Home / Pernikahan / Bukan Sekedar Istri Pengganti / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Bukan Sekedar Istri Pengganti : Chapter 11 - Chapter 20

23 Chapters

Bertemu Pengacara

Dengan tubuh sempoyongan Ambar keluar dari kamar mandi. Mulutnya terasa pahit dan kepalanya berputar. Sandy telah menghilang dari dapur. Ia melihat bungkusan burger di tempat sampah. Pria itu benar-benar menghabiskannya. Sialnya kini ia sama sekali tak berselera makan. Ia akan kembali ke tempat tidurnya saja.Saat berjalan ke kamar tampak Sandy sedang sibuk bertelpon. Ia tak peduli. Tubuhnya tak bisa di toleransi lagi. Ia pun langsung berbaring sambil memejamkan mata. Semoga bisa meringankn perasan tak enak dalam sistem pencernaannya. Tanpa terasa ia tertidur sejenak. Ia terbangun oleh dering ponsel. Ternyata Sita menghubunginya."Ada apa Sita?""Aku hanya ingin memberitahumu, kalau kau serius dengan perceraian jangan asal cari pengacara. Kau ingat satu nama, kan?" Ambar mencoba mengingat beberapa nama tapi ia menggeleng."Nama apa?" "Astaga, kau ingat Panji? Dalam reuni kemarin ia muncul. Ahh sudahlah, kau memnag tak pernah hadir dalam acara semacam itu," keluh Sita."Ya tentu sa
Read more

Dia Sakit Juga

Ambar membuka matanya dan ia sadar, kini ia ada di sebuah klinik atau rumah sakit. Ia pun mulai mengingat apa yang telah terjadi. Ia pingsan ketika bersama Panji di restoran. Ia pun mengedarkan pandangan mencari keberadaan Panji. Dari korden yang memisahkan dengan pasien lain, ia bisa mendengar sebuah suara yang ia kenal. Itu bukannya suara Sandy, suaminya? Ada suara lain yang juga dikenalnya. Kelihatannya yang menjadi pasien adalah si perempuan. Sebuah suara perempuan. Mungkinkah itu Rosemala? Memang dia sakit apa? batinnya. Ambar pun segera bangkit untuk duduk. Kepalanya masih sedikit berdenyut. Ia mrlighta jarum infus menembus pergelangan tangannya.. Tepat saat itu Panji muncul dari arah pintu keluar dengan membawa air mineral di tangannya. "Kau sudah sadar?" ujar Panji langsung mendekati ambar. Ambar merasa sungkan sudah merepotkan Panji. "Terima kasih sudah membawaku ke sini. Aku sudah baikan. Bailknya kita pulang saja," kata Ambar paling tidak suka terlalu lama di rumah sakit
Read more

Bab 13. Sesuatu yang tak Diharapkan

"Untuk memastikannya anda harus tes kehamilan. Bisa di sini atau dengan dokter pribadi anda," Ambar masih tak mengira ada kemungkinan kejadian hubungan intim beberapa minggu lalu akan berefek seperti ini. Ia berharap semoga saja ia tak mengandung. Ia sudah memutuskan untuk bercerai. Akan jadi lebih sulit, jika ia memang benar-benar hamil. "Putuskanlah Ambar," seru Panji membuyarkan lamunan Ambar."Sekalian tes di sini saja. Aku ingin segera tahu," kata Ambar merasa tak ada gunanya menunda-nundanya lagi. Dokter memberi isyarat pada perawat. Perawat itu pun memberikan alat tes kehamilan dan mengantarkan Ambar ke toilet. Beberapa saat kemudian Ambar keluar dan membawa hasil tes itu dengan raut wajah muram. Panji tak bisa menduga kalau kemuraman Ambar berasal dari hasil tes itu. Ambar kemudian memberikan hasil tes itu pada dokter. Dokter melibat alat tes itu dan kemudian tersenyum."Selamat ya Bu Ambar anda akan dikaruniai seorang anak. Bu Ambar bisa memeriksakan kandungan ibu secara
Read more

