Semua Bab Gelora Hasrat Sang Ipar: Bab 11 - Bab 20

30 Bab

Chapter 11 - Kambuh

Gaby turun dari lantai atas rumahnya dengan penampilan rapi. Di balut pakaian formal—kemeja putih di lapisi jas dan celana berbahan senada. Ia menepuk pelan lipatan di lengan, memastikan pakaian itu tampak sempurna untuk menunjang penampilan pertamanya sebagai wanita kantoran."Apa yang kamu lakukan disini?" Sentak Gaby kaget kala Mike menyambutnya dengan senyum terkembang."Aku datang untuk menjemput Miguel dan mengantarnya ke sekolah," jelas Mike."Sarapan dulu, Gaby. Kamu harus memastikan perut mu terisi penuh untuk mendapatkan energi di hari pertama kerja," ujar Natasha yang tengah sibuk menyiapkan bekal cucu semata wayangnya, Miguel.Gaby menyesap kopi yang dihidangkan para asisten rumah tangga. "Kamu mau bareng?"Tawaran yang dilontarkan Mike membuat gerakan Gaby terhenti di udara."Tidak." Sela Erika yang muncul dari balik tembok pembatas ruangan. Ia mengandeng tangan putranya yang baru menginjak usia keenam untuk segera menghampiri Mike."Papa." Miguel menyongsong Mike, memelu
Baca selengkapnya

Chapter 12 - Penolakan

"Apa lagi yang mau paman bicarakan?"Gaby melempar tubuhnya ke sofa lalu menatap pria yang tampak serius membolak-balik dokumen di tangannya. "Dan lagi, kenapa harus disini?" Imbuhnya malas. Matanya teralihkan pada deret pigura kecil yang tersusun rapi di dalam lemari—merapat di sudut ruangan. Semua foto masa kecilnya bersama papa ada disana, bersanding dengan foto-foto baru lainnya dimana Natasha dan Erika ikut bergabung bersama."Papamu mengumpulkan semua foto-foto masa kecil mu disana. Dia selalu mengeluh karena begitu beranjak dewasa kamu tak lagi mau di foto maupun ikut dalam foto keluarga," tutur Samuel. Ia mengikuti arah pandang wanita muda itu."Aku hanya tidak ingin menjadi duri dalam keluarga baru papa," ucap Gaby lirih. Sinar di balik matanya meredup bersama memori kelam yang silih berganti muncul diingatannya."Itu hanya perasaanmu saja, Gaby. Pada kenyataannya, Natasha menerima mu dengan baik sebagai putri sambungnya.""Paman terlalu polos. Tidak semua yang terlihat baik
Baca selengkapnya

Chapter 13 - Solusi Sementara

'Apa yang dilakukannya disini?' Pikir Gaby penasaran.Dari ujung meja terdengar suara tepuk tangan, membuat semua mata beralih untuk mengikuti arah datangnya suara. Di mana seorang Alexander Xavier—presiden direktur Xavier Group tengah duduk dengan gaya santai dan senyum diplomatis. Pria itu datang sebagai salah satu pemegang saham di DH Group."Aku setuju dengan semangat yang ditunjukkan presiden direktur Geubrina, dan sebagai tunangannya sekaligus pimpinan Xavier Group, aku akan selalu mendukung Deuremham di masa depan."Mata dari orang-orang yang ada di dalam ruangan semakin melebar kala mendengar kata tunangan. Siapapun tahu, sebesar apa kekuasaan Xavier Group di negara ini dan menjadi satu kubu dengannya merupakan keuntungan besar bagi perusahaan lainnya.Gaby menatap Alex dari kejauhan, ia curiga pria itu punya maksud terselubung. Begitu melihat senyum miring di bibir pemilik Xavier Group, Gaby segera tahu ada udang di balik batu dan gunting dibawah lipatan—pria licik itu mengin
Baca selengkapnya

