BABU, BERGERAK JADI RATU: Bab 61 - Bab 70

180 Bab

Bab 61. Foto Baru

"Iya, sepulang dari taman aku sengaja mampir ke kafe ini. Pas lagi merenung, dia malah datang. Katanya, kalau aku nyakitin kamu lagi, maka dia tidak akan segan membuka rahasiaku di depan umum.""Bagaimana ciri-cirinya? Putih? Tampan? Ada tahi lalat di atas bibir?"Sandra berusaha mengingat lelaki itu, kemudian mengangguk. Diam-diam menggerutu dalam hati karena memang mereka berteman. Namun, melihat keterkejutan di wajah Zanna, Sandra menjadi tahu dan yakin kalau lelaki asing kemarin mengancam tanpa sepengetahuannya."Dia nggak nyebut nama?""Nggak. Kalau aja tahu namanya, bakal aku cari abis lahiran nanti. Pokoknya kalau ketemu, aku bakal nanya rahasia apa yang dia tahu. Za, kemarin dia ternyata menguping pembicaraan kita di taman."Zanna memutar bola mata malas. Dia tidak peduli apakah Atha benar menguping atau kebetulan lewat saja karena dia memang suka ke taman. Satu yang membuat Zanna bertanya-tanya adalah kenapa dia tidak muncul di hadapan Zan
Baca selengkapnya

Bab 62. Dimas yang Besar Kepala

Hari-hari berlalu tanpa air mata meskipun sejumput nyeri selalu merebak cepat di dalam dada. Terkadang penyesalan membuat Zanna ingin bertingkah seperti orang gila. Memantik api, padahal tidak harus melakukan sesuatu.Sekarang dia tersenyum sinis, tepat sejak kematian Atha sampai tujuh hari berlalu, Zanna selalu mendapat teror dari nomor yang tidak dikenal. Namun, dia menyimpan masalah itu sendirian berharap bisa menyelesaikan sendiri.Foto profil seorang pesepak bola profesional tidak akan bisa mengelabui Zanna. Zanna yakin dari cara orang aneh itu mengetik pesan, dia adalah seorang perempuan. Satu hal yang sangat mengganggu adalah perempuan itu tahu bahwa Zanna pernah tinggal di panti asuhan, lalu menikah dan dijadikan babu oleh suami dan keluarganya.Selain Sandra, Nila dan juga Bu Tika, siapa yang tahu masa lalunya? Tidak mungkin tetangga karena sejak dulu mereka belum pernah julid pada Zanna bahkan selalu mendukung dalam keadaan apa pun. Menarik napas panjang, Zanna kembali mener
Baca selengkapnya

Bab 63. Paket Misterius

Malam hari, Alyssa sengaja datang ke kamar Zanna. Pandangannya diedarkan ke segala arah, senyum simpul terbit di bibir yang dia poles lipstick merah marun. Sementara sang empu baru saja selesai melakukan ritual malam sebelum tidur di depan kaca rias.Alyssa mendekat, memilih duduk di tepi ranjang. Kamar yang sangat luas itu menghadirkan rasa nyaman dalam hati Alyssa. Dia menyesal kenapa dulu memilih kamar sebelah.Namun, itu bukan hal penting untuk dipermasalahkan karena kalau mau, Alyssa bisa menempati kamar tidur orang tuanya yang jauh lebih luas karena dilengkapi ruang kerja dan perpustakaan pribadi di mana buku-buku serta berkas penting keluarga dan perusahaan ada di sana."Kak Alyssa abis liat hantu sampai malam-malam ke sini?" Zanna melempar guyonan setelah selesai menyisir rambut. Perempuan itu memakai piyama merah muda kesukaannya.Bahkan dari pemilihan warna kamar dan pakaian, Alyssa jelas berbeda. Dia lebih menyukai warna gelap tanpa hiasan bunga seperti yang dilakukan Zanna
Baca selengkapnya

