Wajah Gavin berubah keruh. Pertanyaan Prisha betul-betul merusak mood-nya. Rasanya ia ingin sontak berdiri, menggebrak meja, lalu meninggalkan meja makan sambil membanting piring. Akan tetapi, wajah imut di depannya terlihat kepo mengharap jawaban. Gavin jadi tidak tega. Binar-binar mata zamrud Prisha terlalu indah untuk diabaikan.“Aku begini hanya padamu,” katanya lembut. “Benarkah?” Mata Prisha berbintang-bintang. “Tolong jangan ungkit lagi masa lalu. Hanya akan merusak suasana hati. Aku jadi benci pada diri sendiri karena pernah salah meletakkan hati. Maaf, bukan bermaksud memburukkan ibumu. Kamu tau bagaimana dia.”“Oh, maafkan saya,” ungkap Prisha, sungguh-sungguh merasa bersalah. “Saya janji nggak akan ngulangi lagi. Entah kenapa, tetiba saya penasaran ....”Gavin berdecih. “Dari sikapmu itu, aku tau, kamu tak lebih posesif dariku.”Prisha tak kuasa membantah. Gavin benar. Gadis itu mengedip-ngedipkan mata, menekan rasa malu. Pipinya merona merah. Lantas, ia melanjutkan makan
Last Updated : 2024-01-20 Read more