“Tempat ini disebut Papan Tresno, tempat dimana kau akan melakukan ritual jarik perawan. Untuk membuktikan kalau layak atau tidak menjadi pasangan anakku Arjuna.” Bu Sulastri tersenyum lalu melepaskan genggaman tangannya.Eyang Putri, Pak Baskoro, Sekar Ayu dan Arjuna melangkahkan kaki ke tempat Amanda berdiri bersama sang ibu mertua“Ayo cucuku, Nastiti. Mulailah kau melakukan ritual jarik perawan.” Eyang Putri menyuruh Amanda melakukan ritual yang bagi gadis ayu itu adalah ritual yang sangat aneh.Amanda bahkan tak tahu apa yang harus dia lakukan.Eyang putri tersenyum lalu mendorong perlahan punggung Amanda hingga terhuyung ke depan.“Kau hanya cukup menapaki satu persatu anak tangga candi di hadapanmu itu cucuku. Teruslah kau naik hingga sampai ke puncak candi, nanti suamimu akan mengikuti dari belakang dan kalian akan sampai di puncak. Ingat Nastiti, kau tak boleh berucap sepatah katapun. Setelah sampai ke puncak, kau boleh kembali turun kemari. Apakah kau paham, Nastiti?”Amanda
Amanda mengedipkan mata perlahan, kepalanya masih terasa sangat pusing. Tubuhnya menggigil demam, bahkan nafas yang keluar dari mulutnya pun terasa panas.Sekeras apapun gadis ayu itu berusaha membuka mata, namun sakit kepala terus mendominasi, memaksa gadis ayu tersebut kembali menutup matanya.Walau matanya tertutup namun pendengarannya masih mampu menangkap suara-suara dengan orang yang tengah berdebat.Amanda berusaha tak peduli, walau nyatanya suara-suara itu tanpa permisi tetap saja memasuki gendang telinganya yang membuat Amanda penasaran dengan apa yang terjadi sehingga gadis ayu itu mulai menajamkan pendengarannya.Samar Amanda mendengar suara sang suami yang menolak sesuatu, bahkan menyebut-nyebut namanya. Namun setelahnya Amanda mendengar suara khas memerintah dari bapak mertuanya yaitu Pak Baskoro yang menyebut-nyebut kata ‘tidak bisa’.Amanda yang masih merasa pusing kini justru semakin sakit kepalanya karena mendengar perdebatan para penghuni rumah yang dia tinggali.Tak
Amanda berdiri kembali di pesisir segara. Kaki polosnya menapak di atas pasir yang basah, terlihat sesekali kaki jenjangnya dihampiri oleh pecahan ombak dengan buih yang memutih.Air laut yang bergelombang tak tampak begitu jelas seandainya tak ada bulan purnama yang membagi sinarnya. Silau emasnya seolah menunggangi gulungan ombak yang bergerak pasti ke bibir pantai. Sang bintang pun seolah tak mau kalah, mereka menitipkan ribuan titik-titik sinar sehingga mempercantik malam yang sebenarnya suram.“Aku kembali ke sini lagi ternyata.” Amanda bergumam.“Kenapa kau masih belum pergi!” Terdengar wanita lain berbicara.Nampak sosok yang begitu mirip dengan Amanda berdiri memunggungi gadis ayu tersebut. Sosok itu berdiri tepat di belakang Amanda.Malam ini Amanda memakai kebaya kutu baru hijau tua. Rambutnya tergerai begitu saja. Membiarkan sang angin dengan leluasa membelainya. Begitu pula dengan sosok yang berdiri di belakang Amanda. Dia pun memakai pakaian yang sama dan wajah yang serup
