Semua Bab Cinta Sang Dokter Untuk Gadis Nakal: Bab 21 - Bab 30

42 Bab

Bertepuk Sebelah Tangan

"Apa kau bahagia, jika berpisah denganku?" Pertanyaan kak Adi membuatku bingung. Bahagia katanya, dengan atau tanpa dia pun, perasanku tetap sama. Aku tidak pernah merasa bahagia. "Setidaknya, aku tidak membuatmu repot Kak." jawabku apa adanya."Ra, aku ini suamimu, sudah sepantasnya, aku menanggung semua kebutuhanmu, jadi jangan jadikan itu sebagai alasannya." "Kak, kita suami istri hanya diatas kertas, nyatanya hubungan kita tak lebih hanya sebatas kakak beradik saja, iya kan?"Tak kuhiraukan lagi rasa sakitku, aku ingin meluahkan perasaan ini, yang selama ini menyiksaku."Iya Ra, memang ku akui, aku belum bisa menjadi suami yang baik buat kamu. Tapi tolong, jangan lagi katakan, kalau kamu ingin pisah denganku," kak Adi menggenggam erat tanganku."Terus aku harus bagaimana kak? "Aku capek hidup begini terus, kenapa sih kak, dulu nggak biarin aku mati saja." Aku benar-benar kecewa dengan nasibku ini."Ra, aku ingin kamu tetap disini, menjadi pendampingku, menjadi istriku selamany
Baca selengkapnya

Karena Aku Mencintaimu

"Ra, aku boleh tanya sesuatu nggak?" Ucap kak Adi sembari menatapku."Kakak mau tanya soal apa?" Aku pura pura bersikap biasa, padahal hatiku berdebar tak menentu, melihat tatapannya."Ra, apa kamu menyukai Dokter Angga?"Aku terkejut mendengar pertanyaan kak Adi, aku kira kak Adi akan menanyakan tentang perasaanku padanya, tapi malah soal mas Angga."Kak, bisa nggak sih jangan bahas Mas Angga, aku lagi males ngomongin orang lain," Kuharap kak Adi lebih peka dengan jawabanku ini, ya aku hanya ingin ngomongin tentang kita, tentang aku dan kak Adi."Maaf Ra.""Kak, sekarang aku yang tanya, bolehkan?" Kuberanikan menatap wajah kak Adi, pria yang sudah kembali membuatku jatuh cinta, pria tampan dengan hidung yang mancung serta mata yang indah, aku berharap dapat memilikinya, untuk selamanya."Mau tanya apa Ra?"Kak Adi balas menatapku, kali ini lebih mesra, ya ampun detak jantungku semakin tak beraturan."Kamu mau tanya apa? Kok malah diam sih?" Ucapnya seraya memencet hidungku."Iih sa
Baca selengkapnya

Panggil Aku Mas

"Minta apa Kak? Jangan mesum deh," ujarku merasa sedikit takut. Takut kak Adi berbuat sesuatu di luar batas, bukannya apa, ini kan temodt terbuka."Nggak sayang. Masa di sini mesum. Mesumnya nanti saja, kaldu sudah di ksr," bisik kak Adi tepdt di telingaku. Membuat bulu kuduku terasa merinding."Kak, serius ya," pintaku sedikit cemberut. "Iya sayang, kali ini aku serius. Aku ingin, kau tidak lagi memanggilku kakak, tapi panggil Aku Mas, oke!" ucapa kak Adi, menatapku serius. "Hemm, baiklah Kak. ehh maaf, Mas." balasku sambil terkekeh. Ya, jujur aku merasa lucu saja, mungkin karena belum terbiasa.Hari ini, aku benar benar merasa sangat bahagia, sepanjang perjalanan pulang, kita selalu bergandeng tangan, tak perduli walau berpapasan dengan orang lain, toh mereka juga pernah merasakannya. Merasakan yang namanya jatuh cinta.Sampai didepan rumah, kami dikejutkan oleh kehadiran Mas Angga. Mungkin dia mau mengajakku jalan jalan, seperti janjiku tadi pagi, duh maaf yak kak, kalau aku
Baca selengkapnya

