Home / Horor / GARIS DARAH WARISAN / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of GARIS DARAH WARISAN: Chapter 11 - Chapter 20

25 Chapters

BAB-11 TAWARAN SEKAR AYU

Eyang Putri tersenyum, lalu dengan perlahan tubuhnya pun berdiri. Sementara itu Arjuna tetap duduk bersimpuh dengan kepala tertunduk.“Sekar Ayu, cucuku! Masuklah!”Sekar Ayu ternyata sedari tadi berdiri di luar pintu kamar Amanda. Dirinya berdiri dengan tenang dan anggun, menunggu perintah Eyang Putri agar dirinya masuk.Begitu sang Eyang memanggilnya, dia pun dengan anggunnya melangkahkan kakinya memasuki kamar sang kakak ipar.Senyuman lembut selalu terlukis di bingkai wajah Sekar Ayu.Malam ini rambut panjang gadis cantik itu sengaja dia gerai, hingga nampak lurus memanjang menutupi pinggulnya yang apik. Terselip dengan manis jepit rambut berbentuk bunga yang terbuat dari manik manik batu kristal.Sekar Ayu berdiri di hadapan sang Eyang Putri, di sampingnya masih nampak Arjuna yang masih di posisi yang sama, yaitu duduk bersimpuh di hadapan yang putih dengan kepala menunduk.“Nggih Eyang Putri, saya disini.” Suara lembut Sekar Ayu terdengar dan disambut senyuman eyang putri.“Seka
Read more

BAB-12 LUKISAN

"Ehem, ayo Ayunda Nastiti. Para Abdi sudah menunggu."Suara Sekar Ayu membuat Amanda dan Arjuna tersadar. Semburat warna merah jambu nampak di pipi mulus Amanda. Sementara itu Arjuna berusaha menenangkan hatinya dengan berpura-pura batuk.Sekar Ayu yang menyaksikan adegan tersebut hanya bisa tersenyum kecut."Ayo Ayunda. Jangan membuang waktu terlalu lama. Nanti bisa membuat Eyang Putri marah." Sekar Ayu kembali mengingatkan, kini sambil menarik tubuh Amanda agar segera bergerak.Arjuna nampak masih membantu memapah sang istri dengan memegangi bahunya. Lelaki itu takut jika sang istri akan terjatuh lagi. Namun, begitu keluar dari kamar, Sekar Ayu langsung memperingatkan Arjuna jika tempat mandi lelaki tersebut masih terpisah dengan sang istri. Arjuna mengangguk paham.Dilepaskannya tangan dari bahu Amanda lalu tersenyum lembut."Hati-hati Diajeng, jangan sampai terjatuh.""Nggih Kang Mas."Amanda menjawab dengan nada sehalus mungkin, walaupun dirinya masih belum terbiasa memanggil sua
Read more

BAB-13 TEMPAT PEMBUKTIAN

“Ritual yang akan kau jalani adalah sebuah ritual yang sangat penting, Nastiti. Ritual ini berguna untuk meyakinkan hati sang lelaki jika wanita yang dipilihnya sebagai istri adalah wanita yang setia dan menjaga kehormatan serta kesucian nya sebelum menjadi istri dari lelaki tersebut.” Eyang putri menjelaskan dengan lembut tapi Amanda masih tetap saja tak paham.“Menjaga kesucian?” Amanda tanpa sadar bertanya lirih, membuat Pak Baskoro menatap tak suka karena Amanda berkata sebelum disuruh.Eyang Putri lagi-lagi tersenyum ramah.“Nastiti, kau akan paham setelah sampai di sana cucuku.”“Nggih Eyang Putri.” Amanda menjawab pasrah. Dia tak ingin membuat kekacauan lagi karena sejak tadi pak Baskoro terus aja menatapnya tak suka.“Kalian harus segera berangkat, jangan lagi membuang waktu, dan kau Nastiti, kau harus melakukan ritual dengan baik sehingga besok kau bisa melakukan ritual malam pengantin dengan suamimu.” Lagi Eyang Putri berucap.Amanda menelan ludah dengan getir tatkala Eyang
Read more

