Mas Aziel mengulas senyuman, dia menatapku dalam. Jujur tatapannya kini membuatku menjadi malu dan juga salah tingkah dalam waktu bersamaan. Setelah itu mas Aziel meraih cincin di tanganku, kemudian memasangkannya di jari kelingkingku dengan penuh perasaan. Entah kebetulan atau bukan, aku sendiri tak mengerti bagaimana bisa cincin itu pas di jari kelingkingku.“Bukan cincin yang mewah tapi semoga kamu suka, Amara,” tuturnya lembut. Ucapannya begitu tulus aku dengar. “Maaf mengejutkanmu dengan cara seperti ini,” sambungnya setelah cincin itu sudah terpasang di jari manisku.“Kenapa Mas Aziel memperlakukanku berlebihan? Untuk sesaat aku merasa seperti menjadi wanita yang paling bahagia di dunia karena dilamar dengan cara seperti ini,” ungkapku jujur. “Terima kasih, Mas. Dulu saat Mas Radit melamarku tak ada yang spesial di antara kami. Tentu ini tidak akan aku lupakan seumur hidupku nanti.” Ucapku seraya tersenyum tulus.“Karena di mataku, kamu memang wanita yang spesial, Amara,” jawab m
Read more