Chapter 14 - Siasat Dua Tiran

"Hentikan, Alex," sergah Mike, ia muak melihat sahabatnya terus saja mengolok-olok perasaannya.Alex mengangkat tangannya tanda menyerah. "Baiklah. Aku akan langsung ke inti masalah.""Keluargaku menentang pembatalan pertunangan, mereka akan menarik semua saham dan menjatuhkan DH Group bila pertunangan ini di batalkan," jelas Alex lugas lalu beralih fokus pada Mike. "Kamu pasti tahu, Mike. Apa efek domino yang akan terjadi?”“Masalah ini juga akan mengancam perusahaan cangkang milikmu yang terhubung dengan DH Group. Asal kamu tahu saja, Papa sangat tertarik pada mu."Mike mendesah dalam. Beberapa bulan belakangan ia mulai mencium gelagat ketua Xavier Group yang ingin melebarkan sayap ke bisnis teknologi dan pria tua itu menargetkan perusahaan start up milik Mike sebagai partner. "Tak bisakah kamu menghentikan niat Papa mu?"Alex menggeleng. "Tak semudah itu.”“Karena ini’lah, aku ingin menunda kabar pembatalan ini sampai kondisi lebih kondusif dan …” Perhatian Alex terpusat pada Gaby.
Baca selengkapnya

Chapter 15 - Ancaman Vania

"Alexander Xavier."Alex berbalik untuk melihat orang yang memanggil namanya. Keningnya mengerut begitu mendapati Vania berdiri di depan pintu apartemennya."Vania?"Tanpa aba-aba, wanita itu mengayunkan telapak tangannya hingga mendarat tepat di pipi kanan Alex."Apa-apaan ini!" Seru Ben yang berlari dari dalam apartemen setelah mendengar bunyi yang cukup keras. Ia segera menahan tangan Vania yang kembali melayang di udara."Kenapa begitu datang, main nampar-nampar aja!""Bukan urusanmu! Urusan ku sama dia." Sergah Vania. Menarik kasar tangannya dalam cengkraman Ben.Alex mendesah pasrah. "Apa ini berhubungan sama Fey?" Vania menatap Alex tajam. Sebenarnya tujuannya ke rumah Alex bukan untuk membuat keributan, dia hanya datang untuk menggertak pria itu agar berhenti mempermainkan perasaan Fey.Meski dari luar, Fey terlihat ceria menjurus konyol, namun sebenarnya Fey mempunyai hati yang sangat rapuh. Sekali tersakiti, luka di hatinya membekas dan sulit untuk disembuhkan."Lebih baik k
Baca selengkapnya

Chapter 16 - Bulan Pelakor

"Kamu yakin mau membantu Alex?" Tahan Mike sebelum Gaby turun dari mobilnya."Tidak ada yang salah dari Alex. Aku rasa dia akan menjadi pasangan yang cocok bagi Fey,” ungkap Fey yakin.Meski terkadang ia muak dengan tingkah sombong sang pewaris Xavier Group, tapi ia tak bisa menapik kenyataan bahwa Alex merupakan pria yang bertanggung jawab serta berkomitmen atas perkataannya. Terbukti dari betapa gigihnya pria itu mengejar Fey meski berkali di tolak mentah-mentah. Dengan spek sempurna, secara wajah dan finansial, dipastikan ada banyak wanita yang mengantri bahkan rela melemparkan diri padanya, namun Alex telah menetapkan Fey sebagai tambatan hatinya.Mike mendesah pelan. "Bukan masalah itu.""Lalu?""Pertunangan kalian," erang Mike tak senang. "Kita bisa mencari solusi lain daripada meneruskan pertunangan ini," lanjutnya sambil menatap Gaby dalam."Ini hanya bersifat sementara Mike. Lagipula kamu tahu, Alex menyukai Fey dan apa yang aku lakukan sekarang bisa menyatukan Alex dengan s
Baca selengkapnya

Chapter 17 - Rencana Alex

Fey turun dari lantai dua rumahnya menuju ruang keluarga. Hari ini dia sengaja bangun lebih telat dari biasanya, Fey berencana menghabiskan hari liburnya dari aktivitas mengajar dengan seharian bersantai di rumah bersama Mama dan Papa."Loh … Fey, kok masih pake baju tidur?"Fey terpaku di tempat, matanya yang masih setengah sadar terbelalak kaget, tidak bisa mempercayai apa yang sekarang tengah ia lihat."Ke-kenapa?" ucap Fey terbata. "Kenapa kamu disini?"Mata Fey melebar begitu melihat sosok Alex dalam penampilan kasual—kemeja berpadu jeans, duduk di sofa bersama Mama dan Papa. Bahkan Papa tampak senang karena menemukan lawan yang sepadan untuk permainan catur kesayangannya."Ayo sini, Fey,” panggil Papa bersemangat.Berbanding terbalik dengan reaksi kedua orangtuanya dalam menyambut kedatangan Alex, Fey justru memasang wajah waspada.'Apa yang dilakukan pria ini disini?' jerit hati Fey panik. 'Jangan sampai dia buka mulut! Bisa berabe urusannya kalo Papa sama Mama tahu kalau anakny
Baca selengkapnya