BAB-14 PAPAN TRESNO

“Tempat ini disebut Papan Tresno, tempat dimana kau akan melakukan ritual jarik perawan. Untuk membuktikan kalau layak atau tidak menjadi pasangan anakku Arjuna.” Bu Sulastri tersenyum lalu melepaskan genggaman tangannya.Eyang Putri, Pak Baskoro, Sekar Ayu dan Arjuna melangkahkan kaki ke tempat Amanda berdiri bersama sang ibu mertua“Ayo cucuku, Nastiti. Mulailah kau melakukan ritual jarik perawan.” Eyang Putri menyuruh Amanda melakukan ritual yang bagi gadis ayu itu adalah ritual yang sangat aneh.Amanda bahkan tak tahu apa yang harus dia lakukan.Eyang putri tersenyum lalu mendorong perlahan punggung Amanda hingga terhuyung ke depan.“Kau hanya cukup menapaki satu persatu anak tangga candi di hadapanmu itu cucuku. Teruslah kau naik hingga sampai ke puncak candi, nanti suamimu akan mengikuti dari belakang dan kalian akan sampai di puncak. Ingat Nastiti, kau tak boleh berucap sepatah katapun. Setelah sampai ke puncak, kau boleh kembali turun kemari. Apakah kau paham, Nastiti?”Amanda
Read more

BAB-15 MALAM YANG TAK BISA DITOLAK

Amanda mengedipkan mata perlahan, kepalanya masih terasa sangat pusing. Tubuhnya menggigil demam, bahkan nafas yang keluar dari mulutnya pun terasa panas.Sekeras apapun gadis ayu itu berusaha membuka mata, namun sakit kepala terus mendominasi, memaksa gadis ayu tersebut kembali menutup matanya.Walau matanya tertutup namun pendengarannya masih mampu menangkap suara-suara dengan orang yang tengah berdebat.Amanda berusaha tak peduli, walau nyatanya suara-suara itu tanpa permisi tetap saja memasuki gendang telinganya yang membuat Amanda penasaran dengan apa yang terjadi sehingga gadis ayu itu mulai menajamkan pendengarannya.Samar Amanda mendengar suara sang suami yang menolak sesuatu, bahkan menyebut-nyebut namanya. Namun setelahnya Amanda mendengar suara khas memerintah dari bapak mertuanya yaitu Pak Baskoro yang menyebut-nyebut kata ‘tidak bisa’.Amanda yang masih merasa pusing kini justru semakin sakit kepalanya karena mendengar perdebatan para penghuni rumah yang dia tinggali.Tak
Read more

BAB-16 MIMPI YANG SAMA

Amanda berdiri kembali di pesisir segara. Kaki polosnya menapak di atas pasir yang basah, terlihat sesekali kaki jenjangnya dihampiri oleh pecahan ombak dengan buih yang memutih.Air laut yang bergelombang tak tampak begitu jelas seandainya tak ada bulan purnama yang membagi sinarnya. Silau emasnya seolah menunggangi gulungan ombak yang bergerak pasti ke bibir pantai. Sang bintang pun seolah tak mau kalah, mereka menitipkan ribuan titik-titik sinar sehingga mempercantik malam yang sebenarnya suram.“Aku kembali ke sini lagi ternyata.” Amanda bergumam.“Kenapa kau masih belum pergi!” Terdengar wanita lain berbicara.Nampak sosok yang begitu mirip dengan Amanda berdiri memunggungi gadis ayu tersebut. Sosok itu berdiri tepat di belakang Amanda.Malam ini Amanda memakai kebaya kutu baru hijau tua. Rambutnya tergerai begitu saja. Membiarkan sang angin dengan leluasa membelainya. Begitu pula dengan sosok yang berdiri di belakang Amanda. Dia pun memakai pakaian yang sama dan wajah yang serup
Read more

BAB-17 SEGARA

 “Apa kau yakin tak apa kita pergi sendiri, Sekar Ayu? Aku belum meminta izin Mas dok, eh maksudku Kang Mas Arjuna untuk pergi. Aku khawatir dia akan mencari kita.”Kini Amanda dan Sekar Ayu duduk di sebuah kereta kuda. Amanda menerima ajakan sang adik ipar untuk pergi ke suatu tempat yang menurut adiknya itu bisa memberikan semua jawaban atas segala pertanyaan yang ada dipikirannya. Namun Amanda tak tahu pasti akan dibawa pergi ke mana dirinya. Rasa penasaran di hati gadis ayu tersebut memaksanya untuk mempercayai kata-kata sang adik ipar, Sekar Ayu Nitis Sukma.“Tak apa, Ayunda. Jangan khawatir. Aku sudah menitipkan pesan kepada para Abdi. Aku juga sudah meminta izin kepada Eyang Putri untuk mengajakmu pergi sebentar.”Penjelasan singkat Sekar Ayu membuat A
Read more

