Semua Bab Antara Cinta dan Misi Sang Assassin: Bab 11 - Bab 20

23 Bab

Part 11 : Berniat Menggoda

Melihat Zora datang Alan berniat memerasnya dengan kejadian pagi ini, dimana dia mendapatkan cidera. Alan berpikir Zora datang karena takut kehilangan pekerjaannya, bagaimanapun Zora membuat keributan dihari pertamanya. "Haha, jackpot." batin Alan dengan wajah berbinar begitu dia melihat Zora menghampirinya sambil menundukan kepalanya. Tetapi kebingungan yang menimpa Zora saat ini tidak mampu mandengar ucapan Alan yang menyambut dengan makian didepannya. Suara yang ia dengar meyakinkannnya untuk tidak ragu dalam membunuh, itu bukan pertama kali dia mendengarnya. Alan memiliki emosi kurang stabil dan cepat dipenuhi amarah, dengan wajah yang merah padam Alan mengangkat tangannya lalu dengan kasar menampar pipi Zora. Dia tidak terima diabaikan oleh wanita seperti Zora, bagaimanapun Alan berpikir harus memberi wanita ini pelajaran. Zora tersentak oleh tamparan yang dilayangkan pada pipinya, seketika wajahnya mengeras dan sadar dari lamunannya. Ternyata sejak memasuki ruangan itu Zora
Baca selengkapnya

Bab 12 : Pingsan

Hari pertama Zora bekerja terasa cukup berat, detik demi detik yang seiring dengan jarum jam yang bergerak perlahan. Akhirnya jam menunjukan pukul 04:00 pm waktu yang dinantikan semua orang yang sedang duduk disekitarnya. Semua orang bangkit dari kursi masing-masing dan bersiap untuk pulang kerumah untuk mengistirahatkan diri, begitu juga Zora yang yang sudah siap meninggalkan kursinya. "Hai" ucap seseorang menahan tangan Zora. Zora menoleh, lalu dia menghempaskan tangan pria yang memegangnya sembarangan. Zora menatap pria itu dengan bingung, di ruangan yang hanya tersisa mereka berdua hingga membuat suara pria itu sedikit menggema. Pagi ini dia mengalami hal yang menjengkelkan karena seseorang sembarangan memegang tangannya, Sore hari pun hal itu terulang lagi."Untung saja tangannya tidak ku patahkan lagi." gumam Zora."A-aku juga karyawan baru disini, namaku Johan." salam pria itu memperkenalkan diri dengan kikuk. Dengan badan yang tidak terlalu besar dan lebih tinggi sekitar 3
Baca selengkapnya

Part 13 : Wanita Kaku

Satya membaringkan tubuh Zora di ranjangnya yang dibalut oleh kain sutra halus dan lembut berwarna putih polos, tanpa corak yang menurut Satya terlihat risih, dan berniat meninggalkan Zora tertidur di ranjangnya untuk sementara. Sedangkan Satya berniat membersihkan diri setelah seharian bekerja, ia merasa tidak nyaman dengan tubuhnya yang terasa berat dan kulit yang rasanya sedikit lengket. Rasa lelah yang seakan menyerangnya secara perlahan dari pagi hingga sore kini kian menumpuk. Ia membuka kemeja yang dikenakannya tanpa merasa terbebani bahwa ada orang lain di kamar itu, Satya terus melanjutkan gerakannya sambil memandang wanita yang terbaring tanpa pertahanan diri di depannya.'Apa dia akan akan marah jika tau aku membawanya kesini?' gumam Satya, pandangannya masih tertuju pada Zora yang terbaring. Satya sedikit meragukan tindakan yang sudah ia lakukan, dan berpikir seharusnya ia mengantar wanita itu kerumah sakit dari pada memenuhi egonya yang ingin membawa wanita itu ke apar
Baca selengkapnya

