Semua Bab Wanita 50Ribu untuk Sultan Dubai : Bab 21 - Bab 30

46 Bab

Bab 20. Tes Kelainan Seksual

Dia menatap Risyad yang masih terkapar dengan wajah yang memerah padam, sepertinya marah. Sementara Risyad, dia hanya bisa menahan napas dengan emosi yang bergejolak hebat. "Kalau begitu cepat bangun. Kenapa masih memeluk saya!" Kontan tubuh itu menegak, bangun. Andara kembali duduk. Disusul Risyad yang membangunkan diri dengan gaya sit up. Begitu ringan cara Risyad mengangkat tubuh yang kenyataannya isi tubuhnya sepadat itu. "Puas kamu? Ada apa denganmu? Kenapa suka sekali rasanya kamu menggoda saya? Kamu tertarik sama saya?" serang Risyad kini tak peduli bagaimana tanggapan Andara. "Wah... Mulai nggak enak tuh bibir kalau ngomong." "Tidak perlu basa-basi! Katakan yang sejujurnya. Kamu menyukai saya?" Risyad tak mau mengalah kali ini. Matanya menatap kukuh, serius. Sial! Tatapan Risyad begitu tajam. Setelah suara bariton itu, juga tatapan Risyad menjadi hal yang membuat Andara mendadak kicep. Dia diam seribu bahasa, tak punya keberanian. "Kan gue udah bila–”Tanpa sadar Andara
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-27
Baca selengkapnya

Bab 21. Background Andara

"Aku sudah membiarkan kalian menginap tapi seperti ini balasan kalian!?"Sasa menggertak kedua orang di depannya yang sudah duduk di tepi ranjang menghadap padanya. Sasa sendiri duduk di kursi dengan wajah garang menatap tajam. "Jangan salahkan aku. Dia yang melakukan semua ini," sanggah Risyad, membela diri. Andara segera menoleh cepat, tidak terima. "Pinter banget lu ngeles!""Kamu yang narik tangan saya tadi!""Ya salah lu sendiri, kenapa lemah banget jadi lakik. Nggak guna banget!" sungut Andara. "Diam!" Begitu Sasa memekik, keduanya kompak terkejut langsung menatap si empunya suara. Diam seribu bahasa lebih berguna saat ini bagi dia orang itu. Benar apa kata Sasa, dia sudah memberikan tempat namun kamarnya di rusak begitu saja. "Aku tidak akan membiarkan kalian pergi sebelum kalian membersihkan tempat ini seperti semula!" Sasa melanjutkan. "Sasa jangan berlebihan. Aku akan panggil orang—”"Dengan tangan sendiri! Aku tidak mengizinkan orang asing masuk ke dalam rumahku! Kuin
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-28
Baca selengkapnya

Bab 22. Simpati Risyad

"Kapan kau kembali?"Pertanyaan Risyad itu buru-buru menguapkan lamunan Sasa yang mengantar kepalanya menoleh dari roti ditangannya. Seonggok daging utuh itu berjalan mendekat dengan tampilan yang sudah rapi. Sasa memang menyiapkan beberapa pakaian ganti, mengingat Risyad selalu datang tanpa kabar. "Baru saja. Kamarku sudah rapi lagi?" jawab Sasa sambil meletakkan satu roti di piring. "Lebih rapi dari pertama aku datang." Sasa mengangguk-angguk kecil. Risyad sudah duduk di kursi di depannya. Tak mendapati kehadiran Andara, Sasa lantas bertanya pada sosok jangkung yang saat ini mulai menyantap roti buatannya."Mana Andara? Kau tidak berbuat hal aneh padanya, kan? Kau....""Dia sedang mandi. Kenapa kau ini? Kepalamu kenapa suka sekali berpikiran aneh akhir-akhir ini?" cela Risyad secepatnya saat Sasa akan mulai melontarkan pikiran buruknya. Sayang, jawaban Risyad tadi justru membuat senyum kecil dibibir Sasa terbit. Tingkah usil itu tak bisa tertutupi sebab rasa bahagia yang muncul
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-28
Baca selengkapnya

Bab 23. Berita Baik (?)