Teman Tidur

"Mas Adi?" ucapku lirih.Ya ampun, sejak kapan mas Adi tidur disini, kok aku sampai tak tahu kehadiran mas Adi.Ku lepaskan tangan mas Adi perlahan, lalu segera bangun dari tidurku. Kubuka jendela kamar, rupanya hari sudah pagi, namun sepertinya mas Adi masih terlelap. Sepertinya dia kelelahan.Ku selimuti kembali tubuhnya, sambil sesekali, aku memandangnya. Sekalipun mas Adi sedang tidur, dia tetap terlihat sangat tampan, tak hanya wajah tampan, dia juga sangat perhatian, betapa bahagianya hatiku saat ini.Puas memandang suamiku, aku berniat untuk mandi, namun tiba tiba mas Adi terjaga. "Mau kemana sayang?" Tanya mas Adi."Aku mau mandi Mas," Jawabku jujur."Sini Ra, Mas kangen tau," Mas Adi menarik tanganku, hingga aku terjatuh dipelukannya.Jantungku berdetak kencang, aku takut mas Adi, akan melakukan sesuatu padaku. Ya, aku merasa belum siap."Mas, aku..."Ssstttt, jangan banyak bicara,"Ucapnya seraya meletakan jarinya di bibirku.Aku hanya terdiam, sembari menatap mas Adi."Ra
Baca selengkapnya

Jangan Panggil Tante Lagi

"Ra, kamu kenapa? apa aku menyakitimu?" Mas Adi terlihat seperti merasa bersalah. Aku menarik nafas panjang. Ada rasa sesak yang mengganjal di hatiku. "Mas, apa kamu tidak menyesal, telah menikah denganku?" pertanyaan ini yang selalu melintas di kepalaku. "Kenapa bertanya begitu sayang?" Mas Adi menggengam erat tanganku. "Mas, aku bukan wanita baik-baik, aku merasa tidak pantas, untuk mendampingimu," ujarku lirih. "Ra, tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga, aku dan dirimu. Aku mencintaimu tulus, jadi mulai sekarang, lupakan masa lalu, kita mulai semuanya dari awal, kamu mengerti." "Iya Mas. Maafkan aku ya," Aku sangat terharu, mendengar ucapan mas Adi. Ya, semoga saja, mas Adi memang, tulus menerimaku.*** "Ra, boleh Tante minta sesuatu sama kamu?" tanya Tante Dina, saat aku baru saja menyeduh kopi untuk mas Adi."Mau minta apa Tante?" jawabku lirih. Aku yang penasaran, ingin segera mendengar apa permintaannya. "Tante mau, mulai sekarang, kamu jangan panggil Tant
Baca selengkapnya

Hanya Mengorek Luka Lama

"Kamu kenapa sayang?" Mas Adi trlihat panik saat melihatku. "Aku lapar," sahutku, sambil memegang perut. "Kita makan ya," ucapnya. Aku hanya mengangguk, sambil berucap syukur dalam hati, karena selamat dari terkaman mas Adi. ***"Ra, besok kita jalan jalan ya," Ucap mas Adi, ssaat aku menyambutnya pulang dari kerja. Mas Adi tampak lelah dan langsung duduk diruang tamu."Serius Mas?" Tanyaku setengah tak percaya. "Iya sayang," Balasnya seraya mengacak rambutku."Mas, sudah minta cuti beberapa hari, jadi kita bisa pergi kemanapun kamu mau," senyum manis terukir di bibirnya. Membuat dia makin terlihat tampan. Sungguh aku makin cinta, saat melihatnya."Apa kamu mau bulan madu sayang?" Mas Adi sepertinya sangat serius."Nggak usah lah Mas, jalan jalan saja ya?" Pintaku sembari bergelayut manja pada Mas Adi."Iya sudah sayang, terserah kamu saja. Yuk masuk!" Ucapnya, membuatku jadi terkejut, karena mas Adi mengajakku berdiri dengan menarik tanganku secara tiba tiba."Haah, masuk? Buka
Baca selengkapnya

Bertemu Kak Ayu.

"Seseorang menyebut nama Dinda, dan aku seperti mengenal suaranya. Aku terkejut, ketika menoleh, kak Ayu, sudah berada di sampingku. "Kak ayu," Aku langsung memeluk kak Ayu, penuh haru."Dinda, ya ampun Din, kamu kemana saja, kakak mencarimu kemana mana Din. Maafkan kakak ya, gara gara kakak, kamu jadi seperti ini." Kak Ayu memelukku erat sembari menangis. Sungguh aku tak menyangka bisa bertemu lagi dengan kak Ayu, bahkan aku hampir melupakan kak Ayu."Kak, Dinda kangen sama kakak, bolehkan kita ngobrol sebentar?" Tanyaku pada kak Ayu."Pasti Din," Kak Ayu melepas pelukannya."Sayang, sudah selesai belum belanjanya?" Tanya mas Adi, yang tiba tiba saja datang."Din, ini siapa?" Tanya kak Ayu."Kenalin kak, ini Mas Adi, suamiku," Kak Ayu tampak bingung, seperti tak percaya."Suami Din?" Tanya kak Ayu lagi."Iya kak, nanti aku ceritain ya. Sekarang aku mau kekasir dulu ya kak, nanti setelah itu kita lanjut ngobrol." Bergegas aku membawa keranjang belanjaan ke kasir, diikuti mas Adi da
Baca selengkapnya

Ingin Pulang.

