Mas Herman tidur nyenyak ketika aku masuk ke kamar. Waktu menunjukkan pukul setengah satu tengah malam. Biasanya di jam segini pria itu masih duduk di depan laptop. Ah, besok hari Minggu. Setelah membersihkan diri, aku langsung berbaring di sampingnya dan secepat kilat menuruti kantuk yang sejak tadi bersarang di pelupuk mata. Besoknya saat terbangun, jendela kamar sudah terbuka dan cahaya yang terang telah memenuhi ruangan. Saat kuraba ranjang di sampingku, tak kudapati Mas Herman. Aku berusaha bangun sembari menahan rasa pening di kepala. Semenjak bekerja sebagai asisten Mbak Keke, tidurku menjadi tidak teratur. Jam berapa sekarang? Kutengok jam di ponsel. “Jam sepuluh.” Aku mengusap wajah sebelum bangun dan mengambil handuk ke kamar mandi. “Oh, Tuan putri udah bangun? Pasti capek ya habis kerja selama dua malam di luar rumah?” Aku menghentikan langkah, serta merta menengok ke ruang tengah di mana Mbak Yuli, Ibu, dan Mas Herman duduk di sofa dengan tiga kotak bubur tergeletak
Last Updated : 2023-12-15 Read more