Part 14 : Menginap

Satya masih menunggu Zora di meja makan, dia berpikir mungkin Zora kesulitan dalam mengatasi rasa malu untuk makan bersamanya setelah apa yang terjadi. Memikirkan itu membuat bibir Satya sedikit naik tanpa sadar. 'Apa yang gadis itu lakukan?' gumam Satya kesal. Tak kunjung keluar kamar Satya ingin mendatanginya, tapi begitu Satya bangun dari kursi Zora baru saja muncul dengan rambut yang disanggul seadanya dan terlihat berantakan. 'Apa dia mengacak-acak rambutnya karena frustrasi?' pikir Satya sambil tersenyum, namun dia sembunyikan ketika mata keduanya bertemu. "Kalau ada orang lain yang melihat keadaanmu sekarang, mereka pasti berpikir aku seorang bajingan yang tak pernah kenyang." ucap satya. "Apa maksud bapak?" tanya Zora kebingungan. "Bukan apa-apa, duduklah dan makan." pinta Satya. Zora diam menatap meja makan yang terbuat dari kayu solid dengan empat kursi yang tersusun rapi di di depannya, tidak ada apapun di atas meja. Zora mengerutkan kening dan berpikir apakah dia dis
Baca selengkapnya

Part 15 : Telanjang Dada

Subuh tiba dengan keheningan yang mendalam, seolah dunia sedang beristirahat sejenak sebelum memulai keramaian hari baru. Langit masih gelap, dengan bintang-bintang yang berkelipan di kejauhan, namun ada semburat cahaya lembut di ufuk timur yang menandakan fajar akan segera tiba. Zora tak kunjung bisa menutup matanya hingga pagi menyingsing, tempat itu terasa asing baginya. Sangat sulit untuk tidur, dia memikirkan apa yang dia alami sejak pagi. Kemarin malam Zora sudah mengelilingi semua ruangan dan seisi apartemen ini, ternyata benar ada CCTV di beberapa titik yang mampu merekan semua bagian apartemen kecuali kamar yang ditempati Satya. Ada 2 kamar kosong yang terlihat rapi dan bersih walaupun itu tidak ditinggali, entah kenapa Satya tidak menyuruh Zora untuk menggunakan kamar itu. Setelah melihat semuanya Zora kembali kekamar, dan melewati ruang tamu. Dia meliha Satya yang terbaring dengan tenang di sofa menggunakan piyama, dan bertelanjang dada. Dia menutupi wajahnya dengan seb
Baca selengkapnya

Part 16 : Cantik

Zora akhirnya tiba dikantor. Orang-orang berlalu lalang kesana kemari dengan kesibukan mereka masing-masing. Semua orang yang dilewati Zora terlihat bersemangat dan begitu penuh dengan energi, Wajah mereka terlihat cerah walaupun di sambut dengan segudang pekerjaan. Sangat berbanding terbalik dengan Zora, kantong matanya yang sedikit menggelap akibat begadang sepanjang malam. Pagi ini dia benar-benar kerepotan, Zora pulang naik taksi tapi tidak memiliki uang cash untuk membayar biaya taksinya. Entah itu adalah hari sialnya atau tidak, ponsel genggamnya pun ikut mati seakan menjebaknya di tengah situasi itu. Beruntungnya sang supir taksi merupakan orang yang pengertian, dia dengan sabar mengantar Zora ke ATM terdekat. Akhirnya masalah itu terselesaikan dengan damai karena bantuan dari sang supir. Zora bergegas lari menaiki tangga gedung apartemen usang dan berkarat itu, langkah demi langkah dia lewati hingga sampai di depan pintu apartemennya. Zora terlihat buru-buru seakan dia di
Baca selengkapnya

Part 17 : Ingin Tertawa

Tujuan Satya datang kesini untuk memberikannya obat salep, kemarin malam dia membeli obat itu untuk Zora. Merasa lebamnya tidak akan sembuh hanya dalam waktu semalam, lebih baik memberikannya dari pada dibiarkan seperti itu. Tadi pagi dia lupa memberikan obat itu, karena terburu-buru. Dia datang kesini tanpa sadar dan melupakan pekerjaannya yang menumpuk, jika Andika mengetahuinya dia pasti akan mengomeli Satya sepanjang waktu. Satya menghela nafas panjang, memijat pelipisnya sendiri. Ingin rasanya dia menertawakan dirinya sendiri, tindakannya akhir-akhir sejak dia bertemu gadis itu sangat di luar dugaan. Untuk apa dia mendatangi gadis itu, mengantarkan obat hanyalah alasan yang ia gunakan. Sesungguhnya dia hanya ingin bertemu dengan Zora. Satya yang sibuk dan asik dengan pikirannya sendiri mengabaikan keadaan sekitarnya, tanpa ia sadari Zora yang berada di sampingnya perlahan membuka mata. Zora terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang berat. Tubuhnya terasa lelah dan kaku,
Baca selengkapnya

