Beranda / Pernikahan / SUMPAH PELAKOR / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab SUMPAH PELAKOR: Bab 11 - Bab 20

23 Bab

Anggur Merah

“Pulang juga kamu akhirnya,” gerutu Aziz ketika Haira membuka pintu. “Ngapain aja, lama banget?” “Ya makanya disuruh gantian biar kamu nggak banyak curiga gini, Mas. Nggak mungkin di sana aku duduk santai sambil makan. Ini aja kalau Ima nggak datang Haira nggak bisa ke sini,” jawab wanita itu panjang lebar karena masih kesal. Baru pulang rumah berantakan, ayam dan nasi berserakan di lantai. Nasib baik Yoga sudah tidur dan Haira pun kebagian jatah membersihkan rumah karena diperintah oleh suaminya. Ibu satu anak itu melirik jam. Tidak terasa sudah pukul 02.30 saja, sedangkan Ima minta agar jam lima sore ia sudah di sana sedangkan perjalanan memerlukan wakut sekitar tiga puluh menit. Lelah rasanya tapi mau bagaimana lagi. Waktu yang ada digunakan Haira untuk makan sisa lauk milik Aziz yang ada meja. Setelahnya ia mandi dan memilah baju yang akan dibawa. Mungkin sekitar tiga hari lagi mertuanya akan membaik serta dibawa pulang. Sembari menunggu keputusan dari dokter kapan akan dipasa
Baca selengkapnya

Possesive

Sebelum sampai di rumah sakit, Haira menjual perhiasan emas di toko langganannya. Total yang ia dapatkan sekitar 10 juta lebih. Aziz hanya meminta agar dapat 10 juta pas saja. Sisanya langsung cepat disetorkan tunai oleh Haira. Diam-diam ketika uang belanja ada sisa, selalu ibu anak satu itu menyimpannya. Dia bukan licik, hanya menuruti saran dari mertuanya saja. Selesai, Haira langsung menuju rumah sakit dan ia meminta agar Ima menjaga Yoga sebab sangsi dengan kemampuan Aziz menjaga darah dagingnya sendiri. Tinggalah Haira dan Ibu Mia berdua saja. Uang 10 juta disimpan rapi di dalam tas. Wanita bergamis panjang itu duduk diam sambil menonton televisi. Kebetulan pula yang ia saksikan infotainment yang menayangkan berita perselingkuhan artis. Seketika wanita itu teringat dengan pesan mesra di ponsel Aziz. Parfum yang dibeli dengan harga lumayan, serta ketidak pedulian suaminya pada ibu sendiri. “Kamu berubah, Mas. Memang, sih, dari dulu cuek, tapi ini udah kelewatan. Pasti ada seba
Baca selengkapnya

Kunjungan

Anita melihat kotak parfum yang akan diberikan Aziz padanya masih tertinggal di ruang kerja. Ide gila melintas di kepalanya. Bos skin care itu mengemas dengan rapi lagi dan membawanya ke dalam mobil. Tadi pagi sebelum pergi kerja, ia melihat isi chat Aziz dan Haira. Yang membuatnya tersenyum yaitu pola keamanan di ponsel kekasihnya masih sama dengan lima tahun lalu. Dari chat juga ia tahu di mana rumah sakit tempat Ibu Mia dirawat. Melajulah kendaraan warna putih bersih itu di tengah keramaian. Sambil Anita menunggu ia membuka pesan di ponselnya. Salam kasih sayang penuh cinta datang dari Darmadi. Wanita itu merengut. Dibalas salah tidak dibalas kartu matinya ada pada lelaki tersebut. “Mbak Nita. Ada undangan podcast dari seorang influencer. Mbak diminta untuk kasih motivasi buat perempuan di luar sana.” Asisten pribadi Nita membacakan jadwal a day in my life yang harus dicheklistnya. “Bayaran gimana? Kalau nggak cocok nggak usaha, saya, kan, sibuk.” “Dia sedikit nawar, Mbak, ta
Baca selengkapnya