“Apa kau yakin tak apa kita pergi sendiri, Sekar Ayu? Aku belum meminta izin Mas dok, eh maksudku Kang Mas Arjuna untuk pergi. Aku khawatir dia akan mencari kita.”Kini Amanda dan Sekar Ayu duduk di sebuah kereta kuda. Amanda menerima ajakan sang adik ipar untuk pergi ke suatu tempat yang menurut adiknya itu bisa memberikan semua jawaban atas segala pertanyaan yang ada dipikirannya. Namun Amanda tak tahu pasti akan dibawa pergi ke mana dirinya. Rasa penasaran di hati gadis ayu tersebut memaksanya untuk mempercayai kata-kata sang adik ipar, Sekar Ayu Nitis Sukma.“Tak apa, Ayunda. Jangan khawatir. Aku sudah menitipkan pesan kepada para Abdi. Aku juga sudah meminta izin kepada Eyang Putri untuk mengajakmu pergi sebentar.”Penjelasan singkat Sekar Ayu membuat A
Kini Amanda tengah berpacu kuda bersama sang suami. Sepasang suami istri itu meninggalkan pantai dengan menaiki seekor kuda gagah yang berwarna coklat kemerahan. Sang kuda yang gagah itu melaju dengan cepat membawa Amanda dan Arjuna kembali ke Griya Utami keluarga Nitis Sukma.Di perjalanan pulang Amanda hanya diam tak bersuara. Sementara itu sang suami sibuk mengatur tunggangan agar tetap mematuhi perintah sang tuan.Setiap kata yang keluar dari mulut sang suami ketika di pantai membuat gadis ayu tersebut tak habis pikir. Bahkan sekuat apapun Amanda berfikir, logikanya tak mampu memahami situasi yang terjadi pada dirinya saat ini.“Ayo kita pulang, Diajeng! Sekar Ayu sedang menunggu mu!”“Salah satu abdi melihatmu keluar Diajeng. Kau pergi dengan berjalan kaki, bukan menaiki sebuah kereta kuda seperti yang kau jelaskan barusan. Bukankah kau lihat sendiri, tak ada kereta kuda di pantai ini!”Amanda menutup mata rapat-rapat mengingat kata demi kata yang diucapkan oleh Arjuna. Amanda be
Amanda kembali membasuh tubuhnya di sendang setaman. Kulit putihnya yang mulut kini terasa semakin lembut karena air yang merendam tubuhnya itu telah bercampur dengan rempah dan bunga dan juga wewangian yang khas. Entah mengapa Amanda yang awalnya malu-malu dan ragu kini justru menikmati apa yang ada di dalam sendang setaman tersebut. Setelah gadis ayu itu bersih, para Abdi pun mulai mendandaninya dengan cantik. Tubuh Amanda telah wangi, rambutnya tertata rapi serta kini dirinya berbalut pakaian tidur berbentuk gaun putih lengan panjang berbahan satin tipis.Amanda telah berada di sebuah kamar khusus untuk menjalani ritual yang sangat ingin dihindari, ritual malam pengantin.Amanda gelisah menunggu suaminya datang. Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada lelakinya itu. Percakapan tadi siang terhenti karena Sekar Ayu yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan menyuruh Arjuna untuk keluar dan meninggalkan banyak pertanyaan dihati Amanda. Dia masih terngiang-ngiang perkataan suaminya tadi si
"Apa! Jadi aku akan dijadikan tumbal oleh keluargamu!" Amanda berteriak tatkala dirinya tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kau adalah titisan dari istriku yang telah meninggal, Amanda. Dalam tubuhmu mengalir darah warisan dari trah istriku.""Tunggu-tunggu!" Amanda menghentikan perkataan Arjuna yang menurutnya sangat tak masuk akal itu."Titisan? Darah warisan? Maksudnya apa? Bukannya tadi kau bilang jika aku adalah tumbal?" Amanda semakin bingung dan frustasi dengan apa yang dihadapinya saat ini."Tenanglah sebentar, Diajeng. Biarkan aku menyelesaikan perkataanku.""Baiklah kalau begitu. Ceritakan semua padaku. Kenapa aku bisa sampai di sini. Maksudku, kenapa harus aku?" Amanda menghembuskan nafas kasar. Dirinya marah serta kecewa dan juga penasaran.Amanda menatap serius Arjuna yang mulai menceritakan segalanya. Dimulai dari kisah mendiang sang istri yang bernama Nastiti hingga dimana gadis ayu itu berakhir menjadi tumbal untuk melahirkan penerus Trah Nitis Sukma."Jadi perempuan ya