Part 18 : Makan siang bersama

Ashan berjalan cepat menghampiri Zora, dengan niat ingin memarahinya. Zora tidak melakukan kesalahan apapun, tapi dimata Ashan yang dari awal sudah membencinya pasti setiap tindakan kecil apapun akan dijadikan sebuah kesalahan. Ashan mengepalkan tangannya dengan keras, wajahnya merah padam menahan kesal. Zora dari awal sama sekali tidak menunjukan rasa hormat sedikitpun padanya sebagai atasan. Ashan berpikir bagaimanapun dia sebagai karyawan baru harus menyadari posisinya di perusahaan ini. "GEAA" bentak Ashan. Seketika rauangan yang berisik langsung hening, begitu suara itu mencapai ujung di setiap telinga karyawan yang ada. Suara itu seharusnya mampu membuat telinga orang yang mendengarnya merasa sakit, mungkin karyawan yang berada disana sudah terbiasa hingga tidak ada reaksi yang serius. Mereka hanya diam menyaksikan apa yang akan pemimpin mereka lakukan terhadap gadis itu. Termasuk Zora, dia tidak menanggapi suara lantang yang menyebut nama samarannya itu dengan kasar. Berunt
Baca selengkapnya

Part 19 : Saling Mengejek

'Apa aku harus ikut mengantri juga?' batin Satya sambil melirik jam tangannya, mengangkat kepalanya menatap antrian panjang yang membentang di depannya. Dengan alis berkerut, Satya memejamkan matanya dan memantapkan pikirannya yang enggan mengantri. Mau tidak mau dia harus ikut mengantri, tidak mungkin untuk menerobos antrian hanya karena dia seorang direktur. Itu akan menimbulkan masalah nantinya. Setelah mengantri selama waktu 20 menit akhirnya tiba giliran Satya dan Zora di belakangnya, Satya memperhatikan makanan yang berderetan di depannya, ditangannya sudah ada nampan berwarna perak dan bagian isi yang berbeda bentuk dengan kesan yang sederhana. 'Pantas tercium aroma yang enak, ternyata makanannya cukup enak.' batin Satya. Makanan yang berjejeran di depannya terlihat menggiurkan, Satya manatapnya satu persatu. Sayur-sayur masih terlihat segar, mulai dari ikan yang dibaluri bumbu yang melimpah sehingga aromanya tercium dari jarak jauh. ‘Ohh, yang ini terlihat enak.’ batin Sa
Baca selengkapnya

Part 2 : di abaikan

Bagaikan aliran air yang mengalir tanpa henti, waktu berlalu begitu cepat.Sudah satu bulan berlalu begitu saja, Zora bekerja dan beradaptasi dengan baik di kantor Satya. Walaupun ada beberapa orang tidak suka dan senang menjahilinya, namun dia memilih tetap diam mengabaikan dan tak membalas apa yang telah mereka lakukan terhadapnya. Begitu juga Satya selama satu bulan tidak datang mencari ataupun menanyakan kabarnya. Seolah tidak pernah saling mengenal, Satya hilang tak mencarinya seperti awal saat mereka bertemu, bahkan saat mereka berpapasan dikantor Satya langsung membuang muka dengan sombongnya. 'Sebenarnya aku mengharapkan dia lebih menyukaiku sedikit lebih lama.' batin Zora. Zora berpikir ketertarikan Satya padanya hanya bersifat sementara. Yah itu memang tidak mungkin bertahan lama, mereka bertemu belum lama ini dan Satya sekarang mungkin sudah merasa bosan pikir Zora. Selama satu bulan penuh Zora tidak pernah memikirkan rencana untuk misinya, dia hanya fokus mendengarkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status