Bab 14. Ikut Mual

Setelah kepergian Sandy, Ambar segera memesan makanan dalam aplikasi dengan uang terakhirnya. Ambar kesal setelah melihat saldo di rekeningnya tak bertambah bulan ini. Rupanya Sandy malah tak memberinya jatah bulanannya. Saat ia memutuskan ingin bercerai, Sandy langsung menghentikan pemberian dananya. Dasar pria pelit. Sandy ingin menguasainya lewat dominasi keuangannya. Ambar membuka tas misterius itu. Ia meraih kartu itu menimbang-nimbang. Setelah tubuhnya fit, ia akan langsung mencari rumah Bi Inah.Ponselnya tiba-tiba berdering. Ia melihat Sandy yang menelpon. "Ya ada apa lagi?""Aku sudah memesankan makanan. Wajahmu pucat," seru Sandy singkat."Aku mampu membeli sendiri makananku. Kita akan bercerai aku,...." Ambar melihat panggilan telah diputus. Ia mendengus. Membelikannya makanan, tapi tak memberinya uang? Sandy makin tak bisa dimengerti. Yang jelas mulai hari ini, ia tak akan makan pemberian dari Sandy. Syarat perceraian adalah tidak memberi nafkah selama 2 tahun berturut-tu
Read more

Bab 15. Ketika Sandy Bertindak.

Pagi itu Sandy terbangun dengan rasa mual. Saat ia menggosok gigi beberapa kali ia nyaris muntah. Pasti ini gara-gara makanan luar. Ia harus membiasakannya. Ia pun kembali meminum pil anti mual sebelum berangkat kerja. Ia melihat pintu kamar Ambar tertutup. Pasti Ambar kondisinya masih belum pulih. Biarlah dia beristirahat dahulu. Ia segera menghubungi Tama asistennya saat dalam perjalanan ke kantor."Tama tolong pesankan aku masakan di katering khusus untuk sarapan di kantor. Kirimkan juga umtuk Ambar di rumah," perintah Sandy. Ia berharap kali ini katering tempat Tama membeli masakan akan cocok dengan perutnya. "Ya Pak. Apakah itu saja, tak ada yang lain," seru Tama."Oh iya apakah tadi malam apa yang aku suruh sudah beres?" tanya Sandy teringat tugas yang ia berikan tadi malam mengenai Panji."Pak seperti yang Pak Sandy inginkan. Pria bernama Panji itu tidak akan lagi bisa menjadi pengacara Nyonya Ambar. Pak Sunarto selaku kepala law firm telah memindahkannya untuk mengurusi kasus
Read more

Bab 16. Sindrom Cauvade

Dokter hanya mengerutkan dahinya penuh keheranan. Ia baru saja memeriksa kondisi Sandy.“Kenapa Dok?” tanya Sandy penasaran melihat reaksi dokter Murda.“Tak ada diagnosa yang pasti. Cek in terakhirmu semuanya normal,” kata dokter Murda masih berpikir.“Aku tak biasa dengan makanan luar. Kebetulan istriku berhalangan masak beberapa minggu ini. Jadi aku makan masakan luar. Apa itu mungkin bisa jadi penyebab Dok,” Sandy bangkit dari posisi berbaringnya setelah dokter selesai memeriksa tubuhnya. “Itu bisa saja terjadi. Namun biasanya itu akan disertai diare. Ini hanya mual dan muntah saja. Seperti gejala orang hamil. Apakah ini terjadi setiap pagi?” tanya dokter mulai menyimpulkan.“Kau benar. Aku tak pernah merasakan seperti ini, kalau aku makan makanan di luar. Paling aku akan muntah diikuti diare tapi itu hanya sebentar,” terang Sandy mulai ikut berpikir.“Apa istrimu hamil?” Dokter langsung ingin memastikan.Sandy sejenak bingung. Ia ingat beberapa minggu lalu saat ia memaksa Ambar
Read more

Bab 17

Sandy ingin segera memastikan apakah benar Ambar hamil atau tidak. Ia segera menghubungi Tama asistennya."Tama segera pergi ke rumah sakit! Dapatkan informasi mengenai kondisi Ambar dan diagnosanya saat ia ada di rumah sakit tempo hari. Aku ingin cepat tahu hasilnya," perintah Sandy.Sandy kini mulai ingat tentang kondisi Ambar belakangan ini. Perdebatan dan pertengkaran mereka. Semuanya akan berbeda jikalau memang Ambar betulan hamil. Memikirkan Ambar, ia jadi tak sabar. Segera ia memeriksa CCTV yang ada di rumah. Sialnya Ambar kini sudah lumayan cerdas. Wanita itu tahu posisi mana yang bisa di sorot kamera CCTV. Jadi, ia tak bisa melihat gambaran jelas kegiatan Ambar di rumah. Yang bisa ia tangkap hanyalah Ambar keluar rumah sekita jam 9 siang. Tak puas karena tak bisa memantau Ambar, Sandy pun segera menekan nomor ponsel istrinya. Panggilannya tak ada respon. Ia mencoba lagi. Panggilannya di luar jangkauan. Pergi ke mana Ambar, sampai ia sangat sulit untuk menghubunginya. Ia pun
Read more