Amanda tak lagi mampu menahan tangisnya. Dia pikir Arjuna adalah lelaki yang akan melindunginya. Nyatanya, dia hanya lelaki jahat yang bersembunyi dibalik wajah tampannya. Amanda tak menyangka jika dalang di balik semua yang tengah terjadi pada dirinya adalah Arjuna. Amanda menangis tersedu sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Arjuna berusaha menenangkan Amanda dengan memeluknya. Namun tubuhnya didorong oleh Amanda."Jangan sentuh aku!" Amanda berteriak kencang."Tenanglah, Diajeng. Tolong tenang. Jangan sampai suaramu didengar oleh mereka yang tengah mengejar kita." Arjuna berusaha menenangkan Amanda.Amanda berusaha tenang walau isak tangisnya masih terdengar."Aku mengaku, aku memang salah karena telah memanggilmu kemari, bahkan aku berniat memanfaatkan tubuhmu demi kepentingan pribadi. Aku sangat menyesal, Diajeng. Tapi aku tak bisa berbuat banyak karena semua takdir yang kau alami itu terikat dengan beliau, Amanda. Maafkan aku, Diajeng."Amanda mengerutkan dah
Semenjak kepulangan Amanda. Kini gadis ayu itu tinggal bersama kedua orangtuanya karena Amanda sering menangis dan menjerit ketakutan saat malam hari. Terlebih Bimo suaminya sering keluar kota untuk mengurus bisnis. Membuat Bu Linda dan Pak Agus selaku orang tua Amanda menjadi khawatir dengan keadaan anak mereka.Selama tiga bulan terakhir, Amanda sudah sepuluh kali dibawa ke Paranormal. Semuanya angkat tangan. Mereka bilang jika ada satu makhluk yang mengikuti Amanda. Seorang perempuan cantik berambut panjang yang dikepang satu dengan pakaian kebaya kuno warna hijau tua.Orang tua Amanda sampai bingung, bagaimana cara mereka agar bisa menyelamatkan Amanda. Mereka pikir dengan kembalinya Amanda dari jurang, maka anak mereka akan selamat. Namun kenyataannya anak perempuan mereka justru semakin buruk keadaannya.Amanda berteriak, lalu melamun, kemudian berteriak lagi. Seolah Amanda benar-benar ketakutan. Saat sang suami meminta haknya. Amanda menjadi sangat liar dan berkata jika Bimo bu
“Kakek!” Amanda berteriak histeris dengan posisi terduduk dan mata melotot“Alhamdulillah!” Terdengar suara serentak mengucap Hamdalah.Amanda yang masih pusing memegangi kepalanya. Pandangannya masih sedikit buram. Gadis ayu itu tersentak saat seseorang tiba-tiba memeluknya dengan erat sambil menangis. Ternyata itu adalah ibunya yaitu Bu Linda. Amanda dapat merasakan jika wanita yang telah melahirkannya itu sangat khawatir dengannya.“Alhamdulillah, Sayang. Kau sudah bangun. Alhamdulillah.” Amanda memeluk balik sang Ibu.Pandangannya yang sudah mulai jelas, kini memindai seluruh ruangan. Ternyata dirinya berada di ruang keluarga yang dikelilingi oleh bapak-bapak yang masing-masing di tangan merek