Menyadari hening yang datang mendadak, membuat Andara melirik Sasa dan Risyad bergantian. Dua orang itu membisu dengan tatap yang terpancar rasa ... kasihan. Salah satu alasan kenapa Andara lebih suka memendam luka masa lalunya. Dia tidak ingin orang-orang mendadak merasa kalau dirinya adalah manusia paling menyedihkan hingga tidak bisa 'bertarung' di jalan yang sama. "Biasa aja, dong! Kayak gue orang paling tersakiti banget di dunia ini!" ujarnya membuyarkan tatap dua orang itu. "Maaf, Dar. Aku tidak tahu kalau—”"Kalau hidup gue penuh derita dan menyedihkan?" Andara melanjutkan. Tahu maksud Sasa. "Tidak! Jangan salah paham dulu. Aku hanya tidak tahu kalau kau sehebat itu. Dari caramu menikmati hidup, seolah kamu adalah orang yang tidak punya masalah. Kamu terlihat baik-baik saja dari yang seharusnya. Aku jadi malu. Aku terus berupaya besar-besaran menegaskan kalau aku adalah orang paling bahagia tapi tetap saja aku mengeluh. Aku tetap meratapi kenyataan bahwa aku adalah manusia
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-29
Baca selengkapnya

Bab 24. Hari Pertama Jadi Asisten

Dua tahun sudah waktu yang dihabiskan Risyad untuk mengejar Shama dan membuat istrinya itu bisa mendapatkan apa yang dia mau. Sejak Shama menjadi bagian dari hidupnya, Risyad seolah takut kehilangan hingga berakhir tidak protes bagaimana pun perlakuan yang dia dapatkan. Dan kabar yang baru saja diterima, memaksanya mengatakan pada diri kalau kebahagiaan sudah tiba didepan mata. Jika Shama sudah mendapatkan apa yang dia mau, maka Risyad pun berpikir kalau istrinya itu akan mulai membuka hati. Bukankah posisi itu yang terus Shama pinta pada Risyad hingga berakhir terus menghujaninya dengan tatap tajam dan peringatan?Ayahnya juga sudah setuju tanpa persyaratan yang kemarin. Hal mana lagi yang harus memaksa Risyad untuk terus berpikir? Sekitar lima belas menit Risyad menunggu di dalam mobil. Dia sudah tidak sabar, tapi Andara tak kunjung datang. Kesabaran yang setipis benang lima ribu tiga itu pun habis hingga memaksanya menekan klakson dua kali. Dalam hitungan detik muncullah profi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-29
Baca selengkapnya

Bab 25. Pembahasan Tentang Kelainan Seksual Risyad

Ting! Denting pintu lift terbuka mengudara, pertanda keduanya telah tiba di lantai yang dituju. Kaki jenjang Risyad segera melangkah, diikut si asisten. Baru saja bebas dari ruang segi empat itu, Risyad mendadak berhenti kala mendapati Shama, istrinya, masuk lebih dulu ke dalam ruang pertemuan. Pandangan keduanya sempat bertemu, namun detik itu juga Shama mengabaikan. Meski sangat singkat saat dia menatap Risyad, namun bisa disadari Shama kalau ada Andara di sisi kiri suaminya namun berjarak. Seringaian muncul dibibir Shama, seolah dia mengatakan dalam hati "Sudah berani terang-terangan". "Kamu duduk di mana saja. Tunggu saja saya keluar. Setelah itu—”"Gue ngerti!" cela Andara secepatnya. "Udah lu pergi aja sana. Dikira gue anak anjing apa? Takut ilang!" "Saya pikir kamu masih gugup," terang Risyad. "Udah sono ah! Banyak cerita lu!" Andara gemas segera mendorong tubuh Risyad hingga pria itu maju beberapa langkah. Alih-alih marah, entah kenapa Risyad lantas terima-terima saja at
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-29
Baca selengkapnya

Bab 26. Dipermalukan

Andara segera melaksanakan tugas yang sebenarnya bukan tanggungjawabnya. Gadis berkulit putih itu memberikan botol pertama pada pria yang merupakan kolega Lukas. Begitu seterusnya hingga suara Lukas kembali membuka senyap yang sempat muncul. "Saya sebenarnya malu membahas ini pada kalian. Tapi jika kalian tidak keberatan, adakah diantara kalian yang punya kenalan atau mungkin tahu pengobatan yang ampuh untuk Risyad?" Ucapan sang ayah lagi-lagi mengundang kerutan di dahi Risyad. Dia tidak tahu apa masalah yang sedang dibicarakan saat ini. Yang bisa Risyad tangkapadalah inti permasalahan adalah dirinya. Dan pertemuan ini diadakan khusus untuk membahasnya. Begitu juga Andara yang ikut penasaran akan ucapan Lukas barusan. Didetik yang sama Andara sempat menghentikan langkahnya begitu mendengar pernyataan Lukas. Gadis itu sengaja memperlambat langkahnya sembari menatap Risyad yang kini mulai gelisah. Pria itu sesekali menyugar rambut tebalnya, juga membuat mimik wajah yang malas. Tampak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-30
Baca selengkapnya