Bab 18

Sebenarmya Ambar tak berniat untuk pulang kampung. Ia tak ingin memnuat neneknya khawatir bila mengetahui keadaannya yang sekarang. Ia sedikit menyesal, kenapa ia tak mengumpulkan semua hasil karyanya dalam satu map praktis. Terakhir ia pulang kampung setahun yang lalu. Itu pun dengan diantar pak Karim. Nenek tahu kondisi pernikahannya Hanya saja ia memberikan kebebasan pada Ambar untuk meneruskan atau tidak. Neneknya cukup memahami setelah kematian Pak Murtopo tak ada yang menjamin kalau keluarga Sandy tidak akan menyia-nyiakan pernikhan cucunya.Setelah hampir setengah jam naik gojek, Ambar turun di halaman rumah neneknya. Neneknya kini tinggal bersama keluarga besar yang tinggal di sekita rumahnya. Kehidupan nenek tak pernah kesepian karena kehadiran para keponakan, dan sepupu Ambar. Tampak pintu rumah nenek terbuka lebar. Ambar pun segera berjalan masuk. Di rumah tua inilah ia melewatkan awal kehidupannya sa,mpai hampir 17 tahun. "Nenek!" panggilnya terus berjalan ke arah dalam
Read more

Bab 19. Sakit

Ambar melihat Sandy memejamkan matanya di ranjang. Ia tak yakin Sandy benar-benar sakit."Minumlah, air oralit ini," ujarnya meletakkkan segelas campuran gula dan garam di meja samping ranjang. Sandy tak menyahut. Ia mencoba mengamati Sandy lebih dekat. Wajah pria itu tampak pucat dan bibirnya kelihatan kering. Ia memutuskan untuk mengguncang bahunya pelan. Ada kekhawatiran di hatinya, jangan-jangan suaminya itu pingsan."Sandy," serunya. Pria itu sama sekali tak bereaksi."Jangan bersandiwara," ujarnya sedikit panik. Nenek yang sejak tadi memerhatikan dari ambang pintu, kemudian masuk."Apa yang terjadi pada suamimu. Sejak datang kemari tampaknya sudah kurang sehat," kata Nenek kini meletakkan tangannya di dahi Sandy."Suhu tubuhnya sangat dingin.""Dia baik-baik saja Nek," sahutnya mencoba menghibur diri."Apa kalian bertengkar?" tanya Nenek menatapnya. Ia tak ingin menjawab."Nek aku sakit," ucap Sandy tiba-tiba, yang lebih mirip rengekan. Mata pria itu sedikit terbuka. Ambar langs
Read more

Bab 20

Malam itu Ambar menunggui Sandy menginap di klinik. Sandy ingin malam ini hubungannya dengan Ambar bisa mengalami kemajuan. "Mbar tolong, aku kedinginan. Naikkan selimutku," ucap Sandy pura-pura menggigil kedinginan. Ambar kini tak bisa membedakan apakah Sandy hanya pura-pura atau memang kedinginan. Dengan enggan ia segera membenah selimut Sandy. "Mbar apa kau tak penasaran, kenapa aku mual terus?" tanya Sandy melhat Ambar yang begitu cuek. "Dokter sudah mengatakan kau hanya salah makan," kata Ambar tak bisa menebak jawaban lain. Ia kembali fokus pada ponselnya "Kau tahu apa kata dokter pribadiku?" tanya Sandy lagi menatap Ambar. "Tentu saja aku tak tahu." Ambar berusaha tak peduli "Mbar, apa kau hamil?" tanya Sandy. Ambar langsung sedikit terkejut. Darimana Sandy tahu kalau dia hamil? Mungkinkah rumah sakit tempatnya kemarin di rawat, bisa membocorkan informasi seorang pasien. "Memang kenapa kalau aku hamil?" tanya Ambar bertanya balik. Ia masih tak ingin kehamilannya diket
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status