Chapter 18 - Fey Bertemu Camer

"Fey." Alex mengelus lembut pipi chubby yang kemerahan, terlelap dalam dunia mimpi. "Kita udah sampe nih."Fey mengerjap pelan, hal pertama yang dilihatnya begitu membuka mata adalah iris coklat dengan bulu mata lentik—menatapnya dengan senyum yang tidak pernah lepas."Kita dimana?" Gumam Fey sambil merenggangkan tubuhnya."Di vila milik keluarga ku."Fey mengerutkan keningnya. "Ngapain kita kesini?" Sentaknya waspada. "Kamu mau macam-macamin aku lagi ya?" Tuduh Fey dengan mata membulat.Alex menaikkan salah satu alisnya. "Macam? Emang kita udah ngelakuin berapa macam?" Godanya sambil terkekeh geli."Jangan bercanda deh. Nggak lucu!""Kamu tidak usah berpikir terlalu jauh, Fey. Kita disini mau panen apel sekaligus ngerayain ulang tahun keponakan ku dan seluruh keluarga besar ada di dalam," jelas Alex."Kita nggak mungkin bisa macam-macam disini tapi, kalau kamu emang pengen kita bisa pindah ke tempat lain."Fey mendelik. Dia melancarkan cubitan maut andalannya ke perut Alex membuat pr
Baca selengkapnya

Chapter 19 - Permohonan Sang Ibu Tiri

Gaby mematut dirinya di depan cermin. Memastikan penampilannya tampak cukup baik. Blus berwarna gading dengan aksen garis dipadukan celana jeans berpotongan baggy. Tak lupa, Gaby menyampirkan sweater berwarna langit di pundaknya. Musim peralihan dari panas ke hujan membuat suhu di luar rumah terasa jauh lebih lembab dan dingin. Pagi ini saja, Gaby berulang kali bersin dan menggigil kedinginan.Seandainya saja Fey tidak merengek, memintanya dan Vania segera menyusul ke rumah Alex, Gaby lebih memilih berkalung di bawah selimut tebal demi mencari kehangatan."Halo," sapa Gaby pada suara dari balik ponselnya. "Aku keluar sekarang."Begitu selesai, ia langsung mematikan sambungan lalu memasukkan ponsel kembali ke dalam saku celana."Ada apa?" tanya Gaby. Ia mengerutkan keningnya tatkala membuka pintu dan mendapati Natasha di depan pintu kamarnya."Kamu mau pergi, Gaby?" Natasha meremas jemarinya canggung."Ya," sahut Gaby singkat. "Bisakah kita bicara sebentar?"Natasha tampak ragu untuk
Baca selengkapnya

Chapter 20 - Keinginan Untuk Saling Memiliki

"Fey, maaf. Kami tidak bisa menyusul mu kesana."[Apa yang terjadi?]Vania mendesah resah. "Gaby masuk rumah sakit," ucapnya ragu. Gaby melarangnya untuk memberitahukan kondisi yang sebenarnya.[Apa?]Mendengar nada panik dari balik speaker ponsel membuat Vania paham akan maksud Gaby yang berniat merahasiakan kondisinya dari orang-orang lain disekitarnya."Kata dokter, Gaby mengalami kram perut."[Aku kesana sekarang.]"Eh, nggak usah." Tahan Vania. "Gaby baik-baik saja. Dia hanya harus istirahat beberapa saat."[Kamu yakin?]Vania mengangguk namun tak lama ia menepuk keningnya, mengutuk kebodohannya."Ya. Lagipula disini ada aku dan Harry. Kami akan bergantian menjaga Gaby sampai infusnya habis."[Baiklah. Kabari aku lebih cepat bila terjadi sesuatu.]"Ya. Kamu tenang aja, Gaby baik-baik saja. Dia hanya berpesan agar kamu membawa pulang banyak apel."[Sialan. Awas aja kalau pulang bakal ku jewer telinganya.]"Have fun." Vania terkekeh pelan lalu memutuskan sambungan ponsel. Ia menger
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status