Home / Romansa / Gelora Hasrat Kakak Ipar / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Gelora Hasrat Kakak Ipar: Chapter 71 - Chapter 80

92 Chapters

Kecelakaan yang Direkayasa

Luca dan Belinda berjalan cepat di koridor rumah sakit siang itu. Luca sendiri sudah dalam perjalanan pulang saat menelepon Belinda tadi dan mereka langsung melaju ke rumah sakit. Belinda tidak bisa berhenti menangis sepanjang perjalanan. Hingga saat ia melihat Amelia di depan ruang operasi, air mata Belinda makin bercucuran. "Ibu! Ibu!" panggil Belinda yang langsung menghambur ingin memeluk Amelia, tapi Amelia menolaknya. "Jangan sentuh Ibu, Belinda! Ibu malu sekali punya anak sepertimu! Kau masih ingat kalau kau punya orang tua, hah? Tapi kau pergi dan malah memilih tinggal bersama selingkuhanmu sampai kau hamil anaknya! Ibu malu punya anak sepertimu, Belinda!" "Dan sekarang kau baru muncul saat ayahmu sedang dalam kondisi seperti ini, hah? Kalau saja ayahmu tidak kecelakaan, Ibu yakin kau juga tidak akan pernah muncul, Belinda! Anak durhaka! Kau benar-benar anak durhaka!" teriak Amelia frustasi. Tangisan Amelia berderai meratapi kondisi suaminya yang sangat parah. Amelia sangat
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Ruang Rahasia

"Tidak! Kau gila, Daniel! Kau gila! Tidak mungkin! Tidak mungkin!" Belinda memekik histeris di toilet wanita sampai Luca pun menegang dibuatnya. Bukan hanya Luca, karena tiba-tiba Amelia juga ada di dekat Luca dan mendengar teriakan Belinda. Tadinya Amelia ingin ke toilet saat melihat Luca berdiri di depan toilet, pasti sedang menunggu Belinda. Amelia pun berpikir nanti saja ke toilet setelah Belinda pergi, tapi ia malah mendengar teriakan Belinda di sana. "Ada apa ini, Luca? Ada apa?" tanya Amelia dengan jantung yang berdebar. Belum sempat Luca menjawab apa pun, teriakan Belinda sudah kembali terdengar. "Kau iblis, Daniel! Kau iblis! Bagaimana kau bisa melakukan semua ini, apa salah ayahku padamu, hah? Kau hampir saja membuat ayahku meninggal, kau benar-benar tidak punya hati, Daniel! Kau psikopat! Kau melakukan rencana pembunuhan dan sudah seharusnya kau dijebloskan ke penjara!" pekik Belinda frustasi. Amelia yang mendengarnya langsung menutup mulut dengan tangannya, tapi Luca
last updateLast Updated : 2024-01-10
Read more

Tidak Boleh Memakan Korban Lagi

Lorena masih memekik ketakutan dan terus menarik kakinya. Sungguh, Lorena tidak takut ketahuan saat ini karena Lorena lebih takut ditangkap oleh hantu yang sedang mencengkeram kakinya.Jantung Lorena sudah memacu tidak terkendali dan ia gemetar. Namun, mendadak genggaman di kakinya melonggar, berganti dengan rintihan yang membuat Lorena pun terdiam sejenak. "Tolong! Sakit! Sakit sekali! Tolong!" Debar jantung Lorena makin menghentak tidak karuan, tapi satu yang ia tahu, itu bukan suara hantu. Sambil memberanikan diri, Lorena pun menoleh ke bawah dan ia melihat sebuah sosok yang makin membuatnya gemetar. Tangan yang kurus dan kotor, rambut yang berantakan, dan Lorena hampir tidak bisa bernapas saat ia melihat kepala itu mulai mendongak menatapnya. "Akhh, pergi! Pergi!" seru Lorena sambil memejamkan matanya. Namun, suara itu memanggilnya. "Bu Lorena! Bu Lorena! Tolong ...." Sontak Lorena membuka matanya nyalang karena ia yakin ia mengenali suara itu. Buru-buru Lorena menoleh lagi
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Rencana yang Berantakan