Bumi pun bergetar dengan hebatnya. Gelombang laut meninggi, siap menghantam pesisir. Angkasa seolah terbelah, siap menimpa siapapun yang ada di bawahnya. Suara guntur bergandengan tangan dengan sang angin yang sibuk menari berputar-putar siap menerbangkan apapun yang menghalanginya. Amanda yang mulai paham dengan situasinya pun terus-menerus mengucap nama Tuhan. Dia memanglah seorang hamba yang sering lalai dengan kewajibannya. Amanda sangat bersyukur mulutnya masih diijinkan untuk menyebut nama penguasa semesta alam.“Allahu Akbar. Ya Allah. Allahu Akbar!” Amanda terus bertakbir sambil menangis. Dia tak hafal doa apapun. Dia hanya mampu menyebut nama Tuhan dengan setulus hati, berharap kali ini Allah mau menolongnya.Amanda terus menangis karena menyesal. Selama tiga hari ini dirinya sama sekali tak ingat dengan Tuhan. Andai dirinya tak jauh dari Tuhan pasti dia takkan mengalami hal yang sangat mengerikan seperti ini. Amanda mengutuk dirinya sendiri yang baru sekarang ini mengingat d
“Itu dia! Cepat tangkap!”Amanda terus berlari tanpa berani menoleh ke belakang. Dia yakin jika yang mengejarnya adalah rombongan yang diutus oleh ayah mertuanya.Jatuh bangun Amanda berlari menembus hujan yang tak mau berhenti. Gadis ayu itu tak peduli jika kakinya yang tanpa alas kaki itu terluka karena terus menapaki tanah yang licin.“Cepat tangkap dia! Jangan sampai kabur!” Lagi suara rombongan itu terdengar. Membuat irama jantung Amanda semakin tak karuan.Kini Amanda harus berjuang sendiri karena suaminya tak lagi di sampingnya. Tak ada yang bisa diandalkan kecuali dirinya sendiri. Keselamatan nyawanya tergantung dari tekad yang dia miliki. “Aku harus selamat, aku harus pulang!” Amanda berucap sambil menangis. Berusaha menyuntikan kekuatan untuk dirinya sendiri.“Mamah, Papah, Mas Bimo.” Amanda memanggil satu persatu nama orang yang dikasihinya.Gadis ayu itu kini ingat semuanya. Siapa suaminya yang sebenarnya. Semua kepingan ingatannya yang hilang perlahan kembali memasuki kep
Amanda tak lagi mampu menahan tangisnya. Dia pikir Arjuna adalah lelaki yang akan melindunginya. Nyatanya, dia hanya lelaki jahat yang bersembunyi dibalik wajah tampannya. Amanda tak menyangka jika dalang di balik semua yang tengah terjadi pada dirinya adalah Arjuna. Amanda menangis tersedu sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Arjuna berusaha menenangkan Amanda dengan memeluknya. Namun tubuhnya didorong oleh Amanda."Jangan sentuh aku!" Amanda berteriak kencang."Tenanglah, Diajeng. Tolong tenang. Jangan sampai suaramu didengar oleh mereka yang tengah mengejar kita." Arjuna berusaha menenangkan Amanda.Amanda berusaha tenang walau isak tangisnya masih terdengar."Aku mengaku, aku memang salah karena telah memanggilmu kemari, bahkan aku berniat memanfaatkan tubuhmu demi kepentingan pribadi. Aku sangat menyesal, Diajeng. Tapi aku tak bisa berbuat banyak karena semua takdir yang kau alami itu terikat dengan beliau, Amanda. Maafkan aku, Diajeng."Amanda mengerutkan dah
"Apa! Jadi aku akan dijadikan tumbal oleh keluargamu!" Amanda berteriak tatkala dirinya tahu apa yang sebenarnya terjadi."Kau adalah titisan dari istriku yang telah meninggal, Amanda. Dalam tubuhmu mengalir darah warisan dari trah istriku.""Tunggu-tunggu!" Amanda menghentikan perkataan Arjuna yang menurutnya sangat tak masuk akal itu."Titisan? Darah warisan? Maksudnya apa? Bukannya tadi kau bilang jika aku adalah tumbal?" Amanda semakin bingung dan frustasi dengan apa yang dihadapinya saat ini."Tenanglah sebentar, Diajeng. Biarkan aku menyelesaikan perkataanku.""Baiklah kalau begitu. Ceritakan semua padaku. Kenapa aku bisa sampai di sini. Maksudku, kenapa harus aku?" Amanda menghembuskan nafas kasar. Dirinya marah serta kecewa dan juga penasaran.Amanda menatap serius Arjuna yang mulai menceritakan segalanya. Dimulai dari kisah mendiang sang istri yang bernama Nastiti hingga dimana gadis ayu itu berakhir menjadi tumbal untuk melahirkan penerus Trah Nitis Sukma."Jadi perempuan ya