"Kenapa dengan ayeh dan ibuku Kak?" hatiku bergetar, mendengar ucapan kak Ayu, yang di jeda. "Ayah ibumu, sudah berpisah Din." ucap kak Ayu. "Maksudnya bagaimana Kak?" tanyaku penasaran. Ayahmu, Om Bagas, dia bilang, sudah menceraikan ibumu." jelas kak Ayu. "Aku tahu alasan ayah menceraikan ibu. Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Aku harap, mereka bisa rujuk kembali." ucapku sedih. "Amiin. Doa terbaik untuk mereka Din," ucap kak Ayu. "Terimakasih Kak. Aku permisi dulu ya Kak," pamitku pada kak Ayu. "Iya Din, kamu hati-hati ya."Sepanjang perjalanan pulang, pikiranku selalu terbayang kedua orang tuaku, hatiku selalu bertanya tanya, apakah benar yang dikatakan oleh kak Ayu, kalau mereka sudah berpisah. Lalu siapa yang menempati rumah itu, papa atau mama?"Ra, kamu mikirin apa sih? "Dari tadi kok diam saja? Tanya mas Adi heran."Nggak ada kok Mas." Jawabku pelan."Ya sudah, ceritanya nanti saja, sekarang kita sudah sampai, yuk turun," Ajaknya.Ya ampun, gara gara aku terlalu ba
Baca selengkapnya

Ketika Kembali Kerumah.

"Ra, kamu jadi pulang kan?" Tanya mas Adi selesai, kami sarapan."Jadi dong Mas, tapi..."Tapi apa sayang?" Mas Adi seperti penasaran, karena tak kuteruskan ucapanku."Aku bingung Mas, bagaimana caranya aku menjelaskan pada mereka," ucapku sedih.Sungguh aku bingung, apa yang harus aku katakan pada papa dan mama, tak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya, aku takut mereka shok, mendengar penjelasanku."Arra, kalau menurutku, lebih baik, kamu katakan saja, yang sebenarnya. Aku yakin mereka akan mengerti. Percayalah, mereka akan baik baik saja, sekarang kan sudah ada Mas yang bersamamu." Jelas mas Adi tegas."Baiklah Mas, aku akan ikuti saranmu!" meskipun Ragu, namun aku bertekad ingin mengatakan yang sebenarnya."Gitu dong sayang. Kalau gitu kita siap siap dulu yuk!" Ajak mas Adi sambil meraih tanganku."Aku mandi dulu ya Mas?" Segera kuraih handuk dan membawanya ke kamar mandi."Ra, tunggu!" Teriak mas Adi. "Ada apa Mas?" "Bareng saja mandinya ya?" Mata mesumnya sudah kelihatan, a
Baca selengkapnya

Menjadi Tahanan

"Mbak, sebenarnya apa yang terjadi pada pak Bagas?" Tanya mas Adi. "Pak Bagas di tangkap polisi Mas," Jawab mbak Marni."Apa! "Papa di penjara? Papa salah apa Mbak?" Tanyaku dengan air mata bercucuran."Aku tidak tahu Non?" Jawab mbak Marni sambil menunduk."Ra, mungkin saja, ini ada hubungannya dengan orang yang dendam pada papamu," jelas mas Adi "Maksudnya, papa dijebak!" Mungkin benar yang dikatakan mas Adi, ini ada hubungannya dengan orang itu."Bisa jadi Ra, sekarang kamu tenangkan pikiranmu, nanti kita kekantor polisi, jenguk papa," Ucap mas Adi."Aku ikut ya Non, aku juga pingin lihat bapak," Ujar mbak Marni."Iya Mbak." jawabku lesu."Mbak, papa dan mama sudah tak ada dirumah ini, kenapa mbak masih bertahan disini, siapa yang gaji mbak, nggak ada kan?" Tanyaku heran."Bapak yang menyuruh, agar Mbak tetap disini, bapak takut kalau suatu saat Non pulang, tak ada siapa siapa dirumah ini, dan bapak sudah menggaji saya selama setahun, saya tak mungkin mengkhianati bapak, mengkh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status