"Apa ada sesuatu yang ingin kau ceritakan padaku, Lorena Sayang?" Suara Daniel terdengar berbisik di telinga Lorena malam itu sampai Lorena menahan napasnya sejenak, tapi Lorena bertahan dengan akting pura-pura tidurnya. Setelah berhasil membohongi Baron siang tadi, hati Lorena tidak pernah tenang. Lorena selalu merasa seolah Baron tahu apa yang ia lakukan dan pria itu akan melapor pada Daniel. Karena itu, Lorena pun akhirnya memilih berpura-pura tidur saja agar ia tidak harus berhadapan dengan Daniel malam itu. "Hmm, kau tetap tidak bergerak, jadi kau benar-benar sudah tidur ya, Sayang?" bisik Daniel lagi sambil tangannya mulai menggerayangi tubuh Lorena, mulai dari dadanya, tempat sensitifnya, lalu naik lagi ke perut Lorena yang mulai membuncit karena umur kehamilannya hampir sama dengan Belinda." Daniel sengaja menekan perut Lorena agak keras sampai Lorena makin tegang dan berdebar, takut Daniel akan menyakiti janin di dalam kandungannya. "Hmm, baiklah, kalau kau sudah tidur.
last updateLast Updated : 2024-01-11
Read more

Mulai Tidak Sepaham

"Apa kau baik-baik saja, Luca?"Belinda begitu cemas saat Jedy memberitahunya tentang Luca yang pergi menyelamatkan temannya. Tadinya Jedy tidak mau bercerita apa pun, tapi karena Belinda terus memaksanya, akhirnya Jedy pun terpaksa buka mulut tentang Hector yang kemungkinan melakukan penyerangan terhadap Nando. Belinda benar-benar tidak bisa mempercayainya dan mendadak ketakutan sendiri karena ternyata Hector dan Daniel sama saja. Belinda pun terus menunggu Luca dalam kecemasan dan saat akhirnya Luca kembali begitu larut, Belinda pun mendesah lega walaupun Luca kembali dengan penampilan yang cukup berantakan. "Aku baik-baik saja, Belinda. Tidak ada yang perlu kau cemaskan," jawab Luca menenangkan. "Jedy sudah menceritakan semuanya padaku, Luca. Bagaimana kondisi jaksa itu?" tanya Belinda lagi dengan tetap cemas. Luca pun langsung melirik Jedy sampai Jedy tegang sendiri. "Aku terpaksa, Bos. Bu Belinda terus memaksaku." "Aku yang memaksa Jedy, jangan menyalahkan dia, Luca. Jadi ba
last updateLast Updated : 2024-01-12
Read more

Anak Durhaka

Lorena sengaja bangun lebih siang pagi itu dengan harapan Daniel akan berangkat bekerja dulu, lalu ia akan kabur dari rumah. Setelah ketakutan sepanjang hari kemarin dan setelah berpikir keras apa yang harus ia lakukan, Lorena memutuskan untuk pulang ke rumah om dan tantenya saja demi ketenangan dirinya dan kandungannya. Apalagi, Lorena begitu ketakutan mendengar bisikan Daniel semalam. Lorena pun langsung mencari ponselnya untuk menelepon Bu Landon, tapi ponselnya mendadak menghilang entah ke mana. Dalam kebingungannya, mendadak Lorena mendengar suara ribut dari bawah dan Lorena yang penasaran pun langsung mengendap-endap keluar dari kamarnya untuk mengintip. Begitu mudah Lorena melihat dan mendengar semuanya, tentang Daniel yang mencelakakan ayah Belinda dan tentang Hector yang juga berusaha mencelakakan seorang jaksa karena kasus korupsi sampai Lorena makin gemetar sendiri. "Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi di keluarga ini? Mengapa semuanya mengerikan? Semua orang mengerik
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Menjadi Buron

"Apa yang terjadi pada Hector? Apa?" Diana begitu panik mendengar Hector dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kolaps. Luca sendiri juga ikut cemas dan mengunjungi Hector yang kebetulan dibawa ke rumah sakit yang sama dengan tempat Johny dirawat. Belinda sendiri ikut ke sana bersama Nando dan Jedy, tapi Belinda bersembunyi di dekat dinding koridor karena tidak mau Daniel melihatnya. "Ayah jatuh karena sakit di kepalanya, Ibu! Kurasa tekanan darahnya naik karena Ayah terus marah-marah. Dan semua ini karena anak durhaka Ibu yang satu itu!" Daniel menunjuk Luca tanpa ragu. "Sial! Apa maksudmu, Daniel? Kau yang terus membuat masalah, tapi kau terus menuduhku!" "Kalau sejak awal kau tidak merebut istriku, semuanya tidak akan seperti ini, tidak tahukah kau betapa Ayah stres karena masalah ini? Kau menuduhku menyembunyikan pelayan sampai Ayah ikut pulang untuk mencarinya dan berakhir kolaps. Kalau sampai terjadi apa-apa pada Ayah, aku tidak akan memaafkanmu, Luca!" "Dasar sinting kau, Dan
last updateLast Updated : 2024-01-13
Read more