Amanda kembali membasuh tubuhnya di sendang setaman. Kulit putihnya yang mulut kini terasa semakin lembut karena air yang merendam tubuhnya itu telah bercampur dengan rempah dan bunga dan juga wewangian yang khas. Entah mengapa Amanda yang awalnya malu-malu dan ragu kini justru menikmati apa yang ada di dalam sendang setaman tersebut. Setelah gadis ayu itu bersih, para Abdi pun mulai mendandaninya dengan cantik. Tubuh Amanda telah wangi, rambutnya tertata rapi serta kini dirinya berbalut pakaian tidur berbentuk gaun putih lengan panjang berbahan satin tipis.Amanda telah berada di sebuah kamar khusus untuk menjalani ritual yang sangat ingin dihindari, ritual malam pengantin.Amanda gelisah menunggu suaminya datang. Banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada lelakinya itu. Percakapan tadi siang terhenti karena Sekar Ayu yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan menyuruh Arjuna untuk keluar dan meninggalkan banyak pertanyaan dihati Amanda. Dia masih terngiang-ngiang perkataan suaminya tadi si
Kini Amanda tengah berpacu kuda bersama sang suami. Sepasang suami istri itu meninggalkan pantai dengan menaiki seekor kuda gagah yang berwarna coklat kemerahan. Sang kuda yang gagah itu melaju dengan cepat membawa Amanda dan Arjuna kembali ke Griya Utami keluarga Nitis Sukma.Di perjalanan pulang Amanda hanya diam tak bersuara. Sementara itu sang suami sibuk mengatur tunggangan agar tetap mematuhi perintah sang tuan.Setiap kata yang keluar dari mulut sang suami ketika di pantai membuat gadis ayu tersebut tak habis pikir. Bahkan sekuat apapun Amanda berfikir, logikanya tak mampu memahami situasi yang terjadi pada dirinya saat ini.“Ayo kita pulang, Diajeng! Sekar Ayu sedang menunggu mu!”“Salah satu abdi melihatmu keluar Diajeng. Kau pergi dengan berjalan kaki, bukan menaiki sebuah kereta kuda seperti yang kau jelaskan barusan. Bukankah kau lihat sendiri, tak ada kereta kuda di pantai ini!”Amanda menutup mata rapat-rapat mengingat kata demi kata yang diucapkan oleh Arjuna. Amanda be
“Apa kau yakin tak apa kita pergi sendiri, Sekar Ayu? Aku belum meminta izin Mas dok, eh maksudku Kang Mas Arjuna untuk pergi. Aku khawatir dia akan mencari kita.”Kini Amanda dan Sekar Ayu duduk di sebuah kereta kuda. Amanda menerima ajakan sang adik ipar untuk pergi ke suatu tempat yang menurut adiknya itu bisa memberikan semua jawaban atas segala pertanyaan yang ada dipikirannya. Namun Amanda tak tahu pasti akan dibawa pergi ke mana dirinya. Rasa penasaran di hati gadis ayu tersebut memaksanya untuk mempercayai kata-kata sang adik ipar, Sekar Ayu Nitis Sukma.“Tak apa, Ayunda. Jangan khawatir. Aku sudah menitipkan pesan kepada para Abdi. Aku juga sudah meminta izin kepada Eyang Putri untuk mengajakmu pergi sebentar.”Penjelasan singkat Sekar Ayu membuat A