Bab 64. Lamaran

Zanna menikmati makan malamnya dengan pikiran kacau, membiarkan Alyssa dan Akmal mengobrol tanpa ada keinginan menimpali. Dia sangat penasaran kira-kira siapa yang telah mengiriminya paket serta mengajak bertemu di Kafe Emerald.Bagaimana jika ternyata dia orang penting? Salah satu dugaan terkuat dalam pikiran Zanna saat ini adalah Bu Riska. Terakhir kali bertemu memang di hari kematian Atha, tetapi bukan tidak mungkin jika ada sesuatu yang ingin dibahas.Akhir-akhir ini, semenjak menikah dan menjadi janda, Zanna tidak banyak berinteraksi dengan orang luar. Dia juga merasa ragu menuduh paket itu dari Dimas. Dress mahal sudah sulit dia dapatkan karena bekerja di bengkel dengan gaji tak seberapa.Apalagi Sandra akan melahirkan, tentu butuh biaya lumayan, juga mempersiapkan pakaian bayi dan sebagainya. Meskipun Kafe Emerald adalah tempat favorite Dimas, selalu ada kata kebetulan di dunia ini."Zanna, kenapa sejak tadi kamu diam? Kamu nggak suka situasinya?" Teguran dari Akmal membuyarkan
Baca selengkapnya

Bab 65. Menyangkal

Zanna dan Alyssa tiba di rumah setelah pukul sebelas malam karena Akmal mengajaknya berdansa untuk memberi kesan romantis pada malam bahagia mereka. Pak Arsenio pun telah diberitahu dan memberi restu. Jadi, pernikahan akan dilangsungkan dalam dua bulan ke depan untuk persiapan matang sekaligus menunggu kelonggaran waktu sang papa pulang ke Indonesia.Mereka akan menikah di salah satu hotel berbintang, mengundang kerabat dekat saja sesuai keinginan Zanna. Pasalnya dia malu jika samai di antara mereka ada yang tahu masa lalu Zanna karena zaman sekarang sangat mudah mengkritik orang lain tanpa mencari seluk-beluk masalah terlebih dahulu."Za, kamu nggak penasaran siapa pengirim paket itu?".Zanna yang semula sangat mengantuk tiba-tiba membelalakkan mata. " Kak Alyssa sudah tahu?""Iya." Alyssa mengambil ponsel dalam tas bahunya, kemudian menunjukkan percakapannya di aplikasi chatting dengan perempuan yang disuruh menggantikan Zanna tadi.Foto yang mengejutkan. Seorang lelaki duduk sendir
Baca selengkapnya

Bab 66. Terjebak dalam Rencana

Dimas menarik tangan Zanna keluar dari rumah dan berdiri di teras depan. Di saat yang sama, Alyssa diam-diam merekam mereka karena yakin suatu hari bisa menjadikannya senjata. Tidak ada yang tahu jika di mobil ada orang lain.Mereka saling menatap tajam. Dimas muak, ingin rasanya menghabisi nyawa Zanna. Namun, entah kenapa saat memikirkan itu hatinya ikut terluka."Dari mana foto itu, Za? Apa jangan-jangan perempuan tadi malam suruhan kamu?""Suruhan?" Zanna tersenyum kecut. "Kamu terlalu penting jika harus mengirim orang buat menemui kamu, Mas. Udahlah, aku ke sini bukan mau bahas tentang kita ke depannya. Sebaliknya, aku mau minta kamu fokus jaga Sandra. Nggak udah ngusik aku lagi. Tadi malam aku ada acara lamaran, jangan sampai calon suamiku salah paham dan ingin membunuhmu!"Zandra mendorong kasar tubuh Dimas, kemudian masuk ke mobil dan melakukannya dengan kecepatan tinggi. Dimas membuang napas kasar, menyugar rambut ke belakang karena merasa frustrasi. Entah bagaimana dia akan m
Baca selengkapnya

Bab 67. Pulang

Dimas sudah tiba di rumah sambil membawa gorengan pesanan Sandra. Peluh membasahi tubuh, terlihat sangat kotor karena tadi sibuk membongkar motor yang rusak parah. Wajahnya pun tidak lepas dari oli bekas. Bau asam menjadi pelengkap betapa Dimas tidak pantas menunda mandi.Pintu terbuka pelan, muncul sosok perempuan berbadan dua. Dia mengerutkan kening, menutup hidung dengan kedua jemari. Tangan kanannya merampas kantong kresek yang dibawa Dimas sebelum akhirnya bergegas masuk ke ruang tengah."Gitu amat sama suami, bukannya salim dulu malah langsung masuk!" sindir Dimas tepat mengenai hati Sandra.Tanpa menoleh, perempuan itu membalas, "Gimana mau salim kalau kamu aja bau asem gitu, Mas. Mending mandi sekarang!""Mas bau begini juga karena kamu. Sebentar lagi kamu lahiran, masa nggak butuh duit. Syukur-syukur kalau orang tua kamu mau danain kita."Sandra mendelik kesal, kemudian mengibaskan tangan sebagai isyarat agar Dimas segera mandi. Setelah lelaki dekil itu pergi, Sandra terus me
Baca selengkapnya