Berkah di Tengah Musibah

Setelah melalui perjalanan yang cukup jauh, mobil Daniel akhirnya berhenti di sebuah tempat yang membuat Lorena dan Ameena bergidik bersamaan.Sebuah gedung tinggi yang mangkrak dan tidak diselesaikan pembangunannya. Dindingnya masih berupa dinding semen dan belum dicat. Pilar-pilarnya pun masih belum selesai, halaman di sekitar gedung penuh rumput liar, dan gedung mengerikan itu terletak di perbatasan ke luar kota. "Bawa mereka keluar dan kurung mereka!" titah Daniel pada anak buahnya.Para anak buah pun langsung menyeret Lorena dan Ameena bersamaan dan mengurungnya di sebuah gudang yang remang-remang. Bau apek dari gudang itu membuat Lorena dan Ameena sesak napas, bahkan lebih apek dibanding ruang rahasia di basement rumah keluarga Alfredo. "Hmm!" pekik Lorena yang mulutnya masih disumpal. Tangan dan kaki Lorena diikat sampai Lorena kesulitan bergerak, begitu juga dengan tangan dan kaki Ameena. Namun, saat Lorena masih berusaha keras memberontak, Ameena malah sudah pasrah. Dikur
last updateLast Updated : 2024-01-14
Read more

Saatnya Melawan

"Seharusnya kau berunding dulu denganku, Belinda!" bentak Luca begitu ia mengetahui rencana Belinda menukar dirinya dengan Lorena dan Ameena. "Maafkan aku, Luca! Aku tidak punya waktu berunding lagi. Ini menyangkut nyawa Lorena dan Ameena. Daniel itu iblis, Luca! Apalagi dia sedang terdesak, aku tidak sempat berunding lagi.""Tapi kau tidak membawa dirimu sendiri, Belinda! Kau membawa anakku di perutmu!" bentak Luca lagi denagn emosional. Belinda yang mendengarnya langsung terdiam dengan air mata yang bercucuran. Luca benar, Belinda membawa anak Luca di dalam perutnya. Bagaimana ini? Bisakah Belinda menitipkan anaknya sebentar saja agar Belinda bisa pergi tanpa membahayakan anak di dalam kandungannya?"Luca ...." "Seharusnya kau berunding dulu denganku, Belinda! Anak itu bukan milikmu sendiri, tapi milik kita! Dan kau juga sudah tidak sendirian, Belinda! Kau milikku sekarang! Kau pikir aku akan membiarkan kau pergi seperti ini? Kau pikir aku akan diam saja saat kau menempatkan diri
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more

Penyelamat Tidak Terduga

Belinda menghentikan mobilnya di sebuah gedung tua terbengkalai dan debar jantungnya pun memacu tidak terkendali. Rasa takut merambati dirinya, tapi Belinda terus meneguhkan tekadnya untuk masuk ke sana. Terlihat beberapa mobil di luar gedung dan beberapa pria anak buah Daniel di sana yang sudah siap menyambut Belinda. Sementara itu, Luca dan timnya sudah mengikuti Belinda dan menghentikan mobil mereka di posisi yang aman. Mereka keluar dari mobil dan mengambil posisi untuk bersembunyi serta memantau Belinda dari kejauhan. Belinda sendiri sudah membawa tiga benda bersamanya, benda pertama untuk mendeteksi posisi pasti dari Belinda dan kalau Belinda memencet tombolnya, maka Luca akan tahu kalau Belinda meminta pertolongan. Benda kedua adalah pisau lipat. Dan ketiga adalah perekam yang dipasang di kancing blousenya.Debar jantung semua orang pun sudah memacu tidak karuan, apalagi saat akhirnya anak buah Daniel mengajak Belinda masuk ke dalam gedung.Luca sudah mengepalkan tangannya g
last updateLast Updated : 2024-01-15
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status