Ketakutan Seorang Ibu

Tiga hari sudah semua menunggu sampai keadaan Ibu Mia membaik. Tiga hari itu pula Aziz bersikap cuek saja pada Haira. Yoga terpaksa dioper ke sana sini agar ada yang menjaga. Tiga hari itu pula ujian tengah semester Ima selesai. Dia jadi bisa fokus menjaga keponakannya yang agak kurusan karena tidak mendapatkan perhatian penuh dari Haira apalagi papanya. Di tiga hari itu pula Anita tidak mempedulikan Aziz. Bukan karena tidak cinta lagi, tapi pekerjaannya yang menumpuk. Kalau setiap sebentar menemui selingkuhannya, pundi-pundi uang Nita bisa terus berkurang. “Semoga nanti kamu ada waktu buat aku, Nita.” Aziz mematikan panggilan. Agar tidak dicurigai oleh Haira nama kekasihnya itu ia simpan dengan kontak istri bos saja. Pada hari yang sama juga Ibu Mia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Jadwal operasi telah diatur dan pihak rumah sakit meminta agar kondisi wanita paruh baya itu dijaga dan tidak boleh memikirkan hal yang terlalu berat. Dengan menggunakan kursi roda Ibu Mia dido
Baca selengkapnya

Doa Ibu

Sesuai dengan isi doa dari Haira, bahwa jika Aziz benar-benar pergi menemui teman-temannya maka suaminya akan baik-baik saja, maka hal sebaliknya justru terjadi. Sebuah kecelakaan ringan terjadi dan membuat Aziz harus dilarikan ke klinik terdekat. Tidak sampai menginap dan mobil juga masih bisa dibawa pulang meski harus minta tolong sama orang. Namun, memberikan luka yang cukup untuk menjadi pelajaran di kepala Aziz. Tengah malam ia pulang. Jangankan pintu yang dibuka, pagar pun tak ada yang mau menggeser. Semua orang sudah terlelap. “Sialan, Haira bener-bener tidur kayak orang mati aja!” gerutu Aziz sambil menahan kesal. Terpaksa lagi ia minta tolong pada orang, sepaket dengan membawa masuk mobil ke dalam garasi. Pertolong tersebut tidak gratis ternyata. Melainkan yang menolong dan mengantar minta uang beberapa lembar saja karena waktunya juga terbuang sia-sia. Total malam itu setengah juta uang Aziz keluar karena apes yang ia derita. “Bener-bener sial, padahal cuman mau ketemu A
Baca selengkapnya

16

Anita heran selama beberapa hari Aziz tidak menghubungi dirinya. Ingin ia memulai duluan tapi rasa gengsi menjadi penghalang. Nanti bisa ia urus itu, karena seingat wanita yang baru saja memotong rambutnya sampai pendek sebahu, kekasihnya sedang butuh uang dalam jumlah besar untuk operasi ibunya. “Semoga kamu nggak lupa sama perjanjian nggak tertulis kita ya, Mas, kalau kamu lupa aku ingetin di depan muka istri kamu langsung sama ibu kamu biar mati sakit jantung sama-sama.” Nita menyunggingkan senyum liciknya. Setelah itu ia berangkat menuju studio di mana pada hari yang sama Anita diundang menjadi bintang tamu dalam sebuah podcast salah satu youtuber. Anita dinilai menjadi sosok perempuan matang dan layak menjadi panutan karena berhasil menjelma menjadi wanita mandiri dan layak diperhitungkan kiprahnya dalam dunia skin care serta kosmetik. Mobil sampai di depan studio. Hanya butuh waktu 15 menit kemudian acara pun berlansung setelah diperbaiki dandanan Anita yang tidak ada kerusa
Baca selengkapnya

17

Darmadi mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuknya. Lelaki yang menggunakan kemeja dan jas rapi itu tak bisa melupakan kenangan bersama Anita walau baru satu kali saja. Serigala putih—begitu julukannya, memang gemar berpetualang dari satu wanita ke wanita lain. Bisa jadi istrinya tahu bisa jadi juga tidak. Siapa yang bisa menebak lingkar kehidupan keluarga terpandang tapi tertutup rapat soal pribadi. Baru saja Darmadi ingin memanggil Anita dari ponselnya, ia mendapatkan panggilan langsung dari salah seorang rekan bisnis yang amat penting. Gegas lelaki dengan gaya perlente itu pergi ditemani sekretaris dan supirnya. Di dalam mobil Darmadi meminta sekretarisnya yang lelaki agar mengatur pertemuan bersama Anita. Di tempat biasa di dalam rumah yang menjadi saksi bisu perselingkuhan keduanya. “Bisa, Pak, tapi kita selesaikan dulu pertemuan dengan rekan Bapak. Saya rasa ini sangat penting sampai ada panggilan mendadak. Bahkan melibatkan salah satu pejabat teras negara,” ujar sekretaris ber
Baca selengkapnya