Bab 68. Tamu Istimewa

"Mbok Ain?""Tadi itu mantan suami Bu Za?" Pertanyaan Mbok Ain berhasil membuat ibu dan anak itu geleng-geleng kepala dengan wajah pucat pasi.Tentu saja mereka ketakutan karena tidak mau jika Zanna mengetahui kedatangan Dimas atau rencana mereka gagal begitu saja sebelum memulai. Ini masih hari pertama, baik Nila maupun ibunya harus berperilaku sopan, jangan sampai membuat Mbok Ain mengadu yang tidak-tidak pada Zanna.Mereka berdua sebenarnya jauh lebih takut pada Alyssa. Dari tatapan mata saja, nyali Nila sudah berhasil dibuat menciut. Alyssa terkesan dingin dan tidak punya hati. Apalagi Nila pernah ditangkap dan dibawa ke Rumah Hitam. Bersyukur karena Zanna tidak menyimpan dendam terlalu dalam. Sekarang dia jadi penasaran bagaimana nasib gadis yang pernah dikurung bersamanya.Mereka melanjutkan pekerjaan, Nila membantu ibunya membuat lauk. Hari ini Zanna memberi kabar bahwa nanti malam ada tamu spesial dan mereka harus menyiapkan makanan paling enak. Mbok Ain yang dianggap sebagai
Baca selengkapnya

Bab 69. Babu yang Sesungguhnya

"Mbak Za!" panggil Nila begitu selesai mengantar Akmal ke depan dan melihat Alyssa sudah menuju kamarnya.Perempuan itu menoleh dengan air muka datar. Kelakuan Nila ketika membawa tisu membuat Zanna ingin menelannya hidup-hidup. Akan tetapi, sekarang dia harus mengetahui maksud Nila memanggilnya.Mereka berdiri saling berhadapan dalam jarak kurang dari satu meter di depan pilar dekat tangga. Zanna masih diam menunggu gadis itu berbicara. Meski demikian, Zanna tetap memutar otak berusaha menebak tujuan dari Nila."Pak Akmal punya adik nggak, Mbak?""Kenapa?" Zanna balik bertanya meskipun sedikit bisa menebak arah pembicaraan Nila sekarang.Kaki gadis itu mendadak gemetaran di bawah sana. Nyalinya tiba-tiba ciut ketika menatap mata Zanna. Padahal dahulu saat mereka masih memiliki hubungan keluarga karena status pernikahannya dengan Dimas, Nila bahkan tidak takut sekadar meledek perempuan itu.Seorang perempuan yang kini bersikap dingin padanya, bahkan mungkin Nila tidak bisa melawan jik
Baca selengkapnya

Bab 70. Keluarga Malang

"Mas, kamu nggak apa-apa, kan?" Nila membantu kakaknya untuk bangun. Beruntung pukulan keras tadi tidak sampai membuat Dimas memuntahkan darah atau mereka harus membawanya ke rumah sakit.Meski begitu, tetap saja perut Dimas terasa sakit. Untuk berdiri pun tidak sanggup lagi. Wajahnya berubah pucat, keringat dingin membanjiri pelipis hingga belakangnya.Bu Tika sendiri hanya terpaku menatap putra sulungnya. Sejak dulu, dia menjaga Dimas dengan baik apalagi saat masih kecil pernah masuk rumah sakit karena bisul yang sangat besar di leher bagian belakangnya. Sekarang, dengan mata kepala sendiri menyaksikan Dimas dipukul telah oleh lelaki asing yang tidak mereka kenal.Hanya tahu kalau lelaki berpakaian serba hitam itu adalah salah satu dari bodyguard Zanna. Menurut Bu Tika, ada kemungkinan kalau memang Zanna memberi perintah."Ibu, sebaiknya kita pulang. Nggak apa-apa tinggal di rumah, makan seadanya daripada harus tersiksa di sini. Setiap malam aku akan memikirkan keadaan Ibu dan juga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
18
DMCA.com Protection Status