BAB-18 INGATAN

Kini Amanda tengah berpacu kuda bersama sang suami. Sepasang suami istri itu meninggalkan pantai dengan menaiki seekor kuda gagah yang berwarna coklat kemerahan. Sang kuda yang gagah itu melaju dengan cepat membawa Amanda dan Arjuna kembali ke Griya Utami keluarga Nitis Sukma.Di perjalanan pulang Amanda hanya diam tak bersuara. Sementara itu sang suami sibuk mengatur tunggangan agar tetap mematuhi perintah sang tuan.Setiap kata yang keluar dari mulut sang suami ketika di pantai membuat gadis ayu tersebut tak habis pikir. Bahkan sekuat apapun Amanda berfikir, logikanya tak mampu memahami situasi yang terjadi pada dirinya saat ini.“Ayo kita pulang, Diajeng! Sekar Ayu sedang menunggu mu!”“Salah satu abdi melihatmu keluar Diajeng. Kau pergi dengan berjalan kaki, bukan menaiki sebuah kereta kuda seperti yang kau jelaskan barusan. Bukankah kau lihat sendiri, tak ada kereta kuda di pantai ini!”Amanda menutup mata rapat-rapat mengingat kata demi kata yang diucapkan oleh Arjuna. Amanda be
Read more

BAB-19 PELARIAN

Amanda kembali membasuh tubuhnya di sendang setaman. Kulit putihnya yang mulut kini terasa semakin lembut karena air yang merendam tubuhnya itu telah bercampur dengan rempah dan bunga dan juga wewangian yang khas. Entah mengapa Amanda yang awalnya malu-malu dan ragu kini justru menikmati apa yang ada di dalam sendang setaman tersebut. Setelah gadis ayu itu bersih, para Abdi pun mulai mendandaninya dengan cantik. Tubuh Amanda telah wangi, rambutnya tertata rapi serta kini dirinya berbalut pakaian tidur berbentuk gaun putih lengan panjang berbahan satin tipis.Amanda telah berada di sebuah kamar khusus untuk menjalani ritual yang sangat ingin dihindari, ritual malam pengantin.Amanda gelisah menunggu suaminya datang. Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada lelakinya itu. Percakapan tadi siang terhenti karena Sekar Ayu yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan menyuruh Arjuna untuk keluar dan meninggalkan banyak pertanyaan dihati Amanda. Dia masih terngiang-ngiang perkataan suaminya tadi si
Read more

BAB-20 TERUNGKAPNYA RAHASIA

"Apa! Jadi aku akan dijadikan tumbal oleh keluargamu!" Amanda berteriak tatkala dirinya tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kau adalah titisan dari istriku yang telah meninggal, Amanda. Dalam tubuhmu mengalir darah warisan dari trah istriku.""Tunggu-tunggu!" Amanda menghentikan perkataan Arjuna yang menurutnya sangat tak masuk akal itu."Titisan? Darah warisan? Maksudnya apa? Bukannya tadi kau bilang jika aku adalah tumbal?" Amanda semakin bingung dan frustasi dengan apa yang dihadapinya saat ini."Tenanglah sebentar, Diajeng. Biarkan aku menyelesaikan perkataanku.""Baiklah kalau begitu. Ceritakan semua padaku. Kenapa aku bisa sampai di sini. Maksudku, kenapa harus aku?" Amanda menghembuskan nafas kasar. Dirinya marah serta kecewa dan juga penasaran.Amanda menatap serius Arjuna yang mulai menceritakan segalanya. Dimulai dari kisah mendiang sang istri yang bernama Nastiti hingga dimana gadis ayu itu berakhir menjadi tumbal untuk melahirkan penerus Trah Nitis Sukma."Jadi perempuan ya
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status