Bab 27. Mulai Jengah

"Risyad! Jangan membantah lagi. Jangan berbicara satu kata pun hanya untuk mengelak semua apa yang telah ditetapkan!" Risyad terpaksa diam sebab ancaman sang ayah yang tampak serius. Dia hanya bisa menahan erang dalam dada, yang mana membuat napasnya terasa sesak. Mendadak saja darahnya serasa mendidih, tidak terima semua apa yang dikatakan. Terlalu hina fakta yang dia terima ini. Tidak! Mari meralat. Bukan fakta yang terlalu hina, tapi fitnah yang terlalu menjijikkan. Dan dia juga harus terluka dua kali karena fitnah itu muncul dari istrinya sendiri. Sosok yang sampai detik ini dia harapkan cinta dan kasihnya, sosok yang terus saja menjadi alasan kenapa Risyad tetap memilih menjadi orang yang patuh. Dan sosok itu jugalah yang kini berhasil menancapkan satu luka yang kali ini begitu terasa pada Risyad ."Shama, besok ada pertemuan yang sudah kita sepakati. Apa kau tidak keberatan mengatakan pada kolega kita nanti, kalau masalah datangnya penerus Al Maktoum akan menjadi pusat perhatia
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-30
Baca selengkapnya

Bab 28. Penganiayaan

"Apa-apaan ini, Shama? Aku tidak pernah berpikir kau akan sampai sejauh ini?" sergah Risyad menghentikan langkah sang istri. "Menyingkir kau! Kau tidak dengar apa kata ayah tadi? Aku harus mengatur pertemuan dengan dewan direksi. Pemindahan saham akan terlaksana. Jadi jangan ganggu aku!" desis Shama seraya menarik tangannya dari genggaman Risyad. Pria itu membuang napas tawa pahit, tak menyangka kalau Shama sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah atau mungkin rasa malu terhadapnya. Jangankan untuk merasa bersalah, Shama bahkan tak segan-segan menatap nyalang mata sang suami meski 'badai' yang dia ciptakan telah mengorek luka di dalam hati Risyad. "Aku belum selesai bicara. Shama!" erang Risyad, geram. Shama berjalan begitu saja, abai akan percakapan yang mereka bahas. "Ada apa denganmu? Lepaskan aku!"Tak tahan, Risyad menarik paksa tangan Shama dan membawa gadis itu mengikuti langkahnya. Meski berontak, Risyad tetap menahan hingga mereka tiba di lorong tangga darurat. Sengaja
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-02
Baca selengkapnya

Bab 29. Peduli Risyad

Risyad gemetar. Dia benar-benar linglung akan tujuannya. Rasa getir, khawatir, dan bersalah menyatu dalam satu membentuk suatu gerakan yang pasif. Dia mengemudi, akan tetapi raganya seakan beku, membatu, ketika melihat lagi keadaan Andara di sebelahnya yang sudah menyerupai orang yang habis kena pembantaian.Satu-satunya tujuan yang ada dibenak Risyad saat ini adalah rumah Sasa. Dia tidak memikirkan untuk pergi ke rumah sakit besar, atau ke tempat dokter-dokter kolega perusahaannya. "Astaga! Andara!" Nyaris saja jantung Sasa ikut melompat saat dihadapkan potret Andara yang babak belur digendongan Risyad. "Tolong... tolong dia...," lirih Risyad. Wajahnya memucat. Secepat mungkin bala bantuan yang diberikan Sasa didapati Andara. Kamar kemarin masih tetap yang utama untuk menampung gadis itu. Sasa ikut getir, takut-takut. Dalam gerakannya yang memberikan pertolongan pertama, menuturkan dalam dada 'Tuhan tolong yang ini. Kau sudah mengirimkannya kepada kami. Bukankah seharusnya kami me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status