18

“Woman!” Darmadi tersenyum ketika Anita diam saja melihat sejumlah nominal yang tertera di cek miliknya. “Duduk dulu kita bahas urusan ini dengan santai tapi serius,” lanjutnya. “Oke, karena ada untungnya, Nita dengerin sampai habis.” Nita menahan senyum di bibirnya. Ia tak suka terlihat matre di depan laki-laki. “Make sure kamu sudah makan, Nit.” “Udah, energi udah cukup untuk bahas bisnis kita, Om.” “Good. Om tidak akan basa-basi lagi. Dana sebesar ini akan Om titipkan sama kamu.” Darmadi menyodorkan cek senilai puluhan milyar. Pengusaha itu juga dititipkan oleh salah satu pejabat teras, dan demi menghindari wajib pajak yang begitu besar serta kecurigaan beberapa pihak termasuk istrinya, maka salah satu caranya yaitu melakukan pencucian uang. Anggap saja Nita merupakan salah satu cabang usaha yang produknya terus berputar. “Titip?” Anita heran. “Yes. Om titip dan dua persennya bonus untuk kamu. Silakan kamu pakai buat beli mobil, tas mewah, villa mungil atau berlian. Selama
Baca selengkapnya

19

Dua hari yang lalu Haira dan Ibu Mia kedatangan tamu perempuan cantik dan wangi ketika Aziz sedang bekerja. Katanya mengaku sebagai istri bosnya Aziz. Wanita yang sama pernah menjenguk Ibu Mia di rumah sakit dan memperkenalkan diri dengan nama Anita. Haira sempat curiga, kalau memang istri bos kenapa tidak datang dengan suaminya. Serta ada urgensi apa sampai harus ikut campur menjenguk mertua Haira. Lama-lama semua puzzle itu terasa cocok di kepalanya. Mulai dari pesan mesra di ponsel Aziz sampai sikap suaminya yang agak kasar. Haira menghela napas panjang, dadanya mulai terasa berat. “Haira, kamu melamunkan apa?” tanya Ibu Mia yang ikut duduk di ruang tamu. Menantunya baru saja menidurkan Yoga. “Nggak mikir apa-apa, Buk. Oh iya, besok kita harus kontrol sekali lagi ya, biar jawdal operasi Ibu nggak mundur-mundur lagi.” Haira menyayangi Ibu Mia dengan tulus. Sebab mama kandungnya yang sudah tiada. “Ibu ngerepotin kalian aja sepertinya. Ibu ingin pulang ke rumah.” Wanita paruh bay
Baca selengkapnya

20

Malam hari tiba, Aziz sudah pulang dari tadi dengan senyum terkembang. Tapi keberadaan kepala keluarga itu semakin terasa tidak nyata. Apalah lagi dengan ibunya sendiri, hanya sekadar melihat dan menyapa saja selesai. Tidak ada wujud bakti sebagai anak. Ia merasa sudah cukup dengan memfasilitasi BPJS untuk operasi tiga minggu lagi. Haira baru saja selesai menidurkan Yoga di kamarnya. Wanita bermata sendu itu menyisir rambut yang sepanjang pinggang. Haira berkaca dan merasa wajahnya tidaklah jelek-jelek amat. Tidak pula ada flek hitam, jerawat apalagi bopeng, tapi kenapa Aziz seperti enggan padanya. “Kenapa, ya? Bau badan juga aku nggak, udah pakai deodorant sama parfum.” Haira memang tak secantik Anita, tapi ia telaten menjaga diri agar terlihat menyenangkan di mata suaminya. Ibu satu anak itu menoleh ke belakang, sudah terdengar suara dengkur halus dari Aziz. Ia mendekat dan memeriksa di mana ponsel suaminya. Haira raba bawah bantal, tapi Aziz menggeliat dan ia pun menjauh seben
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status